80 DPUPKP KAB. SLEMAN
2017 -2021 Rencana Strategis
esuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan
dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan di masa datang. Suatu kondisikejadian yang menjadi isu trategis adalah keadaan yang apabila tidak
diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, jika tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat
dalam jangka panjang. Identifikasi isu strategis akan meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, mempermudah operasionalisasi program dan kegiatan, serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan etika birokratis. Berdasarkan hasil telaah kebijakan, dokumen terkait RPJP Kabupaten, RPJM
Kabupaten, dan RTRW Kabupaten Sleman, evaluasi terhadap kinerja Rencana Strategis pada periode sebelumnya, serta hasil dari rangkaian FGD Focus Group Discussion baik internal
Dinas PUPKP Kabupaten Sleman maupun dengan Perangkat Daerah terkait, maka terdapat beberapa permasalahan dan isu strategis yang perlu diperhatikan dalam perumusan program
dan kegiatan. Perumusan isu strategis tidak terbatas pada keluaran output dari program dan kegiatan Dinas PUPKP Kabupaten Sleman. Identifikasi isu strategis berangkat dari analisis
dampak outcome dari program dan kegiatan sehingga konteks pembahasan menjadi lebih luas dan integrasi atau kerjasama dengan Dinas maupun instansi pemerintahan yang lain
menjadi lebih terpetakan. Hal ini diperlukan, mengingat pentingnya integrasi dan kerjasama antara SKPD dalam konsep pembangunan wilayah menuju smart regency, sesuai dengan visi
Kabupaten Sleman 2016-2021.
3.1 Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Kawasan Permukiman
Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi dilakukan dengan pemetaan permasalahan di setiap bidang kerja yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Sleman. Berikut identifikasi permasalahan di setiap bidang kerja :
a. Sekretariat
Identifikasi permasalahan pada sekretariat sbb :
S
BAB 3
ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI PERANGKAT DAERAH
81 DPUPKP KAB. SLEMAN
2017 -2021 Rencana Strategis
Peningkatan peran koordinasi penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum antar tingkatan pemerintahan dan antarpelaku pembangunan.
Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan pembangunan. Pengembangan kapasitas SDM untuk mendukung perubahan peran ke depan yang
diharapkan berubah dari yang semula lebih dominan sebagai operator-regulator menjadi dominan regulator-fasilitator.
Belum optimalnya data dan informasi Dinas PUPKP yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Peran aktif Dinas PUPKP sebagai perpanjangan tangan Bupati selaku wakil pemerintah daerah di daerah masih perlu ditingkatkan.
b. Bidang Bina Marga
Identifikasi permasalahan pada Bidang Bina Marga sbb : Identifikasi isu strategis di bidang Bina Marga berangkat dari pemahaman
menyeluruh mengenai sistem transportasi regional maupun sistem transportasi perkotaan, yaitu meliputi jalan, terminal, hingga struktur ruang.
Adanya titik-titik kemacetan di Kabupaten Sleman dapat menghambat aksesibilitas dan memicu peningkatan dampak negatif lingkungan dari sektor transportasi.
Penyelesaian titik-titik kemacetan tersebut dapat dilakukan dari beberapa aspek. Pertama, dari konteks makro berupa penyusunan rencana sistem transportasi
regional maupun sistem transportasi perkotaan dengan memperhatikan rencana struktur ruang pada RTRW Kabupaten Sleman 2011-2031. Pada RTRW Kabupaten
Sleman 2011-2031, disebutkan rencana pembangunan terminal pada beberapa titik seperti pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Peta Rencana Pembangunan Terminal
Sumber: RTRW Kab. Sleman 2011-2031
Gambar 3.2 Peta Rencana Simpul TOD
82 DPUPKP KAB. SLEMAN
2017 -2021 Rencana Strategis
Terminal-terminal eksisting dan terminal rencana dapat dioptimalkan menjadi park and ride untuk kemudian terintegrasi dengan transportasi publik pada skala regional
contoh TransJogja dan menjadi simpul-simpul TOD. Hal ini akan mendorong terwujudnya konsep transit oriented development TOD dan juga sebagai bagian
dari smart regency. TOD merupakan peruntukan lahan campuran berupa perumahan atau perdagangan yang direncanakan untuk memaksimalkan akses
angkutan umum.Dengan demikian perjalanan akan didominasi dengan angkutan umum yang terkoneksi langsung dengan lokasi-lokasi tujuan perjalanan. Tempat
perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir.
