2.6. Hubungan Panjang Bobot
Hubungan panjang bobot digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan. Analisis pertumbuhan panjang bobot bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan bobot. Bobot dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan
panjang bobot digunakan untuk menduga bobot dari panjang atau sebaliknya. Selain itu juga, dapat diketahui pola pertumbuhan, kemontokan, dan pengaruh perubahan
lingkungan terhadap pertumbuhan ikan Effendie 2002. Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai
konstanta b, yaitu nilai pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Menurut Effendie 2002, terdapat dua pola pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
isometrik dan allometrik. Nilai b=3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang menyatakan bahwa pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan
bobotnya. Nilai b≠3 menggambarkan pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobotnya. Pertumbuhan dikatakan
allometrik positif b3 jika pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan allometrik negatif b3 jika pertambahan panjang
lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot Effendie 2002.
2.7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pada suatu lingkungan perairan banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya individu ikan dalam suatu perairan. Suatu stok ikan yang telah
dieksploitasi perlu diketahui tingkat laju mortalitasnya. Laju mortalitas total Z adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan F dan laju mortalitas alami M.
Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti penyakit, stres, pemijahan, kelaparan dan usia tua. Sedangkan
mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas penangkapan Sparre Venema 1999.
Laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bartalanffy yaitu K dan L
∞
. Ikan yang pertumbuhannya K cepat memiliki nilai mortalitas M yang tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan nilai L
∞
karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil Berverton Holt 1957.
Laju eksploitasi E didefinisikan sebagai suatu kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebut hidup. Laju eksploitasi adalah jumlah ikan yang
ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati baik alami maupun karena faktor penangkapan. Penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor
yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam
pengkajian stok ikan King 1995.
2.8. Faktor Kondisi
Faktor kondisi dapat menggambarkan kemontokan ikan. Ikan yang berukuran kecil memiliki faktor kondisi yang lebih rendah dan akan meningkat ketika ikan
tersebut bertambah besar. Peningkatan faktor kondisi disebabkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum pemijahan Effendie
2002. Ketersediaan makanan akan mempengaruhi faktor kondisi. Pada saat makanan
berkurang jumlahnya, ikan akan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi selama proses pematangan gonad dan pemijahan sehingga faktor kondisi ikan
menurun Effendie 2002.
2.9. Tingkat Kematangan Gonad