2.2.4. Haul zakat profesi
Berkenan dengan haulnya zakat profesi, para ulama berbeda pendapat. Menurut Abdur Rahman Hasan, Muhammad Abu Zahrah, dan Abdul Wahab
Khallaf mengatakan bahwa pencaharian dan profesi dapat diambil zakatnya apabila sudah setahun haul tanpa kurang ditengah-tengah Nukthoh Arfawie
Kurde, 2005:34. Menurut Al-Qardawi; bahwa pendapatan atau uang hasil pekerjaan profesi
itu adalah termasuk mal mustafad, artinya harta yang baru dimilikinya melalui cara kepemilikan yang sah menurut undang-undang maka dengan demikian
disepakati bahwa zakat dari mal mustafad ialah pada waktu menerimanya tanpa haul apabila telah mencapai nisab Ibid.
Menurut Nukthoh Arfawie Kurde, dari berbagai pendapat seperti yang telah dikemukakan, adalah pendapat Al-Qardawi yang lebih dekat dari atmosfir
Indonesia, yaitu zakat uang ini berarti pula bahwa kalau telah mencapai nisab, maka zakatnya adalah 2,5 dari harta yang dimiliki, namun Nukthoh Arfawie
Kurde kurang sependapat dengan Al-Qardawi mengenai pendapatan bersih yang wajib kena pajak. Menurut hemat Nukthoh Arfawie Kurde, pendapatan bersih
seseorang akan sangat bergantung pada gaya hidup seseorang. Misalkan saja, dari 2 orang yang berpendapatan sama, tentu mempunyai nilai saving atau net income
yang berbeda. Hal ini disebabkan kecenderungan yang berbeda dari keduanya dalam membelanjakan pendapatan mereka. Oleh karena itu, bila dipakai
pendapatan bersih akan terasa tidak adil, mengingat gaya hidup tadi. Di lain
Universitas Sumatera Utara
pihak, prinsip tersebut akan mendorong orang hidup berlebihan atau boros, hanya dengan dalih untuk menghindari zakat. Oleh karenanya, menurut Nukthoh
Arfawie Kurde yang menjadi penghitungan nisab adalah pendapatan bruto kotor selama 1 tahun, bukan pendapatan bersih Nukthoh Arfawie Kurde, 2005:35.
Secara pribadi Penulis sendiri setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh bapak Nukthoh Arfawie Kurde yang haulnya berdasarkan pendapatan kotor
dari individu, dengan demikian individu tidak mempunyai alasan untuk menghindari zakat. Namun ada hal yang bertentangan dengan hal tersebut, yaitu
syarat zakat yang berkaitan dengan harta yang dizakatkan, yaitu harta tersebut dimiliki penuh. Pertentangan terjadi antara pendapatan kotor dan harta yang
dimiliki penuh, dalam pendapatan kotor sudah pasti terdapat kewajiban yang harus dilunasi oleh individu yaitu berupa utang kepada orang atau lembaga yang
ia utang sebelumya. Hal tersebutlah yang menjadi pertentangan dari masalah zakat profesi dari kasb al-amal.
2.2.5. Cara pengeluaran zakat profesi