Dimensi Ekonomi Analisis Keberlanjutan

53.17 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Gambar 16. Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi Kota Baru BSD Besarnya nilai indeks keberlanjutan ekonomi dipengaruhi oleh atribut-atribut keberlanjutan seperti telah disebutkan di atas, namun demikian atribut-atribut tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap besarnya nilai indeks keberlanjutan. Dalam rangka melihat atribut-atribut yang lebih sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indek keberlanjutan ekonomi, dilakukan analisis laverage. Hasil analisis laverage diperoleh empat atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu 1 keberadaan kawasan bisnis, 2 tingkat pengangguran, 3 keberadaan kawasan industri, dan 4 keberadaan pertokoan kawasan. Hasil analisis laverage dapat dilihat seperti Gambar 17. Atribut sensitif pertama adalah keberadaan kawasan bisnis. Pada kota baru, selain adanya zonasi perumahan masyarakat identik, juga harus terdapat kawasan bisnis, mengingat dengan tersedianya kawasan bisnis, maka di perumahan tersebut juga identik dengan relatif dapat terpenuhinya tuntutan-tuntutan dari penghuni perumahan tersebut untuk berusaha dan untuk mencari nafkah ke lokasi yang tidak terlalu jauh. Keberadaan kawasan bisnis yang strategis akan memudahkan masyarakat untuk mendapat barang- barang kebutuhannya, untuk menjual barang-barang yang diproduksinya atau untuk bertransaksi di berbagai bidang. Selain hal tersebut dengan adanya kawasan bisnis yang berkembang di kota baru ini berarti ada tempat usaha yang baik, mudah ditemukan dan dijangkau, sehingga akan menarik baik bagi konsumen perumahan kota baru itu sendiri maupun untuk penghuni yang mata pencahariannya atau yang hobbinya berbisnis. Keberadaan kawasan bisnis di area kota baru yang relatif dekat dengan kawasan permukiman tentunya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat, namun juga keberadaan kawasan bisnis tersebut juga harus memperhatikan aspek lingkungan sekitar, sehingga kawasan kota baru tetap berkelanjutan walau dalam kondisi apapun. Gambar 17. Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai root mean square RMS Atribut sensitif ke dua adalah tingkat pengangguran. Walaupun Kota Baru BSD adalah kota baru yang sudah modern dengan kondisi keberlanjutan yang masuk pada kategori cukup, namun ternyata juga tidak pernah terlepas dari masalah pengangguran. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat yang ada di lokasi tersebut mempunyai pekerjaan tetap, namun demikian diantara masyarakat tersebut terutama yang berada di sekitar perumahan terencana cukup banyak yang tidak mempunyai pekerjaan tetap pengangguran, sehingga dapat mengganggu ketentraman. Berdasarkan wawancara juga terungkap bahwa penganggur yang paling banyak terutama berasal dari masyarakat pendatang yang datang ke kota baru untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu maka terjadinya urbanisasi dari desa ke Leverage of Attributes 0.44 0.66 0.48 1.81 1.19 0.31 1.48 2.57 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Kawasan bisnis Keberadaan industri Tingkat pendapatan Pertokoan kawasan Tingkat pengangguran Kemampuan daya beli masy Kelayakan lingk usaha Peluang usaha Attribute Root mean square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Status scale 0 to 100 kota merupakan salah satu aspek yang perlu diwaspadai mengingat urbanisasi seringkali meningkatkan jumlah penganggur, di lain pihak meningkatnya jumlah penganggur ini seringkali berdampak pada ketidak kondusifan di dalam kawasan. Hingga saat ini pengangguran masih menjadi masalah besar di berbagai lokasi, bahkan di kota besar sekalipun, oleh karena itu maka harus dicari jalan keluar yang tepat, mengingat pengangguran dapat menjadi persoalan yang berakibat pada terganggunya stabilitas sosial, politik dan ekonomi. Oleh karenanya apabila masalah pengangguran tidak dapat terpecahkan, maka suatu saat akan sangat membahayakan kelangsungan pemerintahan suatu negara, mengingat pengangguran akan mengakibatkan timbulnya kerawanan sosial. Atribut sensitif ke tiga adalah keberadaan kawasan industri. Pada dasarnya Kota Baru BSD merupakan kota baru mandiri, dalam arti masalah ekonomi dan sosial, berupaya untuk dipecahkan sendiri, termasuk di dalamnya masalah pengangguran. Dalam rangka menunjang Kota Baru BSD menjadi wilayah yang mandiri, maka selain harus terdapat kawasan bisnis. Hal yang juga sangat perlu ada adalah terdapatnya kawasan industri, mengingat kawasan industri merupakan kawasan yang dapat menggairahkan kondisi ekonomi kawasan, dapat meningkatkan PAD, dan PDRB serta akan membantu pemerintah untuk mengurangi pengangguran. Oleh karena itu maka kawasan industri mutlak harus ada di kota baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Miranti 2007 yang mengatakan bahwa industri ini merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Pada 2006, industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,7 terhadap total ekspor nasional, 20,2 terhadap surplus perdagangan nasional, dan 3,8 terhadap pembentukan produk domestik bruto PDB nasional. Selain hal tersebut di atas, keberadaan kawasan industri juga perlu mendapat perhatian yang cukup serius, mengingat di lokasi ini akan terjadi aktifitas antropogenik yang begitu tinggi, termasuk di dalamnya pembakaran BBF, pembuangan sampah dan pembuangan limbah cair. Hal ini akan menimbulkan masalah yang cukup serius karena menurut Abou et al. 2002 pada limbah industri ditemukan limbah B3 dengan jumlah umumnya lebih tinggi dibanding kegiatan lain. Namun demikan limbah B3 dari industri pada lokasi yang terkonsentrasi di kawasan industri point source seperti yang terjadi di Kota Baru BSD, relatif lebih mudah untuk dilakukan pengawasan dan penanganannya karena dapat dibuat IPAL komunal Allenby, 1999. Atribut sensitif ke empat adalah keberadaan pertokoan di kawasan kota baru. Di pertokoan banyak transaksi yang terjadi, dan di kawasan pertokoan pula peredaran uang sangat besar, sehingga pertokoan idealnya harus mengikuti pusat permukiman berada, begitu pula dengan kebalikannya. Hal ini terjadi karena masyarakat merupakan faktor penting dalam penentuan keberadaan pertokoan, mengingat keberadaan pertokoan disamping dapat memberi manfaat tapi juga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, terutama yang tinggal berdekatan dengan pertokoan pada khususnya. Oleh karena itu penerimaan masyarakat akan keberadaan pertokoan menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat bukan tidak mungkin di lokasi tersebut dapat terjadi konflik dengan masyarakat.

