Tinjauan Pustaka Strategi Adaptasi Pembuat Arang dalam Pemanfaatan Sumber Daya Kayu Mangrove di Desa Gambus Laut, Kec. Lima Puluh, Kab. Batu Bara

9

1.2 Tinjauan Pustaka

Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram halophytes, namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching dan Saenger 1987 di Indonesia tercatat ada 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis liana, 44 janis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku 6 Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai dengan sekarang belum banyak dikembangkan di Indonesia. Padahal apabila dikaji dengan baik, potensi sumberdaya hutan mangrove non kayu di Indonesia sangat besar dan dapat medukung pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan. Salah satunya adalah sumberdaya mangrove sebagai salah satu makanan alternatif. Mangrove memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, dan kayu bakar. Sebagai kayu bakar, secara tradisional . Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api Avicennia sp, bakau Rhizophora sp, tancang Bruguiera sp, dan bogem atau pedada Sonneratia sp, merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. 6 http:oryza-sativa135rsh.blogspot.com201005hutan-mangrove-indonesia-sumber- daya.html. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 masyarakat biasanya memakai jenis Xylocarpus sp Nirih atau Nyirih, dan terutama sebagai bahan pembuat arang biasanya dipakai Rhizophora sp. Oleh karena itu, keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sangatlah penting untuk kesejahteraan manusia. Manusia adalah makhluk budaya yang akan menggunakan kebudayaannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makluk soaial, yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasional dalam hal manusia mengadaptasi diri menghadapi lingkungan tertentu fisikalam, sosial, dan kebudayaan untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya Harahap: 1996. Spradley mendefenisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka Spadley;1997. Spradley 1997 menjelaskan lebih lanjut bahwa kebudayaan berada dalam pikiran mind manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat yang pada akhirnya fenomena tersebut terorganisasi di dalam pikiran individu sebagai anggota dalam masyarakat. Sehingga untuk mengetahui dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11 mendeskripsikan pola yang ada dalam pikiran manusia itu adalah khas, yaitu melalui metode folk taxonomi 7 Apapun yang dihasilkan oleh setiap manusia baik yang bersifat nyata seperti artefak maupun yang bersifat abstrak seperti pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang sudah tergolong kepada hakekat karya manusia yang merupakan bagian dari kebudayaan. Erat kaitannya dengan hal tersebut adaptasi dalam cara hidup juga merupakan bagian dari kebudayaan serta pengalaman yang di dapat dalam setiap rentetan kehidupan yang dijalani manusia. . Dalam rangka adaptasi manusia terhadap lingkungannya, Cohen 1968 mengatakan bahwa adaptasi adalah salah satu proses yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam lingkungan tempat hidupnya dan mendayagunakan untuk tujuan-tujuan produktif juga mempertahankan kelangsungan hidupnya Harahap: 1996. Penelitian adaptasi masyarakat dengan lingkungan telah banyak diteliti oleh para ahli, Julian Steward yang menjelaskan hubungan timbal balik yang terjadi antara kebudayaan dan lingkungan mengenai penelaahan sudut adaptasi. Steward meneliti tentang adaptasi masyarakat primitive yang dilakukan pada masyarakat berburu dan meramu Shoshone di Great Basin, Amerika Utara. Ia menjelaskan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan Shoshone menurut ketersediaan sumberdaya dalam lingkungan hidup semi-gurun yang tandus. Ia menjelaskan bahwa kasus kepadatan penduduk, organisasi berbentuk kumpulan kecil beberapa keluarga yang 7 Folk taxonomi