79 meliputinya seperti rasionalitas, maksimalisasi, orientasi pencapaian, Homo faber dll.
Term ke-3, yaitu strategi adaptif, adalah komponen dari tindakan strategi atau tindakan spesifik dengan tingkatan prediksi keberhasilan, dimana diseleksi oleh
individu dalam menentukan keputusannya Hardestry,271-272.
4.3.1 Penggantian Jenis Kayu
Menipisnya sumber daya kayu membuat mereka memilih keputusan. Awalnya, kayu yang mereka gunakan adalah kayu bakau, dan sekarang mereka menggunakan
jenis kayu apa saja. Jenis kayu yang dapat digunakan sebagai arang tidak hanya terpaku pada jenis kayu mangrove saja, atau yang biasa dikenal masyarakat sebagai
kayu bakau, kayu jenis lain juga dapat digunakan sebagai bahan baku membuat arang kayu. Kayu yang tidak memiliki kadar air yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan arang. hanya saja kualitas dari kayu bakau lebih bagus dari kualitas kayu yang lainnya.
Kayu yang digunakan beragam, yang paling banyak digunakan adalah kayu api-api. Sebenarnya, kayu api-api Aviciena sp merupakan jenis kayu mangrove.
Akan tetapi, bagi para pembuat arang kayu mangrove adalah kayu bakau jenis Rhizhopoda sp. Selain kayu api-api, mereka juga menggunakan kayu mangga. Kayu
mangga dapat digunakan karena memiliki kadar air yang rendah dan pori-pori yang
padat. 4.3.2 Berkebun Cabai
Tahun 2011 Desa Gambus Laut menjadi salah satu tempat Praktek Kerja Lapangan PKL Mahasiswa Jurusan Pertanian UISU yang memperkenalkan
berkebun cabai. Mereka mengajarkan kepada penduduk cara berkebun cabai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80 Selain dari penggantian jenis kayu para pembuat arang juga tidak dapat
bertahan dengan hanya mengandalkan produksi arang. Bertambahnya kebutuhan membuat para pembuat arang mengusahakan pekerjaan lain, seperti yang dikatakan
kak Wati istri bang Sutris “...gak cukup lah dek kalo cuman di arang aja. Kan udah ada si dedek anaknya yang kedua, jadikan nambah lagi biayanya...”.
Pak Mujani juga memiliki kebun cabai. Berbeda dengan Kak Wati, Pak Mujani berkebun karena dia tidak sanggup lagi untuk membuat arang dikarenakan
keterbatasan tenaga. Berkebun cabai tidak lah sulit, perawatan tidak terlalu intens, sehingga untuk Pak Mujani tidaklah sulit.
4.3.3 Usaha-usaha lainnya
Sebagai makhluk hidup yang memiliki pengetahuan maka manusia akan menemukan cara-cara untuk bertahan hidup. Begitu juga bagi para pembuat arang
yang tidak memiliki kebun untuk berkebun cabai. Pak Sutimin misalnya, Pak Sutimin tidak memiliki lahan untuk dia dapat berkebun cabai, akan tetapi Pak
Sutimin memiliki pekarangan rumah yang luas yang dapat dimanfaatkannya. Pak Sutimin menanam beberapa pohon coklat.
Biji coklat merupakan komuditi yang memiliki nilai jual yang tinggi. sekilonya biji coklat dapat dijual dengan harga Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 30.000,-.
Dengan nilai jual yang tinggi ini Pak Sutimin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
4.4 Kebijakan Pemerintah