oleh lingkungan dimana ikan tersebut hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain disebabkan oleh perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis dari ikan tersebut, sedangkan faktor eksternal meliputi makanan, suhu,
arus, dan adanya individu yang memiliki jenis kelamin berbeda dan tempat memijah yang sama Tampubolon 2008. Secara alamiah TKG akan berlangsung menurut
siklusnya sepanjang kondisi makanan dan faktor lingkungan tidak berubah Handayani 2006.
2.10. Nisbah Kelamin
Reproduksi merupakan mata rantai dalam siklus hidup ikan yang berhubungan dengan mata rantai lain untuk menjamin kelangsungan hidup spesies ikan Nikolsky
1963. Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan ikan betina dalam suatu populasi. Untuk beberapa spesies ikan, perbedaan jenis kelamin
dapat ditentukan melalui perbedaan morfologi tubuh atau perbedaan warna tubuh. Dalam kelangsungan hidup suatu populasi, kondisi nisbah kelamin yang ideal adalah
1:1 Bal Rao 1984 in Tampubolon 2008. Nisbah kelamin penting diketahui karena berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Tetapi di alam sering terjadi
penyimpangan dari kondisi ideal, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan betina, serta perbedaan laju mortalitas dan laju
pertumbuhannya Nasabah 1996 in Ismail 2006. Menurut Effendie 2002, perbandingan rasio di alam tidaklah mutlak. Hal ini
dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan. Keseimbangan nisbah
kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang
pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina.
2.11. Analisis Ketidakpastian
Perikanan merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan saling terkait. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan mendefinisikan perikanan
sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Perikanan sebagai suatu sistem yang kompleks memiliki sifat ketidakpastian
meliputi ketidakpastian produksi, harga, dan pemilihan teknologi penangkapan. Ketidakpastian dalam sektor perikanan dapat disebabkan oleh faktor-faktor alami
dari sektor perikanan tersebut maupun dari berbagai pihak yang berkepentingan di dalamnya.
Permasalahan dan resiko-resiko yang terjadi dalam suatu sistem perikanan akibat dari ketidakpastian dapat mempengaruhi keberlanjutan perikanan di masa
yang akan datang. Apabila tidak diatasi, maka dapat mengancam sistem perikanan tersebut Charles 2001. Oleh karena itu sangat penting untuk dilakukan suatu
pengelolaan yang tepat agar perikanan tetap terjaga dan termanfaatkan secara optimum. Cakupan sumber ketidakpastian sangat luas, baik dari sisi alamiah
maupun sisi manusia atau manajemennya Tabel 1. Tabel 1. Sumber-sumber ketidakpastian dalam sistem perikanan
Sumber yang bersifat alami Sumber yang bersifat dari manusia
Ukuran stok dan struktur umur ikan Harga ikan dan struktur pasar
Mortalitas alami Biaya operasional dan biaya korbanan
Predator-prey Perubahan tekhnologi
Heterogenitas ruang Sasaran pengelolaan
Migrasi Sasaran nelayan
Parameter stock-assessment Respon nelayan terhadap peraturan
Hubungan stock-recuitment Perbedaan persepsi terhadap stok ikan
Interaksi multispesies Perilaku konsumen
Interaksi ikan dengan lingkungan Sumber : Charles 2001
Berikut ini beberapa tipologi ketidakpastian yang dijelaskan oleh Charles 2001, yaitu:
1. Randomness Process Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian yang menyangkut dengan proses dalam sistem perikanan yang bersifat random acak.
2. Parameter and State Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian dalam konteks ketidakakuratan yang dibagi menjadi tiga macam:
a. Observation Uncertainty, ketidakpastian perikanan karena keterbatasan observasi ketidakpastian variabel perikanan yang dapat mengakibatkan
terjadinya miss-management. b. Model Uncertainty, ketidakpastian dalam memprediksi model sistem
perikanan. c. Estimation Uncertainty, ketidakpastian sebagai akibat dari ketidakakuratan
estimasi. 3. Structural Uncertainty, yaitu tipologi ketidakpastian yang muncul akibat dari
proses struktural dalam pengelolaan perikanan. a. Implementation Uncertainty, ketidakpastian implementasi yang muncul akibat
dari proses struktural dalam pengelolaan perikanan. b. Instutional Uncertainty, ketidakpastian dalam pengelolaan perikanan sebagai
sebuah institusi atau ketidakpastian “value system” dalam perikanan. Fluktuasi pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan
dalam perikanan, baik dari segi produksi, harga, maupun jumlah populasi ikan yang ada, terutama jika nilai yang dihasilkan lebih rendah dari sebelumnya Charles
2001. Jika nilai parameter pada model prediksi tidak diketahui, maka keputusan yang dihasilkan bagi pengelolaan dapat menjadi suatu kesalahan yang menimbulkan
resiko sebagai akibat dari ketidakpastian tersebut. Pemahaman mengenai resiko dalam suatu sistem perikanan sangat
dibutuhkan untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dalam jangka pendek ataupun panjang serta sebagai suatu upaya untuk mengurangi dan mengatasi
resiko yang telah terjadi. Secara umum terdapat dua metodologi dalam menganalisis resiko Surya 2004 yaitu :
1. Secara kuantitatif, dimana analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi resiko kemungkinan kerusakan atau kegagalan sistem informasi dan memprediksi
besarnya kerugian berdasarkan formula-formula matematis yang dihubungkan dengan nilai-nilai finansial.
2. Secara kualitatif, dimana merupakan suatu analisa yang menentukan resiko tantangan organisasi. Penilaian dilakukan berdasarkan instuisi, tingkat keahlian
dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya. Dalam pengelolaan perikanan sendiri, pemahaman mengenai resiko dibedakan
menjadi dua, yaitu : 1. Risk Assessment penaksiran resiko
Penaksiran resiko digunakan untuk menganalisis ketidakpastian, mengukur resiko, memprediksi hasil perikanan, serta dapat memberikan skenario
pengelolaan. Tujuan dari Risk Assessment ada dua, yaitu: a. Menentukan besarnya resiko ketidakpastian yang timbul dari adanya fluktuasi
acak, pendugaan pengukuran parameter yang tidak tepat dan ketidakpastian yang berkenaan dengan keadaan alam. Hal ini dapat dicapai melalui analisis
statistik dengan menggunakan time-series data. b. Memprediksi resiko secara kuantitatif dari hal-hal pasti yang akan terjadi akan
tetapi kejadian tersebut tidak diinginkan. Hal ini dapat dianalisis dengan pendekatan simulasi stok untuk mengestimasi implikasi jangka panjang
risks dari sebuah skenario pengelolaan. 2. Risk Management pengelolaan resiko
Pengelolaan resiko merupakan upaya untuk mengatur, mengurangi atau mengatasi resiko dalam sistem perikanan, melalui beberapa teknik analisis
dengan merancang rencana pengelolaan yang optimal dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini dapat dicapai dengan prinsip adaptive management yaitu
menghitung resiko dengan cara memanfaatkan. Adaptive management terdiri dari tiga model, yaitu:
a. Non-adaptive models; pengukuran ketidakpastian yang terlalu berlebihan. b. Passive adaptive models; memperbaharui pengukuran tanpa mempedulikan
perubahan-perubahan yang terjadi di masa yang akan datang c. Active adaptive models; nilai-nilai informasi yang terdapat di masa yang akan
datang dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan.
2.12. Pengeloalaan Sumberdaya Perikanan