Bidang Cipta Karya ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN

84 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis

c. Bidang Cipta Karya

Identifikasi Permasalahan Permasalahan pada Bidang Cipta Karya :  Konsep health and safety environment secara eksplisit tersirat dalam SDGs menggantikan program MDGs atau Millennium Development Goals. SDGs dibahas secara formal pada United Nations Conference on Sustainable Development yang dilangsungkan di Rio De Janiero, Brazil pada bulan Juni 2012. Proposal SDGs yang telah diusulkan mengandung 17 tujuan dengan 169 target yang melingkupi hal-hal terkait isu pembangunan berkelanjutan sustainable development. Isu-isu ini berupa penghapusan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan kesehatan dan pendidikan, pemberdayaan kota yang berkelanjutan, perang melawan perubahan iklim, dan perlindungan laut dan kemaritiman. Secara lebih spesifik, tujuan goal yang berkaitan langsung dengan pemenuhan air bersih, sanitasi, serta infrastruktur untuk mendukung health and safety environment adalah sebagai berikut : 1. Goal No. 3 : Good Health and Well Being Dalam tujuan ini dijabarkan salah satu cara untuk menciptakan kesehatan masyarakat yakni dengan memperbaiki dan menyediakan fasilitas air bersih dan sanitasi yang baik dan terjangkau secara finansial oleh masyarakat. 2. Goal No. 6 : Clean Water and Sanitation Merupakan tujuan yang fokus pada penyediaan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat, guna mengatasi masalah kekeringan, dan kekurangan pangan karena minimnya infrastruktur di bidang air bersih dan sanitasi 3. Goal No. 9 : Industry, Inovation, and Infrastructure Merupakan tujuan yang memiliki bahasan tentang urgensi pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan perekonomian dan kualitas kesehatan tempat tinggal.  Pada konteks nasional, SDGs diterjemahkan menjadi program 100-0-100 yang diusung oleh Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, yaitu 100 akses terhadap air bersih, 0 permukiman kumuh, dan 100 akses terhadap jaringan sanitasi. Walaupun ketiga aspek tersebut bukan merupakan kewenangan dari bidang Cipta Karya terkait adanya perubahan SOTK di tahun 2015, pembangunan dan pemeliharaan prasarana dasar permukiman, bangunan gedung, dan drainase kawasan perlu diarahkan pada perwujudan konsep health and safety environment dan SDGs serta berkontribusi terhadap pencapaian program 100-0-100 tersebut.  Jaringan air bersih dan sanitasi dulunya merupakan bagian kewenangan dari bidang Cipta Karya sebelum terjadinya reorganisasi baik pada level Kementrian maupun pada level daerah.  Saat ini, kewenangan terhadap air bersih dan air baku di Kabupaten Sleman berada pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman serta PDAM. 85 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis  Hingga tahun 2016, cakupan ketersediaan layanan air bersih air minum masyarakat di Kabupaten Sleman mencapai 31,10, dari target kinerja DPUP yaitu 19,5. Angka cakupan tersebut disebabkan dapat terpenuhinya jumlah rumah tangga pengguna air bersih perpipaan melalui PDAM yang dapat meningkat. Persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman pada tahun 2016 sebesar 82,55 dari target kinerja sebesar 57, dapat tercapai dikarenakan semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terlayani untuk mendapatkan akses air minum sebanyak 256.869 dari total masyarakat sebanyak 311.166.  Pada pemenuhan air bersih non perpipaan, kualitas air bersih perlu diperhatikan. Akses dan kualitas air bersih diprioritaskan pada kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi dan permukiman padat terutama pada rumah tangga yang tidak mampu. Di sisi lain, jaringan sanitasi di Kabupaten Sleman berada di bawah kewenangan DLH Dinas Lingkungan Hidup, termasuk untuk pengadaan ruang terbuka hijau RTH. Perpindahan kewenangan tersebut merupakan satu isu tersendiri yang memerlukan penanganan khusus pada level kelembagaan, terutama terkait dengan kejelasan kewenangan dan bentuk kerjasama antar institusi.  