16 berbagai usaha untuk memanfaatkan sumberdaya alam demi mencapai tujuannya.
Tujuan untuk dapat bertahan hidup dalam masalah-masalah yang ada disekitar mereka dan bagaimana cara mereka menyiasati ataupun beradaptasi dalam
menghadapi masalah-masalah yang ada di lingkungan hidup mereka.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penelitian ini akan mengkaji bagaimana masyarakat, khususnya para pembuat arang, menghadapi keterbatasan dalam
mengakses sumber daya alam yang terdapat di sekitar lingkungan mereka, terutama sumber daya bakau yang digunakan sebagai bahan pembuatan arang.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka permasalahan tersebut dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove terkait
dengan kegiatan pembuatan arang? 2. Bagaimana pandangan masyarakat, khususnya para pembuat arang, terkait dengan
adanya larangan dari pemerintah dalam mengakses sumber daya kayu bakau? 3. Lantas, bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh para pembuat arang
tersebut?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang dilakukan masyarakat dalam usaha untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk mengetahui
bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat disekitar mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17 Manfaat penelitian ini adalah secara praktis, yaitu yang nantinya hasil
penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, dan memberi kontribusi yang berharga dalam memperluas wawasan pembaca, mahasiswa, para
praktisi LSM atau pembuat kebijakan bahwa masyarakat pesisir itu menggunakan sumberdaya alam yang ada untuk kelangsungan hidupnya.
Manfaat secara akademis, untuk menambah kepustakaan pada bidang Antropologi, yaitu pada bidang masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam.
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Tipe penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berusaha
mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menggambarkan permasalahan yang akan dibahas nantinya. Untuk mencapai sasaran
yang dituju yaitu mengungkap pengetahuan para pembuat arang desa Gambus Laut, Kec. Lima Puluh, Kab. Batu Bara tentang lingkungan hidup dan siasat para pembuat
arang untuk bertahan hidup maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1.5.2 Teknik pengumpulan data a.
Lapangan
o
Informan
Wawancara dilakukan dengan informan. Informan yang lazimnya dikenal ada tiga jenis, yaitu: informan pangkal, informan pokok atau informan kunci, dan
informan biasa. Informan pangkal, yaitu orang yang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat. Dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18 penjelasan tersebut maka peneliti telah menentukan informan pangkal meliputi
kepala desa, aparat pemerintah dinas kehutanan, dan dinas kelautan dan perairan. - Bapak Kepala Desa di Desa Gambus Laut.
- Bapak Ernest, S.Hut 31 Tahun merupakan Staff di Departement Kehutanan
Sumatera Utara. -
Bapak Aditya 25 Tahun merupakan Pegawai di Dinas Kelautan dan Perairan Batu Bara.
Data yang telah diperoleh dari informan pangkal meliputi kondisi desa, dan keadaan lingkungan di sekitar pesisir Desa Gambus Laut.
Informan pokok atau informan kunci, yaitu orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan yang menjadi
perhatian penelitian, seperti para pembuat arang, pekerja di gudang arang dan para penjual kayu.
- Bapak Mujani 64 Tahun merupakan Pembuat arang. - Bu Sani 50 Tahun merupakan pembuat arang.
- Bang Sutris 31 Tahun merupakan pembuat arang. - Bang Sapri 30 Tahun merupakan pembuat arang.
- Kak Tuti - Kak Wati
- Hasan 23 Tahun merupakan pembuat arang. Data yang telah diperoleh dari informan pokok tentang strategi adaptasi yang
menjadi pokok permasalahan peneliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19 Informan biasa, yaitu orang yang memberikan informasi mengenai sesuatu
masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi bukan ahlinya, seperti masyarakat yang ada di sekitar gudang arang.
- Mulyono 25 Tahun merupakan pekerja pabrik, dahulunya pernah bekerja
bersama bapak Sutimin. - Nenek Ngatiem merupakan warga kampung Desa Gambus Laut.
- Kakek merupakan warga kampung Desa Gambus Laut. - Hendra 23 penjual kayu
- Arif 20 Tahun anak pembuat arang Jenis Informan
Individu Informasi yang di dapat
Pangkal Kepala Desa
Departement Kehutanan
Dinas Kelautan dan Peraian
- Sejarah desa, data desa, batas-batas desa, dan data kependudukan.
- Undang-undang tentang Pengelolahan Kawasan Hutan Lindung.
- Informasi tentang kondisi pesisir di Desa Gambus Laut
Kunci Pak Mujani
Bang Sutris
Ibu SaniPak Sutimin
- Sejarah pembuatan arang, cara membuat arang, strategi adaptasi.