5.2.3. Dimensi Sosial dan Budaya

Pada penelitian ini didapatkan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya sebesar 26,49 . Nilai dimensi sosial budaya ini jauh di bawah nilai 50, sehingga termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan Kavanagh, 2001. Selain hal itu nilai dimensi sosial budaya ini juga berada di bawah indeks keberlanjutan dimensi ekologi maupun dimensi ekonomi. Hal ini memperlihatkan bahwa di kawasan kota baru terdapat indikasi bahwa adanya kegiatan yang mendekati gaya metropolitan di kota baru mengakibatkan relatif melunturnya aspek sosial budaya, yang terlihat dari tidak terdapat lagi budaya asli wilayah tersebut, sehingga budaya masyarakat setempat sudah luntur dan tidak didapati lagi di kawasan Kota Baru BSD. Selain itu masyarakat di Kota Baru BSD juga relatif lebih bersifat individual, sehingga perlu dilakukan berbagai hal untuk meningkatkan status nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya ini, terutama dalam hal perbaikan terhadap beberapa atribut yang sensitif yang akan mempengaruhi nilai indeks tersebut secara nyata. Untuk lebih jelasnya nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial dan budaya dapat dilihat pada Gambar 18. Adapun peran masing-masing aspek pada atribut sosial budaya ini dianalisis dengan menggunakan analisis leverage dapat dilihat pada Gambar 19. Pada Gambar 19 terlihat bahwa atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial-budaya terdiri dari lima atribut, yaitu: 1 kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat terhadap sumberdaya, 2 status kesehatan masyarakat, 3 pengaruh keberadaan BSD pada nilai sosial budaya lokal, 4 keragaman budaya dalam masyarakat dan 5 konflik dengan masyarakat lokal. Gambar 18. Indeks keberlanjutan dimensi sosial dan budaya Kota Baru BSD Berdasarkan hasil analisis laverage diperoleh tiga atribut yang paling sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya yaitu 1 pengaruh keberadaan BSD pada nilai sosial budaya lokal, 2 keragaman budaya dalam masyarakat, dan 3 konflik dengan masyarakat lokal. Atribut-atribut tersebut perlu dikelola dan terus ditingkatkan dengan baik agar nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya ini meningkat di masa yang akan datang. Pengelolaan atribut dilakukan dengan cara meningkatkan peran setiap atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang dapat berdampak negatif terhadap indeks keberlanjutan dimensi sosial-budaya dalam pengembangan permukiman tepi sungai di Jakarta. Hasil analisis laverage dapat dilihat seperti Gambar 19. Pada Gambar 19 terlihat bahwa atribut yang paling sensitif yang harus benar- benar diperhatikan adalah adanya pengaruh keberadaan Kota Baru BSD pada nilai sosial budaya lokal, keragaman budaya dalam masyarakat, dan konflik antara masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman Kota Baru BSD dengan masyarakat lokal. Hal ini dapat dimengerti mengingat masyarakat yang tinggal di suatu kawasan perumahan perkotaan, seperti halnya di BSD pada umumnya terdiri dari beragam etnik, adat juga latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu maka keragaman tersebut 26,49 RAPPERUMTES Ordination Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Status Permukiman 26,49