Submodel Ekonomi Model Pengelolaan Lingkungan Kota Baru BSD
Jasa PHR
AngkKom BankSewa
EkLain PDRBAngKom
PDRBPHR PDRBJasa
PDRBBankSewa PDRBEkLain
PDRB Tangsel
PangsaJasa PangsaPHR
PangsaAngkKom
penduduk pekerja PangsaBankSewa
PangsaEkLain infrastrukfur
Jalan Drainase
kerusakan perbaikan
biaya pekerja kendaraan bermotor
roda dua roda empat
Gambar 41. Diagram stock-flow submodel ekonomi dalam pembangunan kota baru Berkelanjutan
Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Pemerintah Daerah Tangerang Selatan 2009, sektor ekonomi yang berkembang di Tangerang Selatan sebenarnya bukan
berasal dari kegiatan bisnis yang terdapat di dalamnya seperti dari industri, namun berasal dari sektor ekonomi tersier. Dalam hal ini hampir 60 PDRB di Kabupaten
Tangerang Selatan disumbangkan oleh sektor pengangkutan, sektor komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selanjutnya berasal dari sektor jasa 13 dan
sektor bank, persewaan dan jasa perusahaan, dan sisanya adalah sektor ekonomi lain. Adapun keterkaitan antara PDRB yang terdapat di Tangerang Selatan pada umumnya
dan di Kota Baru BSD pada umumnya dapat dilihat pada SFD. Pada penelitian ini, untuk mendapat gambaran kondisi ekonomi kaitannya dengan
PDRB dan kegiatan yang menyumbang PDRB di Kota Baru BSD dibuat simulasinya yang didasarkan pada data lima tahun sebelumnya. Simulasi yang disusun ke dalam
model, dilakukan interpretasi kondisi faktor ke dalam peubah model. Simulasi model dilakukan melalui kajian data yang disusun, diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang
paling berpengaruh terhadap sub model ekonomi pada pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan di kota baru. Adapun sub model ekonomi mengenai kondisi di masa datang secara keseluruhan disajikan pada Gambar 42.
Pada Gambar 42 dan Lampiran 3 terlihat kurva pertumbuhan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan transportasi dan komunikasi lebih tajam dibandingkan dengan
pendapatan dari hasil lainnya. Namun demikian kurva peningkatan pendapatan yang berasal dari perdagangan dan hotel merupakan penyumbang PDRB ke dua, sedang
penyumbang PDRB ke tiga adalah dari sektor jasa, diikuti dari kegiatan bank sewa dan terakhir dari kegiatan ekonomi lainnya.
2008.00 2010.00
2012.00 2014.00
2016.00 1:
1: 1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
4: 4:
4:
5: 5:
5:
1500000 3500000
5500000
1000000 3000000
5000000
500000 2000000
3500000
500000 1500000
2500000 1: PDRBAngKom
2: PDRBPHR 3: PRDBJasa
4: PDRBBankSewa 5: PDRBEkLain
1 1
1 1
2 2
2 2
3 3
3 3
4 4
4 4
5 5
5 5
Gambar 42. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB jutaan rupiah Pada Gambar 42 dan 43 terlihat bahwa PDRB yang berasal dari kegiatan
transportasi dan kegiatan telekomunikasi di lokasi penelitian. Hal ini juga terlihat lebih jelas pada Lampiran 3 yang memperlihatkan terjadinya peningkatan PDRB dari
berbagai kegiatan yang ada di lokasi penelitian dari tahun ke tahun. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa beban besarnya PDRB yang berasal dari kegiatan transportasi dan
telekomunikasi pada tahun 2008 jumlahnya mencapai Rp. 1.504.093.710.000,-. PDRB pada saat dilaksanakan penelitian dari kegiatan transportasi dan tekomunikasi besarnya
mencapai Rp. 2.287.538.520.000,- dan dari hasil simulasi PDRB tahun 2016 diperkirakan akan mencapai Rp. 4.601.057.050.000,-.
2008.00 2010.00
2012.00 2014.00
2016.00 1:
1: 1:
1500000 3500000
5500000 1: PDRBAngKom
1 1
1 1
Gambar 43. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB dari kegiatan transportasi dan komunikasi jutaan rupiah
Penyumbang ke dua terbesar PDRB Tangerang Selatan berasal dari sektor hotel dan restoran Gambar 44.