- Proses pembuatan arang, cara mendapatkan kayu, strategi adaptasi.
- Cara mendapatkan kayu, proses pembuatan arang,
Biasa Mulyono
- Tentang pembuat arang, lokasi pembuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20 Nenek Ngatiem dan
Kakek Hendra
Arif arang, lokasi pengambilan kayu.
- Tentang aktifitas masyarakat sekitar.
- Lokasi pengambilan kayu, hambatan dalam mengambil kayu, dan tentang
para penjaga pantai. - Lokasi pengambilan kayu, dan tentang
penjaga pesisir pantai.
Data yang diperoleh dari informan biasa adalah tentang siapa-siapa saja yang bisa ditemui peneliti untuk mendapatkan informasi tentang masalah penelitian.
o
Wawancara
Wawancara mendalam indepth interview digunakan untuk memperoleh data mengenai pandangan-pandangan Pembuat Arang di Desa Gambus Laut, Kec. Lima
Puluh, Kab. Batu Bara tentang hutan mangrove dan larangan dari pemerintah dalam mengakses sumber daya kayu bakau serta siasat mereka dalam bertahan hidup.
Saat itu saya datang ke Desa Gambus Laut ini untuk melihat keadaan desa. Observasi awal saya sebelum saya tinggal di Desa Gambus Laut. Kemudian
Mulyono membawa saya ke lokasi dapur arang. Wawancara pertama kali saya lakukan dengan Ibu Sani, dia adalah informan pertama saya. Wawancara dengan Ibu
Sani sewaktu saya pertama kali datang ke Desa Gambus Laut. Saya melihat Bu Sani sedang memilah-milah kayu yang akan dibuat menjadi arang. Dia bersama suami dan
dua orang anak laki-lakinya. Suami Bu Sani bernama Pak Sutimin. Ibu Sani agak terkejut dengan kedatangan saya, karena dia melihat saya bukan orang kampung sini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21 dia berfikir saya adalah wartawan yang mau mengambil berita tentang pembuatan
arang dan masalah larangan pengambilan kayu bakau lalu saya memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa saya bukan wartawan, barulah pembicaraan dimulai dengan
santai. Pertanyaan dimulai dari asalmuasal pembuatan arang. Dari mana mereka
mempelajari pembuatan arang ini. Lalu pertanyaan berlanjut kepada cara pengambilan kayu. Bu Sani mengatakan bahwa dia dan suaminya tidak mengambil
kayu sendiri. Mereka membeli kayu-kayu itu dari penjual kayu langganan mereka. Satu sampan berisi kayu dihargai sebesar sepuluh ribu rupiah. Bu Sani mengatakan
kadang dia membeli sampai dua sampan berisi kayu. Dan terkadang hanya satu sampan saja. Tungku yang dimilikinya berkapasitas 200 kg. Proses Pembelian kayu
tidak menggunakan sistem timbang berat, tapi hanya dengan sistem satu sampan, ntah berapa kilo isi kayu di sampan itu harganya tetap sepuluh ribu rupiah. Jika
persediaan kayunya masih ada Bu Sani hanya membeli satu sampan saja. Namun, jika persediaan kayunya tinggal sedikit maka dia akan segera membeli kayu kembali.
Tidak seperti suaminya Bu Sani adalah orang yang ramah. Itulah wawancara singkat saya dengan Bu Sani, karena hari sudah sore saya memutuskan untuk melanjutkan
wawancara dilain waktu. Setelah mengambil beberapa foto saya pun pamit pulang. Kedatangan saya yang kedua kalinya di Desa Gambus Laut, saya kembali
medatangi Bu Sani. Hanya wawancara singkat tentang proses pembuatan tungku arang lalu Bu Sani menyuruh saya untuk mendatangi Pak Mujani yang merupakan
pembuat arang juga. Rumah Pak Mujani tidak begitu jauh dari rumah Bu Sani. Kemudian saya bertemu dengan keluarga Pak Mujani. Sama seperti Bu Sani.
Keluarga Pak Mujani juga ramah, bahkan mereka sangat terbuka, mereka tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22 menganggap saya adalah orang asing. Awal perjumpaan saya saat itu adalah dengan
Kak Tuti, Kak Tuti adalah Istri Bang Sapri yang merupakan anak dari Pak Mujani. Saat itu Pak Mujani sedang tidak ada dirumah, jadi saya memutuskan untuk
mewawancarai anaknya saja. Bang Sapri merupakan pembuat arang, saat itu Kak Tuti sedang menjaga tungku arangnya yang sedang dalam proses pemasakan.
