5 Menurut Alavi 2007, jika harus membayar maka biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan sertifikasi kayu sangat tinggi dan mengkonsumsi waktu banyak
time consuming. Terlebih lagi adanya keberadaan biaya untuk menyesuaikan sistem operasi unit manajemen agar sesuai dengan skema
sustainable forest management. Namun dilain hal adanya sertifikasi diklaim dapat memberikan
dampak-dampak diantaranya adanya premium price, penetrasi di pasar baru,
eksistensi di pasar lama dan dampak-dampak ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya Simula
et al, 2005. Oleh karena itu, penting untuk diteliti keragaan pelaksanaan sertifikasi hutan rakyat baik dari aspek kelembagaan maupun dampak-dampak yang
dirasakan oleh petani hutan rakyat untuk mengetahui prospek masa depan dari sertifikasi PHBML jika di masa mendatang sertifikasi ini bersifat wajib
mandatory dan harus dilakukan dengan biaya sendiri
.
1.2 Perumusan Masalah
Pengembangan hutan rakyat secara lestari yang dilakukan oleh petani hutan Kabupaten Wonogiri berhasil mengantarkan para petani dalam memperoleh
sertifikasi PHBML. Keberhasilan diperolehnya sertifikasi PHBML tidak lepas dari bantuan lembaga donor dan juga bantuan dari LSM Persepsi dalam mendampingi
petani hutan rakyat selama sertifikasi. Keterlibatan multistakeholder dan peranan
kelembagaan unit manajemen hutan rakyat menentukan keberhasilan diperolehnya sertifikasi PHBML mengingat beban biaya yang harus ditanggung dan keharusan
petani hutan rakyat untuk mengajukan sertifikasi secara kolektif karena ada persyaratan minimum luas lahan dan rumitnya dokumen-dokumen administrasi yang
6 harus dilengkapi. Oleh karena itu penting untuk diteliti keragaan dan peran
kelembagaan unit manajemen hutan rakyat selama proses sertifikasi untuk melihat secara detail proses sertifikasi yang telah dilakukan ditinjau dari aspek
kelembagaannya. Program sertifikasi FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo merupakan
pilot project sertifikasi hutan rakyat, sedangkan program sertifikasi di PPHR Catur Giri
Manunggal bukan program sertifikasi pilot project tetapi pelaksanaannya didanai oleh
lembaga donor. Program-program sertifikasi yang dilaksanakan berimplikasi pada tidak adanya pembebanan biaya terhadap petani hutan rakyat tetapi perlu diketahui
motivasi petani hutan dalam mengikuti program sertifikasi. Oleh karena itu, faktor- faktor yang memotivasi petani hutan dalam mengikuti sertifikasi akan diteliti dalam
penelitian ini. Kondisi sertifikasi PHBML saat ini merupakan bantuan dan pemberian
bantuan ini menurut pihak LEI bertujuan untuk mendorong percepatan munculnya kesadaran pengelolaan hutan secara lestari dan diharapkan di masa mendatang unit
manajemen hutan rakyat dan petani hutan bisa lebih mandiri dalam hal pendanaan sertifikasi selanjutnya. Diperolehnya sertifikasi PHBML diharapkan dapat
memberikan dampak, baik dari aspek ekonomi seperti premium price, peningkatan
posisi tawar serta dampak sosial, dan lingkungan, bagi petani hutan. Dampak yang saat ini dirasakan oleh petani hutan perlu dijadikan acuan jika di masa mendatang
sertifikasi dilaksanakan secara mandatory dan dengan menggunakan biaya sendiri hal
ini tentunya akan membebani petani hutan rakyat mengingat biaya sertifikasi yang mahal. Oleh karena itu, manfaat yang diperoleh petani hutan rakyat setidaknya harus
7 mampu menutupi biaya sertifikasi yang dikeluarkan. Komparasi biaya dan manfaat
ini diteliti melalui identifikasi dampak yang mencakup dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Berdasarkan dari penjabaran di atas, beberapa masalah yang harus diteliti terkait dengan penerapan sertifikasi PHBML adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keragaan dan peran kelembagaan unit manajemen hutan rakyat di
Kabupaten Wonogiri selama sertifikasi PHBML? 2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi petani hutan rakyat Kabupaten Wonogiri melakukan sertifikasi PHBML?
3. Dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan apa saja yang dirasakan oleh petani
hutan dengan penerapan sertifikasi PHBML?
1.3 Tujuan Penelitian