Hal ini juga terlihat lebih jelas pada Lampiran 3 yang memperlihatkan terjadinya peningkatan PDRB dari kegiatan hotel dan restoran yang ada
di lokasi penelitian dari tahun ke tahun. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa beban
besarnya PDRB yang berasal dari kegiatan hotel dan restoran pada tahun 2008 jumlahnya mencapai Rp. 1.344.914.560.000. PDRB pada saat dilaksanakan penelitian
dari kegiatan hotel dan restoran besarnya mencapai Rp. 2.045.446.920.000,- dan dari hasil simulasi PDRB tahun 2016 diperkirakan bahwa PDRB dari kegiatan hotel dan
restoran akan melonjak secara tajam mencapai Rp. 4.114.124.370.000,-. Penyumbang ke tiga terbesar PDRB Tangerang Selatan berasal dari sektor jasa
Gambar 44. Hal ini juga terlihat lebih jelas pada Lampiran 5 yang memperlihatkan terjadinya peningkatan PDRB dari kegiatan jasa yang ada di lokasi penelitian dari tahun
ke tahun. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa beban besarnya PDRB yang berasal dari kegiatan jasa pada tahun 2008 jumlahnya relatif rendah yakni Rp. 924.479.450.000.
PDRB pada saat dilaksanakan penelitian dari kegiatan jasa besarnya mencapai Rp. 406.017.690.000,- dan dari hasil simulasi PDRB tahun 2016 diperkirakan bahwa PDRB
dari kegiatan jasa mencapai Rp. 2.828.003.790.000,-.
0:51 27 Okt 2011
Page 1 2008.00
2010.00 2012.00
2014.00 2016.00
Y ears 1:
1: 1:
1000000 3000000
5000000 1: PDRBPHR
1 1
1 1
Gambar 44. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB perdagangan hotel dan restoran jutaan rupiah
2008.00 2010.00
2012.00 2014.00
2016.00 1:
1: 1:
500000 2000000
3500000 1: PDRBJasa
1 1
1 1
Gambar 45. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB jasa-jasa jutaan rupiah Penyumbang PDRB Tangerang Selatan lainnya berasal dari sektor bank,
persewaan dan jasa perusahaan Gambar 46. Hal ini juga terlihat lebih jelas pada
Lampiran 3 yang memperlihatkan terjadinya peningkatan PDRB dari kegiatan jasa yang ada di lokasi penelitian dari tahun ke tahun. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa beban
besarnya PDRB yang berasal dari kegiatan jasa pada tahun 2008 jumlahnya relatif rendah yakni
Rp. 820.289.460.000. PDRB pada saat dilaksanakan penelitian dari
kegiatan jasa besarnya mencapai Rp. 1.247.557.740.000,- dan dari hasil simulasi PDRB
tahun 2016
diperkirakan bahwa
PDRB dari
kegiatan jasa
mencapai Rp.
2.509.284.220.000,-.
0:50 27 Okt 2011
Page 1 2008.00
2010.00 2012.00
2014.00 2016.00
Y ears 1:
1: 1:
500000 2000000
3500000 1: PDRBBankSewa
1 1
1 1
Gambar 46. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB bank, persewaan dan jasa perusahaan jutaan rupiah
Penyumbang PDRB Tangerang Selatan lainnya berasal dari sektor ekonomi lainnya Gambar 47.
Hal ini juga terlihat lebih jelas pada Lampiran 3 yang memperlihatkan terjadinya peningkatan PDRB dari kegiatan ekonomi lainnya yang ada
di lokasi penelitian dari tahun ke tahun. Pada Lampiran 3 terlihat bahwa beban
besarnya PDRB yang berasal dari kegiatan ekonomi lainnya pada tahun 2008 jumlahnya relatif rendah yakni Rp. 561.422.350.000. PDRB pada saat dilaksanakan penelitian
dari kegiatan ekonomi lainnya besarnya mencapai Rp. 853.853.220.000,- dan dari hasil simulasi PDRB tahun 2016 diperkirakan bahwa PDRB dari kegiatan ekonomi lainnya
mencapai Rp. 1.717.403.810.000,-. Pada kota baru, jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah
satu faktor daya tarik investasi di suatu daerah. Jalan kota Tangerang Selatan berdasarkan kompilasi data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan 2008
memiliki total panjang 115,81 km dengan 70,36 dari panjang total tersebut dalam kondisi baik, 18,37 dalam kondisi sedang dan 11,28 dalam kondisi rusak. Data ini
berbeda dengan data Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan yang menyatakan bahwa total panjang jalan kota adalah 137,773 km dan diperkirakan 5 rusak ringan,
5 rusak sedang dan 20 rusak berat. Berdasarkan kewenangannya, di Kota
Tangerang Selatan terdapat satu ruas jalan negara dengan panjang 9.160 km, kemudian jalan provinsi sebanyak 12 ruas dengan panjang 48.900 km dan jalan kota sebanyak
1175 ruas dengan panjang 640.929 km. Total panjang jalan di Tangerang Selatan
adalah 698.989 km. Salah satu kondisi yang menyebabkan kemacetan adalah kerusakan jalan serta proses perbaikan jalan.
Perbaikan jalan yang tidak tuntas juga menjadi penyebab kembali rusaknya jalan di Tangerang Selatan.
