Bang Sutris Profil Keluarga .1 Bapak Mujani

65

3.4.2 Bang Sutris

Bang Sutris adalah anak ke tiga dari Pak Mujani dan Ibu Jumikem. Semua anak Pak Mujani bekerja sebagai pembuat arang. Salah satunya Bang Sutris, Bang Sutris selalu mencari kayu bersama Hasan. Pengambilan kayu tidaklah susah karena tempat mereka mengambil kayu masih di sekitar kampung sebelum lahan ditanami sawit. Sebelum Bang Sutris menikah dan mengelola pembuatan arang sendiri, dia membantu Pak Mujani dalam memproduksi arang. Pada tahun 2008 Bang Sutris menikah. Bang Sutris memiliki seorang istri dan dua orang anak. Istrinya bernama Wati, anaknya yang pertamana bernama Dila 8 Tahun dan Putri 2 Tahun . Kak Wati 28 Tahun merupakan penduduk Desa Gambus Laut dusun I. Bang Sutri dan Kak Wati menikah pada tahun 2008. Setelah Bang Sutris menikah, dia kemudian berusaha memproduksi arang sendiri. Walaupun Pak Mujani memiliki dua tungku arang, tungku arang tersebut sudah digunakan oleh anak pertama dan kedua. Lalu Bang Sutris menyewa tungku arang milik Pak Sutimin, Pak Sutimin memiliki tiga tungku arang. Bang Sutris menyewa salah satu tungku arang milik Pak Sutimin. Bang Sutris sudah biasa membuat arang karena dari kecil dia selalu membantu bapaknya Pak Mujani mengambil kayu bakau dan menyusunnya di dalam tungku, sehingga tidak sulit untuknya membuat arang sendiri. Pembelajaran yang dia dapat dari semasa kecilnya sudah cukup menjadi bekalnya dalam mengelola pembuatan arang sendiri. Selama membuat arang ini Bang Sutri dapat menghidupi keluarga kecilnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66 Bang Sutris tidak lagi menyewa tungku arang. saat ini bang sutris telah memuliki tungku arang sendiri. Sudah setahun ini bang Sutris membuat arang dengan menggunakan tungku buatannya sendiri. Biasanya bang Sutris mencari kayu sendiri, dengan sampan yang dimilikinya maka tidak sulit untuknya mengambil kayu sendiri. Bang Sutris mengambil kayu secara bertahap, sedikit demi sedikit kayu dikumpulkannya. Selain karena sampannya yang tidak dapat menampung bebean yang berat, bang Sutris juga takut tertangkap oleh polisi hutan yang kadang kala terlihat berjaga di pesisir pantai. Mereka hanya mengambil dahan-dahan kayu mangrove yang sudah patah. Setelah kayu cukup makan dia mulai memasak kayu tersebut. Pengambilan kayu tersebut berada di hilir sungai yang menjorok kelaut. Disitulah Bang Sutris dan saudaranya mengambil kayu, terkadang mereka mencari sampai ke pesisir laut. sambil mencari ikan mereka juga mengambil kayu-kayu bakau yang sudah patah. Penyususunan kayu di kedalam tungku biasanya bang Sutris bekerjasama dengan Arif adik Bang Sutris Arif membantu Bang Sutri menyusun kayu tersebut kedalam tungku. Dalam tahap penyusunan kayu tidak ada kriteria khusus, penyusunan kayu tidak merata juga tidak masalah. Seperti kata Bang Sutris “... gak ada bedanya, sama aja mau besar atau kecil dimana aja gak ada masalah...”. penyusunan kayu kedalam tungku biasanya hanya dua hari. Akan tetapi, bisa menjadi tiga atau empat hari jika pasokan kayu tidak cukup. Jika tungku sudah penuh maka tungku akan ditutup dengan menggunakah bahan yang sama dengan tungku yaitu batu bata, pasir dan lumpur atau tanah liat. Jika tungku sudah mulai dimasak maka tungku harus dijaga dua puluh empat jam kerena api tungku tidak boleh mati. Jika api tungku mati maka kayu tidak akan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67 menjadi arang melaikan akan menjadi abu. Oleh karena itu, Bang Sutri dan Kak Wati harus secara bergantian menjaga api tungku arang tersebut “kalo udah bakar tungku kami kayak kerja pabrik bit Pake shif. Tengah malam tu yang jaga abangmu sampe pagi, trus abangmu pergi ngelaut kakak yang gantiin, pulang abangmu gantian lagi abangmu yang jaga sampe sore. Kadangkan siap makan siang tu abangmu mau tidur, kakak lah yang jaga. Pokonya apinya itu terus-terusan dijaga 24 jam gak boleh mati.” Setiap paginya pukul tiga kak wati yang mulai berjaga. Disaat kak wati menjaga arang, bang Sutris pergi mencari ikan dilaut. Bang Sutris akan pulang kerumah pada pukul sembilan. Dan pukul sepuluh bang Sutris menggantikan Kak Wati. Biasanya kak Wati dibantu oleh Bu Jumikem. Jika kak Wati ingin belanja, maka yang jaga arang Ibu Jumikem. Begitu juga jika kak Wati ingin masak. Tetapi tidak susah memang, hal ini dikarenakan dapur kak wati yang berada di luar rumah. Sehingga tidak perlu berjalan jauh dari tungku arang. bang Sutris biasanya berjaga dari pukul sepuluh sampai sore. Bang Sutris tidak berjaga sendiri, kadang dia ditemani oleh abg dan adik nya yaitu, bang Budi dan Arif. Terkadang sambil berjaga mereka selingi dengan bermain dam batu. Jadi waktu tidak terasa lambat berlalu. Sore hari kak Wati yang mulai berjaga menggantikan Bang Sutris. Kak wati bersama dengan Kak Tuti istri Bang Sapri yang juga seorang pembuat arang. tungku milik kak Wati dan kak Tuti tidak terlalu jauh sehingga mereka dapat bercanda gurau untuk sembari melepaskan kebosanan selama menjaga tungku api. Saat malam mulai datang bang Sapri mulai kembali menjaga tungku. Bang Sapri menjaga tungku sampai pagi. Terkadang sampai pukul tiga atau pukul empat. Kemudian bang Sapri pergi melaut dan tungku dijaga oleh kak Wati, begitu seterusnya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

3.4.3 Bapak Sutimin