Kemudian saya bertanya tentang proses pemasakan arang. Bang Sapri mengatakan proses pemasakan arang tidak boleh ditinggal, karena selama proses pemasakan api
tidak boleh mati, jika api mati maka kayu tidak akan menjadi arang malahan kayu akan menjadi abu. Oleh karena itu, Bang Sapri dan Kak Tuti selalu bergantian untuk
menjaga api bakaran arang. Wawancara mendalam saya terapkan kepada keluarga Pak Mujani. Pak
Mujani mempunyai lima orang anak laki-laki yang bekerja sebagai pembuat arang, dari keluarga Pak Mujani saya banyak mendapatkan informasi tentang kehidupan
pembuat arang di Desa Gambus Laut. Keluarga Pak Mujani sangat terbuka, terutama istrinya Ibu Jumikem. Ibu Jumikem sangat senang didatangi oleh orang, apalagi jika
yang datang adalah anak gadis, itu dikarenakan dia tidak mempunyai anak perempuan. Jadi jika dia melihat ada anak gadis yang datang dia langsung keluar dan
mendatanginya. Bang Sapri mengatakan susah saat ini untuk mencari kayu bakau, karena
mereka musti kejar-kejaran dengan aparat pemerintahan yaitu polisi hutan. Karena jika ketahuan mereka akan ditangkap dan disuruh membayar denda. Walaupun
kemudian mereka dilepaskan kembali, tapi adanya denda tersebut sangat memberatkan mereka. Dan lagi aparat pemerintah yang katanya adalah polisi hutan
sesekali datang ke tempat pembakaran arang dan memeriksa kayu-kayu yang mereka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23 gunakan untuk membuat arang. hal itu terjadi dua atau tiga bulan sekali. dan saat
mereka datang, mereka juga meminta uang kepada pembuat arang. Sedikit keterangan diatas adalah kronologis dari jalannya wawancara
mendalam yang telah saya laksanakan. Wawancara ini dilakukan agar mendapatkan data mengenai bagaimana strategi yang dilakukan pembuat arang dalam menghadapi
permasalahan yang terjadi akibat larangan penganbilan kayu bakau yang dibuat oleh pemerintah.
o
Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung untuk memperoleh gambaran selengkapnya mengenai pengolahanpemanfaatan sumber
daya alam kayu mangrove menjadi arang oleh para pembuat arang di desa Gambus Laut, Kec. Lima Puluh, Kab. Batu Bara. Pengamatan yang dilakukan peneliti terkait
dengan kegiatan para pembuat arang dan kehidupan sehari-hari mereka yang merupakan cerminan dari strategi beradaptasi. Melihat bagaimana cara pembuat
arang menyusun kayu-kayu di dalam tungku kemudian membongkar tungku yang telah selesai dimasak. Bagaimana keadaan rumah mereka dan apa-apa saja yang
mereka lakukan selain membuat arang. Pembuat arang yang terdapat di Desa Gambus Laut ini berjumlah delapan
orang, sedangkan tungku arang yang terdapat di Desa tersebut ada delapan tungku, dan yang masih beroperasi ada enam tungku. Dua tungku berada di daerah rumah
Pak Mujani, kedua tungku tersebut masih aktif sampai saat ini. Tiga tungku berada di daerah rumah Pak Sutimin, hanya dua tungku saja yang masih digunakan, satu
tungku lagi tidak digunakan. Tiga tungku lagi di daerah rumah Pak Zul.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24 o
Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan, peneliti akan mencari data yang terkait dengan masalah penelitian berupa buku-buku, jurnal, tesis, laporan
penelitian, skripsi, majalah, surat kabar dan tulisan-tulisan lainnya termasuk tulisan dari media elektronik yang berkenaan dengan masalah penelitian untuk menambah
pemahaman penulis terhadap pemasalahan yang akan diteliti. Penggunaan data-data ini adalah untuk mendukung data yang didapat dari lapangan.
o
Data Visual
Gambar visual yang dihasilkan sebagai bukti yang dapat dilihat oleh semua orang, dan sebagai data pelengkap yang paling akhir.
b. Analisis Data
Data yang di peroleh dari lapangan dianalisi secara kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara akan disusun sesuai dengan
kategori perilaku, siasat pengetahuan, dan proses. Kemudian dilakukan penganalisaan hubungan dari setiap bagian yang telah disusun untuk memudahkan
saat mendeskripsikannya. Setelah ini akan dianalisa kategori-kategori tersebut secara mendalam sesuai data yang dibutuhkan.
1.6 Pengalaman Di Lapangan