10. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya dapat
dikuantifikasikan. Data uji sifat fisik emulgel daya sebar dan viskositas dan stabilitas  fisik  pergeseran  viskositas  dalam  penelitian  merupakan  suatu
respon. 11.
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. 12.
Contour plot adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum formula berdasar satu parameter kualitas emulgel
sunscreen ekstrak kencur. 13.
Superimposed  contour  plot  adalah  pengabungan  garis-garis  pada  daerah optimum  yang  telah  dipilih  pada  uji  daya  sebar,  viskositas,  dan  pergeseran
viskositas. 14.
Desain  faktorial  adalah  metode  optimasi  yang  memungkinkan  untuk mengetahui  efek  yang  dominan  dalam  menentukan  sifat  fisik  dan  stabilitas
emulgel.
D. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas PYREX- GERMANY, pipet mikro,
shaker Laboratorium Farmakognosi Fitokimia USD, oven  Laboratorium  Farmakognosi  Fitokimia  USD,
rotary  evaporator Laboratorium  Farmakognosi  Fitokimia  USD,  mixer  dengan  kecepatan  skala  1,
Viscotester¸  Spectrophotometer  UV-Vis  SHIMADZU  UVmini-1240,  lemari pendingin,  stopwatch,  indikator  pH,
waterbath,  labu  erlenmeyer,  dan  tabung reaksi.
Bahan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  serbuk  kencur Kaempferia  galanga  L.,  etanol  95  kualitas  farmasetis,  etanol  kualitas  p.a
Carbopol
®
940  kualitas  farmasetis,  Span  80  kualitas  farmasetis,  Tween  80 kualitas  farmasetis,  propilen  glikol  kualitas  farmasetis,  metil  paraben  dan
propil  paraben  kualitas  farmasetis,  trietanolamina  kualitas  farmasetis,  dan aquadest.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan, penyiapan dan penyerbukan simplisia rimpang kencur
Serbuk  rimpang  kencur Kaempferia  galanga  L.  didapat  dari
Laboratorium  Biologi  Farmasi  Fakultas  Farmasi  Universitas  Gadjah  Mada Yogyakarta.
2. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk membuktikan kebenaran tanaman kencur  yang  digunakan.  Determinasi  tanaman  kencur  dilakukan  oleh  bagian
Laboratorium  Biologi  Farmasi  Fakultas  Farmasi  Universitas  Gadjah  Mada Yogyakarta.
3. Pembuatan ekstrak rimpang kencur
Ekstrak  rimpang  kencur  diperoleh  dengan  proses  maserasi.  Serbuk rimpang kencur ditimbang sebanyak 50 gram, ditempatkan dalam erlenmeyer 750
mL,  ditambahkan  500  mL  etanol  95  kedalam  erlenmeyer  yang  berisi  serbuk rimpang  kencur.  Kemudian  dilakukan  maserasi  selama  48  jam  dengan
menggunakan maserasi mekanis, setelah dilakukan maserasi  mekanis selanjutkan
dilakukan  penyaringan  dengan  menggunakan  kertas  saring  dengan  bantuan destilat  vakum  dan  proses  diulangi  1  kali  dengan  jenis  dan  jumlah  pelarut  yang
sama.  Setelah  tahap  maserasi  selesai  maka  dilakukan  penguapan  dengan rotary
evaporator  dan  waterbath  sampai  kandungan  pelarut  dalam  ekstrak  kurang  dari 10.
4. Uji kualitatif EPMS
Ekstrak kencur yang didapat dari proses maserasi selanjutnya dilakukan uji  kualitatif.  Uji  ini  bertujuan  untuk  memastikan  apakah  benar  dalam  ekstrak
kencur  yang  diperoleh  dalam  penelitian  ini  mengandung  EPMS,  dengan  cara: Sampel  ditimbang  sebanyak  50  mg,  kemudian  diekstraksi  dengan  menggunakan
etanol  2 ml, lalu  disentrifugasi  pada kecepatan 600 rpm selama 2 menit. Sampel sebanyak 10 µl ditotolkan pada plate silikagel 60 F
254.,
setelah itu dimasukkan ke dalam  chamber  yang  berisi  jenuh  fase  gerak  hexan-etil  asetat  dengan
perbandingan  40:10.  Eluasikan  hingga  batas,  plate  diangkat  dan  dikeringkan, kemudian diamati di bawah sinar UV. Pereaksi vanillin asam sulfat disemprotkan
pada  plate  yang  sudah  kering,  dan  yang  terakhir  plate  dipanaskan  pada  suhu 110
o
C hingga spot maksimum.
