Model Pembelajaran Berbasis Masalah

36 5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah PBM atau Problem Based Learning PBL, adalah sebagai berikut: 1. Peran Guru sebagai Pelatih a. Bertanya tentang pemikiran. b. Memonitor pembelajaran. c. Menantang peserta didik untuk berpikir. d. Menjaga agar peserta didik terlibat. e. Mengatur dinamika kelompok. f. Menjaga berlangsungnya proses. 2. Peran Peserta Didik sebagai Problem Solver a. Peserta yang aktif. b. Terlibat langsung dalam pembelajaran. c. Membangun pembelajaran. 3. Peran Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi a. Menarik untuk dipecahkan. b. Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah PBM atau Problem Based Learning PBL, adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2. Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani „gap‟ antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental 37 yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan: a PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; b PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut; dan 3 PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu. 3. Belajar Pengarahan Sendiri self directed learning. Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Indikator Tingkah Laku Guru 1. Orientasi peserta didik pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing Mendorong peserta didik untuk 38 Tahap Indikator Tingkah Laku Guru pengalaman individu kelompok. mengumpulkan informasi yang sesuai, Melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian masalah problem solving sebagaimana biasanya, tetapi pembentukan masalah problem posing yang kemudian diselesaikan. Melalui pendekatan PBM peserta didik mempresentasikan gagasannya. Peserta didik terlatih merefleksikan persepsinya, berargumentasi dan mengkomunikasikan ke pihak lain, sehingga guru pun memahami proses berpikir peserta didik. Guru dapat membimbing serta mengintervensikan ide baru berupa konsep dan prinsip. Dengan demikian, pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan peserta didik, sehingga interaksi antara guru dan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik menjadi terkondisi dan terkendali. 39 Rusman 2012: 243 mencantumkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagaimana tercantum dalam tabel 2.2 di atas.

5. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran

Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari konteks pribadi, sosial, dan kultural sehingga peserta didik memiliki pengetahuanketerampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ditransfer dari satu permasalahankonteks ke permasalahan konteks lainnya. Contextual Teaching and Learning CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu 40 strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas peserta didik. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme constructivism, bertanya questioning, menemukan inquiri, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling, dan penilaian sebenarnya authentic assessment.