Teknik Analisis Data A Model for environment control of sustainable new town development. (case study: new town development of Bumi Serpong Damai
43
Tabel 6. Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian
Data Indikator
Unit Sumber
Luas kota baru Luas kawasan Kota Baru terbangun
ha PT. BSD
Kualitas udara Konsentrasi ambien polusi udara pada
kawasan kotabaru BSD dan Jakarta CO2, NO
x
, SO
x
ppm Pengukuranpengambilan
sample di lapanganalisis di lab
Kws. permukiman Persentase luas kws. Permukiman dr.
luas total BSD PT. BSD
Kws. terbangun Persentase luas kws. Terbangun dari
luas total BSD PT. BSD
Kawasan lindung Persentase luas kws.Lindung dr. luas
total BSD ha
Bappeda Pengelolaan
limbah Persentase limbah domestik dan
industri yang mendapat treatment. ton
PT. BSD Bapedalda
Pencemaran air Konsentrasi limbah B3 logam berat
Hg, Cd, Pb, As, Cr dan phenol dalam air
ppm Bapedalda
Banjir Persentase kawasan banjir dari
seluruh lahan daratan BSD Frekuensi banjir yang terjadi di BSD
Kalith PT. BSD
Bappeda Bappeda
Persampahan Persentase sampah BSD terangkut ke
TPA PT. BSD
Kualitas dan kuantitas air
bersih BOD, COD, amoniak, nitrit, nitrat,
posfat, detergen,H2S dan coliform ppm
Observasi Jumlah air tanah dan air permukaan
yang dikonsumsi per tahun. BPS
Jumlah penduduk Jumlah penduduk yang tinggal
BPS Pertumbuhan
penduduk Pertumbuhan penduduk per tahun di
BSD BPS
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk per hektar BPS
Pendapatan per KK
Besar pendapatan per kapita BPS
Mata pencaharian Jenis mata pencaharian penduduk
BPS Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk BPS
Factor pengungkit Keberlanjutan
kota baru Terumuskannya faktor pengungkit
pada aspek sosial, ekonomi, ekologi, teknologi, hokum dan kelembagaan
satuan Wawancara mendalam
ExpertPakar
Parameter kunci keberlanjutan kota
baru Terumuskannya parameter kunci
keberlanjutan pada aspek sosial, ekonomi, ekologi, teknologi, hokum
dan kelembagaan satuan
Wawancara mendalam dengan ExpertPakar
Kebutuhan sistem Tujuan sistem
Identifikasi faktor strategis sistem.
Perumusan skenario sistem.
Penentuan prioritas
Kebutuhan dari setiap stakeholder terkait permasalahan pengendalian
pencemaran Pengkajian masalah dimulai dari
analisis kebutuhan hingga dapat sistem operasional yang efektif
Pernyataan kebutuhan dari masalah yang akan diselesaikan untuk
mencukupi kebutuhan Terumuskannya skenario-skenario
pengendalian kerusakan lingkungan Terumuskannya prioritas utama
dalam pengendalian kerusakan lingkungan
ExpertPakar ExpertPakar
ExpertPakar ExpertPakar
ExpertPakar
44
Tabel 7. Rincian jumlah responden penelitian
No. Responden
Teknik Pengambilan Sampel
Jumlah
Pakar
1 Kepala LH Kab.Tangerang
Purposive 1 orang
2 Kepala Dinas PU
Purposive 1 orang
3 Pengembang BSD
Purposive 1 orang
4 Akademisi
Purposive 2 orang
5 LSM peduli lingkungan rusunawa
purposive 1 orang
6 Asosiasi perumahan
purposive 1 orang
7 Penghuni BSD
purposive 2 orang
8 Tokoh masyarakat sekitar
purposive 2 orang
Jumlah 11 orang
Gambar 7. Tahapan penelitian
Indikator Keberlanjutan
Model Pengendalian lingkungan dalam
pembangunan kota baru Faktor
Pengungkit Penentuan Kualitas
Lingkungan kondisi eksisting
Analisis status kualitas lingkungan
Status Keberlanjutan
Prioritas Kebijakan dan Strategi
Implementasi Faktor
Kunci Wawancara
Pustaka
Analisis Prospektif Kuesioner
Wawancara MDS
FGD Pembangunan
Kota Baru BSD
45
Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing-masing dimensi pengelolaan lingkungan apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan
sumberdaya dalam suatu wilayah tertentu untuk jenis kegiatan yang spesifik. Dasar dari penentuan status ini menjadi barometer dalam penentuan kebijakan yang harus
dilakukan guna terjaminnya keberlanjutan kota baru. Teknik MDS ini akan
menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan, dan juga mendefenisikan pembangunan kawasan yang fleksibel.
Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan software Rapfish rapid assesment techniques for fisheries yang dikembangkan oleh
Fisheries Center University of British Columbia, Kanada. Pada analisis MDS ini, data yang diperoleh diberi skor sesuai dengan status sumberdaya tersebut dengan skala 0
sampai 100. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial,
kelembagaan, dan teknologi. Adapun tatacara melakukannya disajikan pada Gambar 7.
b Analisis Prospektif
Analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang berpengaruh pada pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang
berkelanjutan saat ini. Faktor-faktor kunci hasil analisis tersebut kembali dianalisis tingkat pengaruh dan kebergantungannya, yang selanjutnya dijadikan sebagai variabel
untuk membangun model pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Model yang dibangun mengacu pada variabel yang kuantitatif
dan kualitatif. Analisis prospektif
ini akan memberikan kombinasi faktor-faktor dominan dan didefinisikan kemungkinan keadaannya di masa depan dan dirumuskan
berbagai masukan pada pengembangan model pengendalian lingkungan dalam pembangunan Kota Baru BSD yang berkelanjutan. Selain itu juga untuk merumuskan
skenario yang mungkin terjadi dalam pengembangan model. Skenario disusun dengan melibatkan stakeholder terkait. Teknik perumusan skenario menggunakan pendekatan
prospektif dan focus group discussion FGD. Pada penelitian ini keberlanjutan dinilai dari lima dimensi. Setiap dimensi
tersebut dilengkapi dengan atribut yang digunakan untuk menilai kondisi di masa lalu dan saat ini. Penentuan skor setiap atribut dilakukan dengan berbagai teknik yaitu:
untuk atribut yang datanya tersedia dalam bentuk numerik, maka menggunakan data
46
dokumentasi. Atribut yang datanya berupa persepsi atau pandangan maka dilakukan wawancara terhadap responden yang mengetahui dengan tepat kondisi atribut tersebut.
Gambar 8. Proses aplikasi MDS Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan untuk ke-lima
dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 – 100. Adapun kategori keberlanjutannya menggunakan skor yang diadopsi dari Kavanagh 2001, yakni jika didapat skor 0-24,99
menunjukan bahwa dimensi tersebut buruk, skor 25-49,99 menunjukkan kurang berkelanjutan; jika didapat skor 50 – 74,99 menunjukkan cukup berkelanjutan; dan jika
skor 75-100 menunjukkan bahwa dimensi tersebut berkelanjutan atau baik.
MULAI
Review Atribut
meliputi berbagai kategori dan skoring kriteria
Identifikasi dan Pendefinisian Keberlanjutan
kriteria yang konsisten
Skoring Kawasan
konstruksi angka referensi untuk good, bad anchor
Simulasi Monte Carlo
analisis ketidakpastian
Leveraging Factor
Analisis anomali
Multidimensional Scaling Ordination
untuk setiap atribut
Analisis Keberlanjutan
Asses sustainability
47
Pada penelitian ini juga akan didapatkan faktor pengungkit leverage factors yakni faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam pengembangan kota baru di
masa mendatang. Faktor pengungkit selanjutnya dilihat kembali faktor mana yang
merupakan faktor sensitifnya atau faktor mana yang dapat mengintervensi hal-hal yang akan membuat pengembangan kota baru menjadi berkelanjutan.
Dalam rangka mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengembangan kota baru berbasis budidaya kota baru, digunakan analisis
Monte Carlo, sehingga dari sini akan diketahui hal-hal sebagai berikut Kanvanagh, 2001, serta Fauzi dan Anna, 2002:
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemanaman terhadap
atribut atau cara pembuatan skor atribut; 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti
yang berbeda; 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi;
4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data. Analisis prospektif ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor
kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Analisis ini juga dapat mengeksplorasi kemungkinan di
masa yang akan datang, sesuai kebutuhan para pelaku stakeholders yang terlibat dan akan diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi.
Adapun faktor
kunci yang
didapat akan
digunakan untuk
mendeskripsikan kemungkinan masa depan bagi pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.
Pada analisis ini akan dihimpun pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat dalam pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun tahapan yang
dilakukan pada analisis prospektif Bourgeois dan Jesus, 2004 adalah sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang dikaji.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan
melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran
48
utama; 2 Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan 3 Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan.
Tabel 8. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendalian
kerusakan lingkungan yang berkelanjutan Dari
Terhadap A
B C
D E
F G
A B
C D
E F
G
Sumber: Godet et al. 1999. Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem
Gambar 9. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Pada tahap tersebut dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah
dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan
perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Adapun untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem,
MDS
Pengaruh
Ketergantungan
49
pada tahap pertama digunakan matriks seperti yang terlihat pada Tabel 8. Tingkat
pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 9. Berdasarkan hasil analisis tersebut selanjutnya akan dibuat skenario pengendalian
kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Selanjutnya setelah didapat faktor kunci
dirumuskan prioritas kebijakan pengendalian kerusakan lingkungan yang berkelanjutan.