Konsep Kota Baru Berkelanjutan

17 1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidak seimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri 2. Keberlanjutan lingkungan, sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungis ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi 3. Keberlanjutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. Menurut Munasinghe 1993, pembangunan kota berkelanjutan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: tujuan ekonomi, tujuan ekologi, dan tujuan sosial. Tujuan ekonomi terkait dengan masalah efisiensi dan pertumbuhan. Tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya alam. Tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan dan pemerataan. Oleh karena itu, maka tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi, dan tujuan sosial. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka setidaknya pembangunan kota baru harus mengikuti peraturan dan tatanan yang berlaku, sehingga kaidah pembangunan kota berkelanjutan dapat dipenuhi untuk memperoleh model kebijakan dalam mewujudkan kota mandiri berkelanjutan.

2.3. Kebijakan Pengembangan Perkotaan

Saat ini pembangunan perkotaan diupayakan untuk ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana tata ruang, pertumbuhan penduduk, lingkungan permukiman, lingkungan kerja, serta kegiatan ekonomi dan sosial lainnya, agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien, dan tercipta lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman. Sejalan dengan terjadinya pembangunan kota dan dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk yang ada di dalamnya, maka pembangunan perumahan dan permukiman di lokasi perkotaan pun 18 lebih ditingkatkan dan diperluas hingga dapat makin merata dan menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Namun demikian pembangunan permukiman tersebut, tetap memperhatikan rencana tata ruang dan keterkaitan serta keterpaduannya dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Kaitan dengan terjadinya pembangunan kota secara pesat ini, maka air, tanah dan lahan yang mempunyai nilai ekonomi dan fungsi sosial, pemanfaatannya perlu diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat melalui berbagai penggunaan, terutama untuk kepentingan permukiman, pertanian, kehutanan, industri, pertambangan, dan kelistrikan serta prasarana pembangunan lainnya.

2.4. Perkembangan Penduduk Perkotaan

Hingga saat ini kota masih merupakan tempat tujuan untuk memperjuangkan harapan, oleh karena itu maka pertumbuhan penduduk di perkotaan lebih pesat dibanding di pedesaan. Hal ini dapat terjadi karena adanya: a. Pertumbuhan penduduk alamiah, yang berasal dari selisih antara jumlah penduduk yang dilahirkan dengan jumlah penduduk yang meninggal dunia. b. Migrasi penduduk yang merupakan selisih jumlah penduduk yang masuk ke suatu kota dengan jumlah penduduk yang pergi meninggalkan kota. c. Reklasifikasi status kawasan yakni perbedaan dalam definisi perkotaan antara satu sensus dengan sensus lain, selain itu juga terjadi karena adanya perluasan batas wilayah kawasan perkotaan atau berubahnya status kawasan dari pedesaan menjadi perkotaan. Diantara ketiga hal yang penyebab pertumbuhan penduduk perkotaan, yang pengaruhnya paling kecil adalah pertumbuhan penduduk secara alami; sedangkan faktor yang paling dominan dalam pertumbuhan penduduk perkotaan adalah migrasi dan reklasifiksi status kawasan. Hal ini terjadi karena ada faktor pendorong dan faktor penarik yang menyebabkan masyarakat melakukan migrasi menuju perkotaan. Adapun yang dimaksud dengan faktor pendorong di sini adalah kekuatan dari luar perkotaan kekuatan eksternal, sedangkan faktor penarik adalah kekuatan yang berasal dari dalam perkotaan itu sendiri kekuatan internal. Ada berbagai kekuatan eksternal yang mempengaruhi perkembangan perkotaan, salah satu diantaranya adalah urbanisasi berupa migrasi penduduk perdesaan ke kawasan perkotaan akibat sektor pertanian tidak