Penyelesaian dari konteks makro ini memang tidak termasuk dalam tupoksi bidang Bina Marga, akan tetapi, pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan perlu
diarahkan untuk mendukung konteks makro tersebut. Diperlukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan terkait penyelesaian skala makro tersebut.
Pada konteks yang lebih mikro, titik kemacetan terjadi karena kapasitas maupun kualitas ruang jalan yang tidak mendukung, baik dari segi dimensi fisik, kualitas
perkerasan, ataupun tingkat keselamatan. Standar pelayanan minimum SPM menyatakan bahwa salah satu indikator di bidang Bina Marga adalah terhubungnya
pusat-pusat kegiatan, sehingga titik kemacetan menjadi penghambat dalam pencapaian standar tersebut. Berdasarkan hasil observasi lapangan, kawasan yang
memiliki bangkitan ataupun tarikan pergerakan cukup tinggi seperti kawasan Condongcatur membutuhkan peningkatan kapasitas jalan. Pembukaan jalan pada
beberapa koridor juga diperlukan, mengingat potensi mobilitas yang cukup tinggi, seperti sepanjang selokan Mataram terutama ke arah barat. Selain peningkatan
kapasitas serta pemeliharaan jalan, ruas-ruas jalan tersebut lihat: Peta Rencana Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Kabupaten Sleman memerlukan pengaturan
kegiatan dan street furniture di rumija-ruwasja yang diatur dengan payung hukum paling tidak pada level Peraturan Bupati perbup.
Gambar 3.3 Peta Rencana Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Kabupaten Sleman
83 DPUPKP KAB. SLEMAN
2017 -2021 Rencana Strategis
Di samping ruas-ruas jalan tersebut, pemeliharaan jalan desa di Kabupaten Sleman juga diperlukan untuk mewujudkan konsep sustainable transport, terutama pada
pemenuhan pemerataan akses transportasi. Akan tetapi, terkait dengan UU Desa 62014, kewenangan “jalan desa” yang beralih dari DPUPKP ke pemerintah Desa
menjadi polemik tersendiri. Pengalihan kewenangan jalan desa ke pemerintah desa dikhawatirkan dapat memicu ketidakmerataan kualitas dan kondisi jalan di samping
kekhawatiran mengenai kapasitas pemerintah desa dalam mengelola jalan desa. Pembagian kewenangan terkait dengan pemeliharaan jalan desa perlu diperjelas
setidaknya melalui peraturan Bupati perbup.
Gambar 3.4 Peta Rencana Pemeliharaan Jalan Desa di Kabupaten Sleman
Tonase kendaraan yang melebihi sehingga mempercepat kerusakan jalan dan jembatan.
Tingkat kerusakan jalan dan jembatan lebih cepat dibanding laju pembangunan jalan dan jembatan.
Perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan timbulnya genangan air saat musim hujan di badan jalan terutama untuk ruas jalan dengan lalu lintas padat
sehingga mempercepat proses kerusakan konstruksi jalan. Keterbatasan peralatan penunjang untuk pemeliharaan dan pembangunan
jalanjembatan. Perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia sesuai dengan kebutuhan mekanik
komputer. Belum ada pengaturan jalur angkut material yang terpisah dengan jalur umum.
84 DPUPKP KAB. SLEMAN
2017 -2021 Rencana Strategis
c. Bidang Cipta Karya