5. Penentuan nilai SPF ekstrak kencur
Ekstrak kencur ditimbang sebanyak 0,04 gram, lalu dilarutkan dalam 10 mL etanol p.a dan diaduk sampai homogen. Kemudian larutan tersebut diencerkan
dengan  cara  mengambil  5  mL  larutan  tersebut  yang  dilarutkan  dalam  10  mL etanol  p.a  dan  diencerkan  lagi  dengan  mengambil  5  mL  larutan  tersebut  yang
dilarutkan  dalam  10  mL  etanol  p.a.  Lalu  dari larutan  tersebut  diambil  lagi  1  mL dilarutkan dalam 10 mL etanol  p.a dan diencerkan lagi dengan  mengambil 1 mL
dilarutkan  dalam  10  mL  etanol  p.a  sehingga  didapatkan  konsentrasi  larutan sampel ekstrak kencur 10 ppm.
Pengukuran  selanjutnya  dilakukan  menggunakan  spektrofotometer  UV- Vis pada panjang gelombang 290-330 nm menggunakan kuvet dengan tebal 1 cm
dan  etanol  kualitas  p.a  sebagai  pelarut  dan  blanko.  Data  serapan  dibaca  pada rentang  panjang  gelombang  290-330  nm  dengan  interval  2,5  nm.  Menggunakan
metode perhitungan A.J. Petro 1981, dihitung nilai SPF dengan rumus:
Log SPF =
n- 1
.................................................................................. 6 SPF = Antilog SPF  ............................................................................. 7
6. Formula emulgel
a. Formula
Formula standar: Formulation and Evaluation of Optimized Clotrimazole
Emulgel Formulations Yassin, 2014.
Tabel IV. Formula standar
Bahan Formula
Clotrimazole 1 g
Carbopol 934 1 g
Parafin cair 7,5 g
Tween 20 1 g
Span 20 1,5 g
Propilen glikol 5 g
Etanol 2,5 g
Metil paraben 0,03 g
Propil paraben 0,01 g
Purified water to 100 ml
Formula hasil modifikasi untuk 200 gram tersaji dalam tabel V.
Tabel V. Formula emulgel yang telah dimodifikasi
Formula 1
a b
ab
Ekstrak rimpang kencur 4 g
4 g 4 g
4 g
Carbopol
®
940 2 g
3 g 2 g
3 g Propilen glikol
10 g 10 g
25 g 25 g
Span 80 3 g
3 g 3 g
3 g Tween 80
2 g 2 g
2 g 2 g
TEA 1,5 g
1,5 g 1,5 g
1,5 g Parafin Cair
10 g 10 g
10 g 10 g
Metil Paraben 0,2 g
0,2 g 0,2 g
0,2 g Propil paraben
0,8 g 0,8 g
0,8 g 0,8 g
Aquadest mL 150 g
150 g 150 g
150 g b.
Pembuatan emulgel Carbopol
®
940  dikembangkan  dalam  80  mL aquadest  selama  24  jam.
Fase  minyak  dibuat  dengan  mencampurkan  Span  80,  parafin  cair,  propil paraben, dan ekstrak kencur di atas
waterbath pada suhu 50
o
C. Fase air dibuat dengan  mencampur  Tween  80  dengan  propilen  glikol  yang  sebelumnya  telah
dicampur  metil  paraben  di  atas waterbath  pada  suhu    50
o
C.  Fase  minyak  dan fase  air  dicampur  bersama  dengan  sisa
aquadest,  campuran  di  mixer  pada kecepatan skala 1 selama 10 menit.