adalah sebuah metode yang ada dalam penulisan etnografi untuk membedah dan mengeluarkan “isi kepala” manusia dengan cara mengelompok-kan macam-macam informasi yang didapat dari hasil wawancara. Pengelompokan biasanya dilakukan dari sisi bahasa local karena dalam bahasa tersebut terdapat suatu kearifan tradisional yang tidak semua orang tahu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12 sangat tersebar dan pola menetap berubah-ubah pada teritori terbatas serta kurang kekuasaan pemimpin yang permanen semuanya tercermin pada ketidakmampuan teknologi Shoshone untuk mengekstraksi bahan makanan dalam jumlah banyak dan stabil dari sumber daya yang tersedia secara sporadic dan tersebar pada lingkungan yang gersang. Steward memandang dinamika organisasi sosial budaya sebagai hasil dari proses adaptasi manusia dan lingkungannya Harahap, 1997: 8. Manusia yang sedang dalam keadaan mempertahankan hidup akan dengan segera melakukan aktifitas yang dapat dilakukannya untuk bertahanhidup, aktifitas tersebut tidak dilakukannya sendiri, melainkan dengan lingkungannya dan membentuk kelompok dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selanjutnya penelitian oleh Cliffort Geertz tentang aktifitas adaptasi petani Indonesia Luar. Di Indonesia Luar Sumatera berkembang sistem ladang atau pertanian berpindah. Pertanian ladang atau Swidden 8 8 Sistem pertanian ladang adalah suatu sistem dimana petani menebas sebidang lahan di hutan, membiarkan vegetasi mongering dan kemudian dibakar sebelum ditanami dengan tanaman palawija. sebagaimana disebut antropolog, merupakan ladang yang setelah sekali panen, umumnya dua kali, kesuburan tanah berkurang maka tersebut lahan akan ditinggalkan, kemudian mencari bidang lahan baru di hutan yang kemudian akan dibersihkan. Lahan yang ditinggalkan secara perlahan akan kembali subur dalam 10-15 tahun kemudian, maka lahan itu bisa dibersihkan atau diusahakan kembali. Peladangan berpindah merupakan satu adaptasi pertanian yang efektif pada lapisan tanah yang kurang subur di daerah hutan basah tropis, dimana sebagian besar nutrein yang ada tersimpan pada vegetasi Harahap, 1997: 9. Sumber: R. Hamdani Harahap, Ekologi Manusia, Medan: FISIP USU, hal:10. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13 Konsep strategi adaptasi lain yaitu yang dikemukakan oleh A. Terry Rambo 1983 dalam ilmu ekologi manusia. Menurut Rambo, dalam kasus masyarakat manusia, adaptasi yang diterapkan adalah hasil seleksi alam pada tingkat kebudayaan atau sistem sosial yang berasal dari keputusan-keputusan dari individu atau kelompok. Keputusan yang dihasilkan adalah mengenai strategi berinteraksi yang menguntungkan dengan lingkungannya. Individu-individu atau kelompok membuat pilihan-pilihan mengenai eksploitasi sumberdaya yang tersedia pada saat ia memenuhi tuntutan hidup atau mengatasi ancaman-ancaman lingkungan. Dalam studi antropologi, adaptasi sering dilihat sebagai cara mempertahankan kondisi keberadaan kehidupan dalam menghadapi perubahan. Individu atau kelompok akan membuat pilihan, jika menguntungkan maka pilihan tersebut akan dipakai. Nita Savitri, 1998, hal:15 Sama seperti penelitian di atas, penelitian yang diajukan peneliti juga mengenai adaptasi manusia terhadap lingkungannya lingkungan hidup 9 Adaptasi budaya tidak bisa dilihat sebagai suatu yang statis yang dicapai pada saat permulaan sejarah suatu kebudayaan dan kemudian dipertahankan tidak berubah sampai kapanpun. Sebaliknya, hubungan antara manusia dan alam merupakan satu , lebih spesifik lagi yaitu strategi adaptasi yang dilakukan oleh para pembuat arang. Sumber daya alam yang terdapat di lingkungan sekitar tempat tinggal manusia yang biasa dapat diakses secara bebas kini tidak dapat lagi dimanfaatkan atau digunakan untuk kepentingan hidup manusia, sehingga manusia akan mencari cara untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada demi mensejahterakan hidupnya. 