Bidang Perumahan ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN

87 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis  Penutupan saluran drainase oleh warga yang tidak sesuai kaidah teknis.  Masih ada bangunan gedung negara atau rumah negara yang tidak atau jarang difungsikan sehingga kurang terawat yang akan mempercepat kerusakan.  Ketidakpedulian pengguna bangunan pada kerusakan kecil yang terjadi.  Penambahan bangunan pada gedung pemerintah ada yang mengesampingkan Koefisien Dasar Bangunan KDB karena tuntutan kebutuhan ruang sedangkan lahan yang tersedia terbatas.  Waktu pelaksanaan kurang untuk nilai anggaran yang besar karena perencanaan dan pelaksanaan di tahun anggaran yang sama.  Sasaran sosialiasi dari pihak pengguna kepada masyarakat terkait pembangunan, pengembangan atau rehabilitasi gedung atau fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah masih kurang sehingga terjadi gesekan dengan warga.  Status tanah yang akan dibangun gedung belum jelas dan ijin tanah belum ada.

d. Bidang Perumahan

Identifikasi permasalahan pada Bidang Perumahan :  Identifikasi isu-isu strategis di bidang Perumahan berangkat dari pemahaman mengenai konsep housing for all dan pentingnya integrasi pembangunan di bidang perumahan terhadap tata ruang. Konsep housing for all berfokus pada penyediaan rumah layak huni yang terjangkau affordable housing, yang telah dilengkapi dengan prasarana sarana dasar PSD pendukung yang lengkap.  Pada konteks nasional, kementrian PU dan Perumahan Rakyat menargetkan 0 permukiman kumuh yang didukung dengan program pembangunan rusun bagi MBR. Capaian kinerja terkait dengan penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Sleman hingga tahun 2016 tergolong kurang baik, yaitu dengan realisasi kinerja sebesar 15,51 dari target kinerja sebesar 60,8 dengan telah tertanganinya baru mencapai 25,19 ha permukiman kumuh. Ketidakberhasilan ini disebabkan karena adanya perubahan luasan kawasan kumuh yang semula 41,4 ha menjadi 162,4 ha sesuai Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 14.31Kep.KDHA2016 tanggal 1 Maret 2016 dan sesuai roadmap yang telah disusun bahwa implementasi penataan secara menyeluruh baru akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2017-2019.  Selain itu, untuk rumah tidak layak huni RTLH, hingga tahun 2016 untuk indikator cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau dapat tercapai sebesar 93,34 dari target kinerja 95, dengan jumlah rumah tangga MBR yang menempati rumah layak huni yang terjangkau sebanyak 46.176 dari seluruh jumlah rumah tangga MBR sebanyak 49.471 rumah tangga. Jumlah rumah layak huni untuk KK Miskin s.d tahun 2016 sebanyak 326.914 dari jumlah KK Miskin di Kabupaten Sleman sebanyak 328.184 KK Miskin sehingga realisasi Indikator Kinerja Cakupan ketersediaan Rumah layak huni sebesar 99,61 dari target kinerja pada tahun 2016 sebesar 98. Dengan laju kinerja tersebut, diharapkan 88 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis dalam 5 tahun ke depan, jumlah RTLH di Kabupaten Sleman makin berkurang dan mampu memenuhi target nasional 0 permukiman kumuh. Akan tetapi, sebagai catatan, terdapat beberapa rumah yang tergolong RTLH namun berada di kawasan rawan bencana sehingga tidak bisa ditangani. Gambar 3.6 Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Sumber: SK Bupati Sleman no. 83 tahun 2014 tentang Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan  Di sisi lain, pembangunan rusun di Kabupaten Sleman terhambat oleh penyediaan lahan ditambah lagi dengan adanya moratorium pembangunan hotel dan apartemen. Dengan kondisi tersebut, optimalisasi rusun yang ada melalui rehabilitasi dan penyediaan fasilitas umum dapat menjadi solusi, mengingat beberapa rusun memerlukan perbaikan fasilitas umum.  Pengelolaan sarana prasarana umum PSU di lingkungan perumahan perlu mendapat perhatian karena terdapat beberapa perumahan di Kabupaten Sleman yang belum menyerahkan atau bahkan tidak dilengkapi dengan PSU sehingga penghuni perumahan tidak dapat memiliki akses terhadap PSU contoh: pengambilan sampah, drainase, limbah. Dengan kondisi tersebut, diperlukan pengaturan tentang pengelolaan PSU, setidaknya pada level peraturan Bupati sebagai payung hukum yang juga berfungsi sebagai bentuk pengendalian pemanfaatan ruang. Pada Indikator Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas umum PSU pada tahun 2016 tercapai 98,71 dari target sebesar 86,50. Dapat tercapai dikarenakan Jumlah lingkungan yang didukung PSU pada tahun 2016 sebesar 12.426 semakin meningkat dari tahun ke tahun dari sebanyak 12.590 lingkungan perumahan yang ada di Kabupaten Sleman. 89 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis Untuk indikator persentase perbaikan rumah akibat bencana pada tahun 2016 dapat terealisasi sebesar 70,96 dari target kinerja sebesar 50, dikarenakan semakin meningkatnya jumlah rumah yang dapat tertangani sebanyak 2.152 rumah dari total jumlah rumah akibat bencana sebanyak 3.032.  Pada lingkup yang lebih luas, pembangunan perumahan baik formal maupun swadaya harus terintegrasi dengan tata ruang. Terlebih dengan posisi Kabupaten Sleman sebagai area resapan air dan area pertanian, maka dibutuhkan kontrol terhadap pembangunan perumahan agar tercipta kondisi tata ruang wilayah yang seimbang. Salah satu instrumen yang bisa digunakan yaitu regulasi IMB.  Rumah Tidak Layak Huni RTLH berdiri di tanah milik orang lain dan tidak ada kerelaan dari pemilik tanah untuk direhabilitasi diperbaiki, sehingga tidak mungkin memperoleh bantuan.  Data standar Kartu Keluarga KK miskin sebagai acuan untuk bantuan bedah rumah untuk tiap institusi DP3AP2KB BPS tidak sama, sehingga dibutuhkan survey langsung ke lokasi.  Pengajuan bantuan bedah rumah ke beberapa sumber pendanaan yang berbeda pada tahun anggaran yang sama, sehingga terjadi duplikasi usulan.  Masih banyak masyarakat khususnya yang berdomisili di Perumahan belum mendapatkan informasi tentang keberadaan Taman Pemakaman Umum TPU Kabupaten Sleman.  Perlunya penambahan bangunan cetakan cor grobog untuk pengaman lubang jenazah.  Keterbatasan dan tingginya harga tanah.  Tata ruang belum berpihak untuk pengembangan perumahan khususnya MBR.

e. Bidang Sumber Daya Air