Dimensi Sosial dan Budaya

Gambar 18. Indeks keberlanjutan dimensi sosial dan budaya Kota Baru BSD Berdasarkan hasil analisis laverage diperoleh tiga atribut yang paling sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya yaitu 1 pengaruh keberadaan BSD pada nilai sosial budaya lokal, 2 keragaman budaya dalam masyarakat, dan 3 konflik dengan masyarakat lokal. Atribut-atribut tersebut perlu dikelola dan terus ditingkatkan dengan baik agar nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya ini meningkat di masa yang akan datang. Pengelolaan atribut dilakukan dengan cara meningkatkan peran setiap atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang dapat berdampak negatif terhadap indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya dalam pengembangan permukiman tepi sungai di Jakarta. Hasil analisis laverage dapat dilihat seperti Gambar 19. Pada Gambar 19 terlihat bahwa atribut yang paling sensitif yang harus benar- benar diperhatikan adalah adanya pengaruh keberadaan Kota Baru BSD pada nilai sosial budaya lokal, keragaman budaya dalam masyarakat, dan konflik antara masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman Kota Baru BSD dengan masyarakat lokal. Hal ini dapat dimengerti mengingat masyarakat yang tinggal di suatu kawasan perumahan perkotaan, seperti halnya di BSD pada umumnya terdiri dari beragam etnik, adat juga latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu maka keragaman tersebut 26,49 RAPPERUMTES Ordination Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Status Permukiman 26,49 harus menjadi modal dasar untuk melakukan pembangunan, mengingat apabila keragaman itu tidak dikelola dengan baik, pada umumnya akan memudahkan terjadinya konflik. Gambar 19. Peran masing-masing atribut dimensi sosial dan budaya yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai root mean square RMS Dalam rangka menjaga agar tidak terjadi konflik, maka masyarakat yang mempunyai karakter multi-etnis dan multi-agama seperti yang terjadi di Kota Baru BSD harus selalu menggali wawasan kebangsaan, sehingga dapat menghindari adanya berbagai ketegangan dan dapat menghindarkan terjadinya konflik masyarakat. Konflik horisontal antar kelompok masyarakat tertentu di kawasan permukiman seharusnya bisa dihindari apabila ada rasa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada. Kondisi tersebut terjadi karena adanya toleransi antara etnis yang satu dengan etnis yang lain tidak pernah hadir dengan sendirinya. Dalam hal ini toleransi baru akan muncul jika dari lubuk hati masing-masing terdapat empati. Adapun yang dimaksud dengan empati di sini adalah hati nurani manusia untuk ikut serta merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain; seperti turut bergembira pada saat melihat orang lain bahagia, dan turut berduka apabila orang lain ada yang sedang mendapatkan masalahmusibahkedukaan atau dengan kata lain empati merupakan rasa kepedulian terhadap sesama. Oleh karena itu maka apabila masing-masing anggota masyarakat Leverage of Attributes 2.39 1.88 3.72 3.70 3.87 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Kepeduliantg.jawab Pada sumberdaya Status kesehatan masyarakat Keragaman budaya dlm masyarakat Konflik dengan Masyarakat lokal Keberadaan BSD pada sosial budaya Attribute Root mean square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Status scale 0 to 100 memiliki rasa empati terhadap orang lain, maka akan terbangun rasa untuk saling menerima dan menghargai orang lain, sehingga nilai toleransi akan terbangun dengan baik. Pada suatu kawasan permukiman yang terdapat di perkotaan, kemungkinan adanya keranekaragaman etnis sangat tinggi, mengingat masyarakat yang ada di kota baru berasal dari berbagai daerah, dengan adat istiadat dan bahkan mungkin agama yang beranekaragam. Oleh karena itu maka pada kawasan permukiman baru, seperti halnya di Kota Baru BSD, potensi bahaya konflik selalu tinggi. Adapun konflik yang mungkin muncul di kawasan kota baru antara lain adalah konflik ketenaga kerjaan, konflik agama, konflik budaya adat istiadat dan kebiasaan, konflik pertanahan walau awalnya lebih ke antara pengembang dan masyarakat lokal, konflik atas sumber daya alam, dsb. Satu jenis atau berbagai jenis konflik tersebutpada umumnya akan muncul ke permukaan dalam bentuk konflik antar etnis dan konflik antar agama. Adanya ketidak adilan baik dalam hal aspek sosial, budaya, maupun ekonomi seringkali menjadi lahan subur untuk terjadinya konflik. Oleh karena itu dalam satu kawasan permukiman di kota baru seperti BSD harus selalu dijaga agar masyarakat yang ada di dalamnya merasa diperlakukan adil, dan jangan sampai membiarkan terjadinya kepentingan dari luar yang sengaja memanaskan suasana dalam kawasan permukiman tersebut, sehingga akan meredam terjadinya konflik. Kenyataan yang ada saat ini, baik di kota baru, maupun di seluruh peloksok perkotaan, cenderung terdapat kesenjangan yang diakibatkan oleh kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang mendukung. Hal ini terjadi karena adanya perubahan yang sangat cepat, sementara kondisi budaya bangsa belum dapat mengimbangi perubahan yang sangat cepat tersebut. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan krisis ekonomi merambah ke aspek-aspek lainnya, sehingga krisis ekonomi tersebut akhirnya berkembang menjadi krisis moral, krisis sosial, krisis politik, dan krisis multidimensional yang mengakibatkan terbentuknya konflik sosial, bahkan malah pada akhirnya mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa. Oleh karena itu maka agar hal tersebut tidak sampai terjadi, maka hal yang harus benar-benar diperhatikan sedini mungkin adalah melakukan pengelolaan terhadap keragaman budaya yang ada pada suatu kawasan permukiman dan kota baru sebaik dan secermat mungkin. Dalam rangka menciptakan terwujudnya masyarakat yang merasa diperlakukan adil dan damai serta terwujudnya masyarakat yang kondusif di kawasan kota baru dengan masyarakat sekitarnya, adalah harus memahami adanya ragam budaya atau multikulturalisme, yakni mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan. Oleh karena itu maka masyarakat harus dipandang sebagai pemilik sebuah kebudayaan, dan kebudayaan sendiri merupakan modal dasar pembangunan, sehingga adanya kebudayaan yang beranekaragam menjadi modal pembangunan yang sangat besar untuk memajukan sebuah kota baru, bahkan bangsa dan negara. Selain hal tersebut pada konteks keragaman budaya, multikulturalisme jangan diartikan sebagai konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa, mengingat multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Oleh karena itu maka pemahaman multikulturalisme harus mengedepankan kesederajatan dan keadilan dengan memperhatikan dan menekankan pada proses penegakan hukum, memungkinkan terbukanya kesempatan untuk bekerja dan berusaha, mengedepankan HAM, mengakui hak budaya komunitas dan golongan minoritas, mengedepankan prinsip-prinsip etika dan moral, namun tetap menekankan pada mutu dan produktivitas.