Di sisi lain, pengelolaan drainase yang menjadi tupoksi bidang Cipta Karya perlu menginduk pada konsep health and safety environment. Berdasarkan observasi lapangan, saluran drainase kerap tercampur dengan buangan limbah rumah tangga sehingga pada musim kemarau menjadi bau dan pada musim penghujan dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, kapasitas saluran drainase menjadi tidak mencukupi. Diperlukan monitoring untuk mencegah masuknya limbah rumah tangga ke dalam saluran drainase.  Permasalahan pada pelayanan drainase di Perangkat Daerah adalah belum optimalnya sosialisasi pemeliharaan jaringan drainase dan indikator untuk mengukur kualitas drainase masih kurang representatif.  Genangan masih terjadi pada intensitas yang lebih kecil. Lokasi dan intensitas terjadinya genangan tersebut masih belum dapat dipetakan secara akurat karena analisis potensi genanganbanjir belum pernah dilakukan, termasuk masterplan jaringan drainase tahun 2017 baru disusun. Berdasarkan observasi lapangan, genangan terjadi pada mayoritas jalan kampung, jalan-jalan yang memiliki divider baru, sekitar kawasan Denggung, sekitar kawasan MM UGM. Selain itu, walau tidak terjadi genangan yang cukup signifikan, Jalan Kabupaten ditengarai memiliki limpasan yang cukup besar. 86 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis Gambar 3.5 Peta Potensi Genangan Kabupaten Sleman  Setelah dilakukan uji laboratorium kualitas air dari sumber mata air yang diusulkan masyarakat kurang baik kurang memenuhi syarat .  Belum semua lokasi kekeringan terlayani jaringan air bersih.  Kelompok pengelola air bersih yang belum profesional.  Keterbatasan sarana dan prasarana yang ada sehingga belum semua kebutuhan terpenuhi.  Banyak pengguna Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana SIPAS yang belum menggunakan water meter, sehingga pemakaian tidak terkontrol tidak proporsional.  Keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan air bersih yang baik.  Belum ada ketersediaan data data sumber air, jaringan air bersih, kualitas air di masing masing wilayah dan daerah rawan air kekeringan.  Banyak bangunan yang menjorok ke daerah milik jalan sehingga perlu pengalihan bangunan sebelum pelaksanaan pekerjaan saluran drainase.  Masih ada beberapa ruas jalan yang rawan genangan.  Masih ada saluran drainase yang bercampur dengan jaringan irigasi atau saluran air limbah serta belum memenuhi standar teknis.  Terdapat utilitas pipa PDAM, kabel telepon yang dipasang pada jaringan drainase tidak memenuhi kaidah teknis.  Kesadaran masyarakat masih membuang sampah di saluran drainase.  Belum ada master plan induk saluran drainase yang terpadu meliputi saluran drainase pada ruas jalan nasional, propinsi, kabupaten dan jalan lingkungan. 87 DPUPKP KAB. SLEMAN 2017 -2021 Rencana Strategis  Penutupan saluran drainase oleh warga yang tidak sesuai kaidah teknis.  Masih ada bangunan gedung negara atau rumah negara yang tidak atau jarang difungsikan sehingga kurang terawat yang akan mempercepat kerusakan.  Ketidakpedulian pengguna bangunan pada kerusakan kecil yang terjadi.  Penambahan bangunan pada gedung pemerintah ada yang mengesampingkan Koefisien Dasar Bangunan KDB karena tuntutan kebutuhan ruang sedangkan lahan yang tersedia terbatas.  Waktu pelaksanaan kurang untuk nilai anggaran yang besar karena perencanaan dan pelaksanaan di tahun anggaran yang sama.  Sasaran sosialiasi dari pihak pengguna kepada masyarakat terkait pembangunan, pengembangan atau rehabilitasi gedung atau fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah masih kurang sehingga terjadi gesekan dengan warga.  Status tanah yang akan dibangun gedung belum jelas dan ijin tanah belum ada.

d. Bidang Perumahan