Emulsi  selanjutnya  dicampurkan  ke  dalam  Carbopol
®
940  yang sebelumnya  telah  dikembangkan  dengan
aquadest  dengan  kecepatan  putar mixer  pada  skala  1  selama  10  menit.  Trietanolamin  ditambahkan  ke  dalam
campuran  sampai  pH  6,  kemudian  campuran  diaduk  kembali  menggunakan mixer kecepatan skala 1 selama 5 menit.
7. Uji sifat fisik dan stabilitas emulgel sunscreen ekstrak kencur
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, warna, dan homogenitas emulgel
sunscreen ekstrak kencur 48 jam setelah pembuatan. b.
Uji pH Pengukuran  pH  dilakukan  dengan  menggunakan  indikator  pH
universal,  yaitu  dengan  memasukkan  indikator  pH  universal  pH strips  ke
dalam emulgel ekstrak kencur yang telah dibuat. Kemudian nilai pH ditentukan dengan cara membandingkan warna yang dihasilkan dengan standar.
c. Pengujian tipe emulgel dengan metode pengenceran
Emulgel  diletakan  di  atas  gelas  arloji  kemudian  diencerkan  dengan fase  air
aquadest  dengan  volume  dua  kali  lipat  volume  emulgel,  demikian juga  dengan  menggunakan  fase  minyak  parafin  cair.  Pengamatan  dilakukan
dengan melihat apakah emulgel bercampur atau tidak. d.
Uji viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat
Viscometer Rion seri VT 04 dengan  cara  sediaan  emulgel  dimasukkan  kedalam  wadah  dan  dipasang  pada
portable  viscometer.  Sediaan  emulgel  dituang  ke  dalam  wadah    viscotester, kemudian rotor nomor 2 dipasangkan pada alat dan didiamkan terlebih dahulu
selama  lima  menit.  Pendiaman  ini  bertujuan  selain  menyamakan  perlakuan juga  untuk  memastikan  jarum  penunjuk  pada  alat  menunjukkan  angka  yang
pasti  dan  tidak  naik  turun.  Nilai  viskositas  emulgel  ditunjukkan  dengan  skala yang  ditunjukkan  oleh  jarum  pada  alat
viscotester  tersebut.  Viskositas  yang dikehendaki pada penelitian ini antara 150-300 d.Pa.s.
Pengujian  viskositas  dilakukan  dalam  lima  periode,  yaitu  48  jam setelah  pembuatan,  7  hari,  14  hari,  21  hari,  dan  28  hari  untuk  mengetahui
persentase  pergeseran  viskositas.  Nilai  persen  pergeseran  viskositas  diperoleh dengan  cara  menghitung  selisih  antara  viskositas  sediaan  48  jam  setelah
pembuatan  dengan  viskositas  setelah  penyimpanan  selama  28  hari dibandingkan  dengan  viskositas  sediaan  48  jam  setelah  pembuatan  dikalikan
100. Pergeseran viskositas yang dikehendaki adalah kurang dari 10. e.
Uji daya sebar Pengukuran daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan emulgel.
Pengukuran  dilakukan  dengan  cara  emulgel  ditimbang  1  gram  kemudian emulgel  diletakkan  di  tengah  lempeng  kaca  bulat  berskala.  Di  atas  emulgel
diletakkan kaca bulat lain yang transparan dan anak timbang dengan berat total 125 gram. Lalu didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter penyebarannya
Garg,  Anggarwal,  Garf,  dan  Singla,  2002.  Setelah  itu  dihitung  diameter penyebarannya pada posisi vertikal, horisontal, dan diagonal. Daya sebar yang
diinginkan pada penelitian adalah pada rentang 3-5 cm.
8. Uji iritasi dengan HET-CAM
Telur ayam kampung fertil yang sudah diinkubasi selama 10 hari dipilih lalu  dibuka  cangkang  pada  bagian  yang  punya  rongga  udara,  membran  dalam
yang  menutupi  dihilangkan  dengan  cara  dibasahi  terlebih  dahulu  dengan  larutan
NaCl  0,9  hingga  membran  berwarna  bening  kemudian  membran  dibuang dengan  bantuan  pinset.  Sejumlah  sampel  emulgel  ditempatkan  pada  permukaan
Chorioallantoic  Membrane.  Perubahan  pembuluh  darah  yang  terjadi  meliputi hemoragi  adanya  pembekuan  darah  disekitar  pembuluh  darah
Chorioallantoic Membrane,  lisis  hilangnya  pembuluh  darah  Chorioallantoic  Membrane,  dan
koagulasi pendarahan dari darah Chorioallantoic Membrane diamati. Pengujian
juga  dilakukan  pada  masing-masing  formula  dan  digunakan  NaOH  sebagai kontrol positif dimana NaOH bersifat iritan apabila di aplikasikan pada kulit.