5.2.4. Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

Analisis terhadap keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi pada Kota Baru BSD menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi yang cukup tinggi, yakni sebesar 52,20 . Nilai tersebut memperlihatkan bahwa keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi pada pengelolaan Kota Baru BSD masuk pada kategori cukup berkelanjutan Kavanagh, 2001. Adapun atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi infrastruktur dan teknologi terdiri dari tiga belas atribut, yaitu: 1 ketersediaan sarana dan prasarana penanganan bencana, 2 ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah domestik cair, 3 ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah industri cair, 4 ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah padat, 5 ketersediaan sarana dan prasarana monitoring kualitas perairan, 6 ketersediaan sarana dan prasarana monitoring kualitas udara, 7 ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas sosial, 8 penggunaan sarana transportasi, 9 ketersediaan sarana dan prasarana menurunkan emisi GRK, 10 ketersediaan sarana dan prasarana jalan yang efektif dan efisien, 11 akses masyarakat terhadap utilitas ekonomi, 12 ketersediaan sarana dan prasarana komuter, dan 13 ketersediaan sarana dan prasarana early warning system. Gambar 20. Indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi Kota Baru BSD Adapun peran masing-masing aspek pada atribut infrastruktur dan teknologi ini dianalisis dengan menggunakan analisis leverage. Atribut-atribut yang lebih sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi hasil analisis laverage ini diperoleh empat atribut yang paling sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi yaitu 1 ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah domestik cair, 2 ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah industri cair, 3 ketersediaan sarana dan prasarana jalan yang efektif dan efisien, dan 4 ketersediaan sarana dan prasarana komuter. Dalam rangka meningkatkan keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi, maka atribut-atribut tersebut perlu dikelola dengan baik agar nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi ini meningkat untuk masa yang akan datang, dengan cara meningkatkan peran setiap atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang dapat berdampak negatif terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi. Hasil analisis laverage tersebut dapat dilihat seperti Gambar 21. 52,20 RAPPERUMTES Ordination Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 -20 20 40 60 80 100 120 Status Permukiman 52,20