Gambar 47. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan PDRB sektor ekonomi lain jutaan rupiah
Seperti halnya di kota-kota besar dan pada kota satelit lainnya, di kawasan Tangerang Selatan juga terdapat titik-titik rawan kemacetan. Titik rawan kemacetan
utama di Tangerang Selatan terdapat pada 12 titik yang umumnya terdapat pada sekitar persimpangan jalan atau pasar. Stasiun kereta rel listrik KRL berjumlah lima buah
dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Titik rawan kemacetan dan titik lokasi stasiun KRL didapatkan dari Kompilasi Data untuk
Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan 2008. Di lokasi penelitian terdapat tiga buah yaitu Sungai Cisadane, Angke dan Pasanggrahan sepanjang 178 kilometer.
Sementara untuk anak sungai sebanyak sembilan buah dengan panjang 38,5 kilometer. Mengingat di Tangerang Selatan sektor transportasi dan telekomunikasi merupakan
kegiatan yang menyumbang PDRB paling tinggi, maka pada penelitian ini juga dilihat simulasi pada sub model ekonomi berdasarkan infrastruktur, total panjang jalan seperti
terlihat pada Gambar 48, serta berdasarkan kerusakan jalan. Berdasarkan infrastruktur
0:51 27 Okt 2011
Page 1 2008.00
2010.00 2012.00
2014.00 2016.00
Y ears 1:
1: 1:
500000 1500000
2500000 1: PDRBEkLain
1 1
1 1
dan total panjang jalan terlihat bahwa PDRB akan dibantu meningkat apabila perumbuhan infrastrukturnya meningkat dan jalan yang dibangun semakin banyak.
Namun demikian apabila jalannya rusak, maka dapat berakibat pada menurunnya PDRB, karena kerusakan jalan sangat besar pengaruhnya pada kemacetan
lalulintas dan lamanya daya tempuh perjalanan. Oleh karena itu maka pada penelitian ini juga dilihat simulasi kerusakan jalan dengan maka persentase tambahan biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh pekerja akibat kerusakan jalan seperti yang tercantum pada Gambar 49. Adapun besarnya persentase tambahan biaya transportasi
yang dikeluarkan oleh pekerja akibat kerusakan jalan dapat dilihat pada Gambar 50. Seiring dengan waktu dan relatif murahnya kendaraan dan baiknya akses jalan, maka
akan terjadi peningkatan jumlah kendaraan baik yang roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk lebih jelasnya simulasi pertumbuhan kendaraan roda dua dan roda empat
dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 51 dan Lampiran 3.
2008.00 2010.00
2012.00 2014.00
2016.00 1:
1: 1:
700 702
704 1: Jalan
1 1
1 1
Gambar 48. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan infrastruktur, total panjang jalan km
23:14 31 Okt 2011
Page 1 2008.00
2010.00 2012.00
2014.00 2016.00
Y ears 1:
1: 1:
29 30
31 1: kerusakan jalan
1 1
1 1
Gambar 49. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan infrastruktur persentase kerusakan jalan
2008.00 2010.00
2012.00 2014.00
2016.00 1:
1: 1:
5 6
6 1: biay a tambahan transport
1 1
1 1
Gambar 50. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan persentase tambahan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pekerja akibat kerusakan jalan.
15:57 31 Okt 2011
Page 1 2008.00
2010.00 2012.00
2014.00 2016.00
Y ears 1:
1: 1:
2: 2:
2:
17500 19500
21500
10000 25000
40000 1: roda empat
2: roda dua
1 1
1 1
2 2
2 2
Gambar 51. Simulasi submodel ekonomi berdasarkan jumlah kendaraan roda dua dan roda empat
Berdasarkan pemodelan yang dibuat, kondisi jalan panjang total adalah tetap, sedangkan kerusakan dan perbaikan jalan selalu dilakukan sehingga berpotensi
meningkatkan kemacetan jalan yang akan dilintasi oleh pekerja yang sebagian besar komuter, yakni tinggal di kawasan Tangerang Selatan tetapi berkerja di wilayah utama
yakni DKI Jakarta. Adanya kemacetan tersebut akan meningkatkan biaya konsumsi bahan bakar yang berakibat pada peningkatan biaya transportasi serta meningkatkan
buangan gas CO
x
, NO
x
dan SO
x
yang sifatnya akan merusak lingkungan. Hal ini akan semakin diperparah oleh tingginya pertumbuhan pembelian kendaraan bermotor baik
roda empat maupun roda dua, yang tidak diimbangi dengan pertumbuhanpembuatan jalan di Tangerang Selatan. Tingkat pertumbuhan sepeda motor adalah yang paling
tinggi. Hal ini merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kecelakaan yang
terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat kedisiplinan pengendara sepeda motor, ditambah lagi dengan rendahnya tingkat kedisiplinan pengendara moda kendaraan lain
seperti truk, mobil pribadi, dan angkutan umum.