Efek iritasi yang terjadi diberi skor sesuai dengan waktu awal terjadinya hemoragi,  lisis,  dan  koagulasi  sehingga  dapat  ditentukan  skor  iritasinya. Tingkat
iritasi  ditentukan  dari  nilai  rata-rata  skor  ketiga  telur  dan  dapat  dikategorikan apakah terjadi iritasi lemah, sedang, kuat atau tidak mengiritasi.
F. Analisis Data
Analisis data utama meliputi data sifat fisik viskositas dan daya sebar, dan stabilitas fisik pergeseran viskositas menggunakan uji
Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95 untuk menentukan normalitas distribusi data. Jika
p-value 0,05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi normal sedangkan jika
p-value 0,05  maka  data  terdistribusi  tidak  normal.  Setelah  data  terdistribusi  normal
dilakukan  uji Levene’s  Test  dengan taraf  kepercayaan  95, jika  p-value    0,05
maka data dikatakan memiliki kesamaan varian homogen. Apabila pada penelitian ini didapatkan data yang terdistribusi normal dan
memiliki  kesamaan  varian  dapat  dilanjutkan  dengan  melihat  besarnya  pengaruh
antara  Carbopol
®
940  dengan  propilen  glikol  yang  dianalisis  secara  statistik menggunakan uji
two-way ANOVA. Analisis  statistik  dilakukan  menggunakan
software  R  versi  3.1.1. Berdasarkan  analisis  statistik  ini,  maka  dapat  diketahui  ada  atau  tidaknya
pengaruh yang signifikan dari Carbopol
®
940 dan propilen glikol terhadap respon- respon yang diuji dalam penelitian ini. Area komposisi optimum dapat ditentukan
melalui superimposed contour plot. Validasi area komposisi optimum di lakukan
dengan  cara  mencuplikan  secara  acak  pada  area  yang  diarsir,  kemudian  dibuat kembali  sediaan  emulgel
sunscreen  ekstrak  kencur  sehingga  didapatkan  data viskositas dan daya sebar. Data viskositas dan daya sebar hasil validasi kemudian
ditentukan apakah kedua data tersebut masuk dalam range teoretis atau tidak.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Kencur
Tujuan  identifikasi  atau  determinasi  adalah  untuk  memastikan  tanaman yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  benar  tanaman  kencur.  Surat
keterangan determinasi tanaman kencur dikeluarkan oleh Bagian Biologi Farmasi Fakultas  Farmasi  UGM.  Berdasarkan  hasil  determinasi  yang  dilakukan,  dapat
dipastikan  bahwa  tanaman  yang  digunakan  peneliti  sesuai  dengan  jenis  tanaman yang dikehendaki, yaitu kencur
Kaempferia galanga L..
B. Pembuatan Ekstrak Kencur
Rimpang  kencur  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  diperoleh  dari Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM yang sudah dalam bentuk serbuk
simplisia  dengan  kadar  air  pada  simplisia  9,11  bb.  Tujuan  penyerbukan  ialah memperkecil  ukuran  partikel  dari  simplisia.  Semakin  luas  bidang  permukaan
partikel,  semakin  besar  luas  kontak  partikel  simplisia  dengan  cairan  penyari sehingga  membantu  penetrasi  solven  ke  dalam  sel  pada  jaringan  tanaman,
membantu  melarutkan  metabolit  sekunder  dan  meningkatkan  hasil  ekstraksi Silva, Lee, dan Kinghorn, 1998.
Cairan  penyari  yang  biasanya  digunakan  dalam  metode  maserasi  dapat berupa air etanol, air-etanol, atau pelarut lain  Depkes RI, 1986. Cairan penyari
yang  digunakan  untuk  mengekstraksi  serbuk  rimpang  kencur  adalah  etanol  95