Dosis kurang Evaluasi Drug Related Problems DRPs

50 Pemilihan sefalosporin generasi III sebagai antibiotika profilaksis yang ditemukan pada penelitian ini cukup banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan dikonfirmasi terkait pola sensivitas kuman dan tingkat risiko keparahan infeksi pada pasien yang bersangkutan.

3. Dosis kurang

Evaluasi DRPs dosis terlalu rendah karena kadar antibiotika pada jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi berlangsung. Ada beberapa hal yang menyebabkan kadar antibiotika rendah yaitu waktu penggunaan antibiotika profilaksis, waktu optimum antibiotika profilaksis, dosis pemberian antibiotika profilaksis, dan lama operasi. Pada penelitian ini, seluruh kasus memiliki DRPs dosis terlalu rendah karena dosis pemberian yang kurang dan waktu pemberian antibiotika profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika profilaksis. Masalah ini dapat menyebabkan kadar antibiotika profilaksis dalam darah terlalu rendah untuk mampu mencegah infeksi. Dosis kurang yang disebabkan karena dosis pemberian yang kurang terdapat pada 18 kasus kasus 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 25, dan 26. Pada kasus ini, dosis kurang disebabkan karena dosis yang diberikan bukan dosis tunggal. Pasien mendapat dosis pertama yang lebih rendah dari rekomendasi. Contohnya, rekomendasi dosis cefuroxime yaitu dosis tunggal 2 gram. Dosis yang cukup tinggi ini diperlukan untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik. Diharapkan dengan dosis tinggi kadar antibiotika pada jaringan daerah sayatan mampu mencapai kadar 51 hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pasien mendapat dosis pertama 1 g dan akan diulang setiap 12 jam. Hal ini berarti antibiotika yang akan melindungi pasien saat operasi hanya setengah dari yang seharusnya. Adanya DRP dosis kurang yang disebabkan karena dosis pemberian yang kurang juga dikarenakan adanya pasien dengan BMI 36,2 kasus 11 mendapat antibiotika profilaksis dengan dosis yang normal. Seharusnya pasien dengan BMI yang tinggi perlu mendapat dosis ganda. Penyesuaian ini diperlukan pada pasien dengan BMI 35 ASHP, 2013; SOGC, 2010. Dosis kurang juga dapat disebabkan karena waktu pemberian antibiotika profilaksis lebih cepat atau lebih lama dari waktu optimum antibiotika profilaksis. Waktu optimum pemberian antibiotika profilaksis yaitu 30-60 menit sebelum operasi. Perhitungan ini didasarkan atas pertimbangan waktu antibiotika tersebut mencapai kadar puncak dalam serum dan t½ eliminasi antibiotika tersebut ASHP, 2013; Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Dosis kurang yang disebabkan karena waktu pemberian antibiotika profilaksis lebih cepat yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan lebih dari 60 menit sebelum operasi. Hal ini terdapat pada 4 kasus kasus 11, 20, 21, dan 23. Waktu pemberian 60 menit sebelum pembedahan ini kemungkinan sebenarnya sudah disesuaikan dengan jadwal operasi. Hanya saja saat seharusnya operasi dimulai, ada beberapa kendala sehingga operasi ditunda, misalnya ruang operasi ternyata masih digunakan, atau dokter belum berada di tempat Dewi, 2012. 52 Dosis kurang yang disebabkan karena waktu pemberian antibiotika profilaksis lebih lama yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum operasi, saat operasi, dan setelah operasi. Hal ini terdapat pada 17 kasus kasus 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 24, dan 25. Pemberian antibiotika 30 menit dapat menyebabkan kadar antibiotika profilaksis dalam darah dan jaringan belum cukup adekuat untuk memberi efek yang diharapkan ASHP, 2013.

4. Dosis berlebih

Dokumen yang terkait

Korelasi Drug Related Problems (DRP) Penggunaan Antibiotika Terhadap Outcomes Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Periode Oktober-Desember 2010 dan Januari-Maret 2011

2 74 111

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015

8 22 167

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

0 2 167

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.

3 13 142

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) penggunaan diuretik pada pasien geriatri dengan hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 - Juni 2013.

0 3 123

Evaluasi drug related problems pada pasien geriatri dengan hipertensi disertai vertigo di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 - Juni 2013.

1 3 9

Evaluasi drug related problems pada pasien geriatri dengan hipertensi disertai vertigo di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 Juni 2013

0 0 7

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) penggunaan diuretik pada pasien geriatri dengan hipertensi komplikasi stroke di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2012 Juni 201

0 14 121

Persetuj uan Pembimbing EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI DAN ANTIDIABETES PADA PASIEN GERIATRI DENGAN HIPERTENSI DISERTAI DM TIPE2 DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JANUARI

0 0 145