9 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain Sumber: Peraturan tentang pengendalian dampak lingkungan 1998 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14 hubungan yang dinamis dimana keduanya terus-menerus beradaptasi dan beradaptasi ulang sebagai bentuk perubahan menanggapi pengaruh dari yang lain. 10 Heddy Shri Ahimsa Putra dalam bukunya Ekonomi Moral, Rasional dan Politik dalam Industri Kecil di Jawa mengatakan: “Adaptasi bukan hanya sekedar persoalan bagaimana mendapatkan makanan dari suatu kawasan tertentu, tetapi juga mencakup persoalan transformasi sumber-sumber daya lokal dengan mengikuti model dan patokan-patokan, standard konsumsi manusia yang umum, serta biaya dan harga atau mode-mode produksi di tingkat nasional.” Pengertian adaptasi ini menjadi sangat luas bahkan dapat dikatakan mencakup hampir seluruh pola perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses adaptasi manusia merupakan suatu bentuk kebudayaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh perilaku manusia merupakan kebudayaan. Setiap perilaku kemudian dapat kita pandang sebagai suatu upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai atau masalah yang dihadapi dapat diatasi. John W. Bennett 1969 membedakan antara adaptive behavior perilaku adaptif dengan adaptive strategies siasat-siasat adaptif dan adaptive processes proses-proses adaptif. Bagi Bennett hanya perilaku yang berkenaan dengan pencapaian tujuan atau penyelesaian masalah saja yang dapat dikatakan adaptif, dan lebih khususnya lagi adalah perilaku untuk mengatasi kendala-kendala yang sulit, yang meliputi keterbatasan atau kelangkaan sumber daya guna mencapai tujuan- tujuan atau mewujudkan harapan-harapan yang diinginkan. Siasat-siasat adaptif berada pada tingkat yang disadari oleh yang menjalankannya, pelaku dapat 10 R. Hamdani Harahap, Ekologi Manusia, Medan: FISIP USU, hal:18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15 merumuskan atau menyatakan siasat-siasat tersebut, berbeda dengan proses adaptif yang merupakan pernyataan formulasi dari pengamat atau peneliti. Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2003: 10. Pencapaian tujuan dan harapan yang dimaksudkan adalah tujuan dan harapan untuk dapat melangsungkan kehidupan dalam upaya bertahan hidup dengan lingkungan sekitar. Heddy Shri Ahimsa mengganti konsep adaptif menjadi adaptasi, sebab konsep adaptasi tidak menuntut pembuktian apakah suatu perilaku adaptif atau tidak. Setiap perilaku kemudian dapat kita pandang sebagai suatu upaya untuk menyesuaikan diri dengan suatu lingkungan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai atau masalah yang dihadapi dapat diatasi. Selanjutnya Bennett 1969 mengatakan, perilaku adaptasi mencakup pengambilan berbagai keputusan, atau lebih khusus lagi pemilihan atas sejumlah alternative. Perilaku adaptasi adalah perilaku yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi atau untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Strategi adaptasi dapat didefenisikan sebagai pola-pola yaitu perilaku atau tindakan berbagai usaha yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2003: 12. Sebagaimana telah dikatakan oleh Bennett di atas, maka secara sederhana strategi adaptasi dapat di defenisikan sebagai pola-pola berbagai usaha yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi di tempat tersebut. Seperti halnya para pembuat arang yang terdapat di Desa Gambus Laut. Mereka merupakan sekelompok orang yang mempunyai pola-pola dalam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16 berbagai usaha untuk memanfaatkan sumberdaya alam demi mencapai tujuannya. Tujuan untuk dapat bertahan hidup dalam masalah-masalah yang ada disekitar mereka dan bagaimana cara mereka menyiasati ataupun beradaptasi dalam menghadapi masalah-masalah yang ada di lingkungan hidup mereka.

1.3 Rumusan Masalah