Analisis ketidakpastian 5. Hubungan Panjang Bobot

itu, ketidakseimbangan tersebut juga disebabkan oleh perbedaan umur karena kematangan gonad yang pertama kali Yustina 2002. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup suatu populasi, diharapkan perbandingan ikan jantan dengan ikan betina berada dalam kondisi yang seimbang 1:1 Purwanto et al 1986 in Affandi et al. 2007.

4.10. Analisis ketidakpastian

Pengambilan data sekunder untuk periode Februari 2010 hingga Februari 2011 menunjukkan bahwa produksi ikan terisi di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing berfluktuasi Gambar 15. Gambar 15. Grafik produksi ikan terisi Nemipterus balinensis di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing Berdasarkan Gambar 15, pada hari ke-91 sampai hari ke-121 waktu pengambilan contoh jumlah hasil tangkapan juga berfluktuasi. Semakin tinggi pertumbuhan, faktor kondisi dan tingkat kematangan gonad maka hasil tangkapan ikan terisi semakin tinggi pula. Fluktuasi terhadap hasil tangkapan ikan terisi yang didaratkan di TPI Cilincing juga sangat dipengaruhi oleh penangkapan yang dilakukan oleh nelayan di TPI Cilincing. Berbeda dengan produksi ikan terisi, harga ikan terisi tidak mengalami fluktuasi Rp. 8000,00. Hal ini dapat disebabkan pada penentuan harga yang tidak dipengaruhi oleh faktor alam, melainkan oleh manusia itu sendiri. Penentuan harga ikan terisi dilihat berdasarkan kondisi ikan serta perlakuan yang diberikan terhadap ikan. Apabila ikan terisi dalam kondisi baik, maka harga ikan akan semakin mahal. Pada harga tidak dilakukan analisis ketidakpastian. Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegiatan perikanan tangkap disebabkan adanya ketidakpastian yang dapat berasal dari sumber-sumber ketidakpastian secara alami maupun bersumber dari manusia. Fluktuasi hasil tangkapan dan harga ikan terisi merupakan dua faktor yang memberikan pengaruh besar bagi industri perikanan tangkap dan pengelolaan berkelanjutan. Analisis ketidakpastian dapat dianalisis dengan simulasi Monte-Carlo. Hasil analisis Monte-Carlo terhadap produksi ikan terisi dsajikan pada Gambar 17. Crystal Ball Student Edition Not for Commercial Use Frequency Chart .000 .007 .015 .022 .029 7.25 14.5 21.75 29 8.25 14.27 20.29 26.32 32.34 1,000 Trials 9 Outliers Forecast: produksi Gambar 17. Diagram frekuensi hasil tangkapan ikan terisi Nemipterus balinensis di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing Hasil analisis Monte-Carlo terhadap produksi ikan terisi memperlihatkan grafik yang menyerupai kurva sebaran normal. Sebaran normal ini menunjukkan terjadinya ketidakpastian penangkapan ikan terisi. Selain itu ketidakpastian penangkapan juga dapat terlihat dari hasil perhitungan secara statistik dari nilai rata- rata dan simpangan baku. Hasil perhitungan secara statistik dapat terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nisbah statistik volume produksi ikan terisi Nemipterus balinensis di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing Statistik Deskriptif Rata-rata 20,16 Nilai Tengah 20,17 Modus --- Simpangan Baku 4,71 Ragam 22,15 Kemiringan 0,06 Kurtosis 2,92 Koefisien ragam 0,23 Minimum 4,68 Maximum 35,74 Jarak 31,05 Galat baku 0,15 Hasil perhitungan statistik pada Tabel 12 diperoleh simpangan baku sebesar 0,15. Rata-rata produksi per hari yang diperoleh sebanyak 20,16 kg dengan fluktuasi produksi ikan terisi per hari sebesar 4,71 kg. Simpangan baku yang didapatkan lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa peluang ketidakpastian tangkapan terhadap ikan terisi dari perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di TPI Cilincing memiliki kemungkinan yang cukup tinggi untuk terjadi. Selain itu nilai koefisien keragaman mencapai 0,23 dengan kurtosis sebesar 2,29. Nilai kurtosis yang tinggi menunjukkan grafik sebaran normal semakin landai menandakan volume produksi yang dihasilkan semakin bervariasi. Apabila grafik membentuk sebaran normal, maka terdapat suatu ketidakpastian pada produksi ikan terisi. Hasil tangkapan dapat dipengaruhi oleh kajian stok ikan terisi. Ikan terisi dengan pola pertumbuhan allometrik negatif cenderung memiliki berat yang lebih ringan, karena makanan yang masuk ke dalam tubuhnya digunakan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Tingkat pertumbuhan ini menunjukkan ikan masih kecil dan belum matang gonad sehingga sesuai untuk dilakukan penangkapan dibandingkan ikan terisi dengan pola pertumbuhan allometrik positif, karena diduga sedang melakukan pematangan gonad. Walaupun demikian, tidak semua fase pola pertumbuhan allometrik negatif baik untuk dilakukan penangkapan. Hasil analisis menunjukkan ikan terisi memiliki nilai b yang sangat mendekati 3 Tabel 7 dan Tabel 8, maka ikan terisi tersebut sedang menuju proses persiapan matang gonad sehingga akan lebih baik jika ikan terisi tidak ditangkap sampai ikan bereproduksi. Hasil tangkapan yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya musim penangkapan, kemampuan biologis, cuaca, daerah penangkapan, alat tangkap yang digunakan, armada dan jumlah armada penangkap ikan, perilaku nelayan serta teknologi atau sarana lain yang mendukung keberhasilan kegiatan penangkapan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan volume hasil tangkapan sumberdaya perikanan yang ditangkap dapat berubah dari waktu ke waktu.

4.11. Implikasi Bagi Pengelolaan Ikan Terisi