Kebijakan A Model for environment control of sustainable new town development. (case study: new town development of Bumi Serpong Damai

23 tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan perilaku dalam rangka memecahkan persoalan dan mematuhi keputusan yang telah ditetapkan Jones, 1984. Dengan demikian, kebijakan bersifat dinamis, sebagai akibat adanya konsistensi dan pengulangan perilaku untuk memecahkan masalah umum. Menurut Davis et al. 1993 kebijakan tidak berdiri sendiri single decision tetapi merupakan bagian dari proses antar hubungan. Kebijakan merupakan salah satu alat pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena itu maka pembuatan kebijakan harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan tepat. Karena pembuatan kebijakan yang dilakukan dengan sekedarnya akan menghasilkan kebijakan yang tidak tepat. Menurut Caiden 1971 kesulitan membuat kebijakan yang tepat disebabkan oleh sulitnya mendapatkan informasi yang cukup, sehingga sulit disimpulkan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh adanya berbagai macam kepentingan pada setiap sektor dan instansi, adanya umpan balik keputusan bersifat sporadis, dan pembuat kebijakan tidak terlalu faham dengan perumusan kebijakan. Oleh karena itu untuk terciptanya kebijakan yang tepat appropriateness, pemerintah harus bekerja secara seksama mulai dari membuat rancangan atau rencana kebijakan, formulasi rencana kebijakan, pelaksanaan di lapangan, dan proses evaluasi sebagai umpan balik terhadap proses rancangan kebijakan. Dalam proses kebijakan itu sendiri diberikan seperangkat metode, strategi dan teknik dalam penyusunan kebijakan dengan melibatkan semua pihak terkait. Agar tercapai keinginan, tujuan dan sasaran. Kebijakan dapat berbentuk negatif seperti larangan atau berbentuk positif seperti pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan. Menurut Rees 1990, pelaksanaan kebijakan formal sangat tergantung pada bagaimana kebijakan itu diinterpretasikan, diimplementasikan dan diberlakukannya keputusan tersebut kepada masyarakat. Dalam implementasinya supaya kebijakan yang dibuat tampak sangat dinamis, maka penyusunan kebijakan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh wewenang yang diberikan oleh badan eksekutif, bagaimana karakteristik badan eksekutif, metode apa yang digunakan untuk menggunakan sumberdaya alam dan peraturan apa yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Prinsip-prinsip pembuatan kebijakan yang ideal harus mengikuti tahapan Rees, 1990. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan juga seringkali tampak irasional, karena kebijakan yang diterima suatu masyarakat belum tentu dapat diterima oleh masyarakat 24 1 Analisis Determinasi Kebijakan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Informasi untuk Kebijakan Analisis Isi Kebijakan Advokasi Kebijakan Analisis Kebijakan Analisis untuk Kebijakan 2 3 4 5 yang lain. Oleh karena itu kebijakan perlu diformulasikan sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya sebagai pengarah, penyelia dan sekaligus sebagai kontrol kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pelaku kebijakan. Menurut Abidin 2002 pemilihan kebijakan yang baik dan tepat akan terjadi apabila memenuhi kriteria: 1. Efektifitas efectiveness, mengukur apakah pemilihan sasaran dapat menghasilkan tujuan akhir yang diinginkan. Oleh karena itu maka strategi kebijakan yang dipilih idealnya dilihat dari kapasitasnya dalam memenuhi tujuan dalam rangka memecahkan masalah yang ada di masyarakat. 2. Efisiensi economic rationality, mengukur besarnya pengorbanan atau ongkos yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan atau efektifitas tertentu; 3. Cukup adequacy, mengukur pencapaian hasil yang diharapkan dengan sumberdaya yang ada; 4. Adil equity, mengukur hubungan dengan penyebaran atau pembagian hasil dan ongkos atau pengorbanan diantara berbagai pihak dalam masyarakat; 5. Terjawab responsiveness, dapat memenuhi kebutuhan atau dapat menjawab permasalahan tertentu dalam masyarakat; 6. Tepat appropriateness, merupakan kombinasi dari kriteria yang disebutkan sebelumnya.

2.6. Analisis dan Proses Kebijakan

Analisis mengandung tujuan dan relasi yang berbeda dengan proses kebijakan. Jenis analisis kebijakan terdiri dari rangkaian aktivitas pada spektrum pengetahuan dalam proses kebijakan, pengetahuan untuk proses kebijakan dan pengetahuan tentang proses kebijakan. Parsons 2005 secara definitif menetapkan variasi ini di sepanjang sebuah kontinum seperti disajikan dalam Gambar 4. Gambar 4. Variasi analisis kebijakan Sumber: Parsons, 2005 25 Gambar 4 di atas menerangkan bahwa dalam analisis kebijakan mencakup determinasi kebijakan dan isi kebijakan. Determinasi kebijakan ini adalah analisis yang berkaitan dengan cara pembuatan kebijakan, mengapa, kapan dan untuk siapa kebijakan tersebut dibuat. Adapun isi kebijakan adalah analisis yang mencakup deskripsi tentang kebijakan tertentu dan bagaimana kebijakan tersebut berkembang dalam hubungannya dengan kebijakan sebelumnya. Analisis isi kebijakan ini bisa juga didasari oleh informasi yang disediakan oleh kerangka nilai teoritis yang mencoba memberikan kritik terhadap kebijakan. Monitoring dan evaluasi kebijakan adalah analisis yang bertujuan untuk mengkaji bagaimana kinerja kebijakan dengan mempertimbangkan tujuan kebijakan, dan apa dampak kebijakan terhadap suatu persoalan tertentu. Variasi terakhir dari kontinum di atas adalah analisis untuk kebijakan yang mencakup advokasi kebijakan berupa riset dan argumen yang dimaksudkan untuk mempengaruhi agenda kebijakan di dalam dan atau di luar pemerintahan. Informasi untuk kebijakan adalah analisis yang bertujuan untuk memberi informasi bagi aktivitas pembuatan kebijakan, sehingga bisa berbentuk anjuran atau riset eksternalinternal yang terperinci tentang aspek kualitatif dan judgemental dari suatu kebijakan. Menurut Quade 1976 analisis kebijakan terkait erat dengan penggunaan beragam teknik untuk rneningkatkan atau merasionalkan proses pembuatan kebijakan misalnya, mengekspresikan pandangan bahwa tujuan utama analisis ini adalah untuk membantu pembuat keputusan dalam membuat pilihan yang lebih baik ketimbang yang dibuat pihak lain. Dengan demikian maka analisis ini berhubungan dengan manipulasi efektif dunia nyata. Ada tiga tahap yang harus dilalui oleh analisis ini yakni pertama, penemuan, yaitu usaha untuk menemukan alternatif yang memuaskan dan terbaik di antara alternatif-alternatif yang tersedia; kedua penerimaan, yakni mengupayakan agar temuan itu bisa diterima dan dimasukkan ke dalam kebijakan atau keputusan; ketiga implementasi, yakni menerapkan keputusan kebijakan tanpa ada perubahan terlalu banyak, namun dapat membuat alternatif tersebut menjadi tidak memuaskan. Pada dasarnya ada tiga jenis analisis kebijakan yaitu analisis kebijakan yang bersifat prospektif yang menganalisis tentang kebijakan yang berlangsung sebelum aksi kebijakan. Analisis ini meliputi tahap-tahap identifikasi masalah, prakiraan, identifikasi alternatif-alternatif strategis kebijakan, pilihan dan rekomendasi kebijakan. Kedua, analisis kebijakan restrospektif yaitu analisis yang dilakukan sesudah