52
Dosis kurang yang disebabkan karena waktu pemberian antibiotika profilaksis lebih lama yaitu bila antibiotika profilaksis diberikan 30 menit
sebelum operasi, saat operasi, dan setelah operasi. Hal ini terdapat pada 17 kasus kasus 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 24, dan 25. Pemberian
antibiotika 30 menit dapat menyebabkan kadar antibiotika profilaksis dalam darah dan jaringan belum cukup adekuat untuk memberi efek yang diharapkan
ASHP, 2013.
4. Dosis berlebih
Terdapat DRP dosis obat berlebih pada seluruh kasus. Permasalahan penggunaan dosis antibiotika profilaksis yang terlalu tinggi ini berupa durasi
terapi yang terlalu lama lebih dari 24 jam. Pemberian antibiotika profilaksis lebih dari 24 jam seharusnya diberikan untuk terapi sementara jika diketahui
terjadi infeksi dan belum dilakukan kultur. Kekhawatiran justru muncul dengan durasi yang panjang terkait dengan munculnya resistensi ASHP, 2013.
Pertimbangan dosis penulis resep untuk memperpanjang pemberian antibiotika lebih dari 24 jam yaitu kekhawatiran adanya risiko infeksi selama pasien berada di
ruang perawatan. Alasan pemberian antibiotika profilaksis dengan dosis tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep
berikut: “Kalau tidak ada masalah infeksi, biasanya profilaksis kita
berikan maksimal 3 hari. Walau operasi sudah selesai, masih ada risiko infeksi selama pasien berada di ruang perawatan, soalnya
luka dan jahitan bedahnya itu gampang terinfeksi.
”
53
Dosis berlebih juga terjadi pada kasus dengan pemberian metronidazol. Rekomendasi metronidazol sebagai antibiotika profilaksis untuk memperluas
spektrum adalah dosis tunggal 500 mg iv ASHP, 2013; Lyimo, et al., 2013. Pola peresepan metronidazol baik oral maupun iv yaitu 500 mg 3xhari. Hal ini
menyebabkan dosis melebihi dosis yang dibutuhkan untuk memberi efek.
5. Butuh tambahan obat
Sebanyak 14 kasus memerlukan terapi tambahan, yaitu pada kasus nomor 1, 2, 4, 5, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 22, 25, dan 26. Terapi tambahan yang
dimaksud adalah kombinasi antibiotika. Kombinasi antibiotika diperlukan untuk memperluas spektrum antibiotika. Antibiotika perlu dikombinasikan untuk
antibiotika yang diketahui telah banyak bakteri yang resisten terhadap antibiotika tersebut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pada kasus 4, 11, dan 25,
pasien menerima ampicillin sebagai antibiotika profilaksis. Telah diketahui bahwa banyak bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap ampicillin. Resistensi
terhadap ampicillin perlu diatasi dengan kombinasi dengan golongan inhibitor beta-laktamase seperti, klavulanat dan sulbaktam Hauser, 2013.
Kombinasi lain yang juga diperlukan adalah dengan penambahan metronidazol, doxycycline, atau azitromisin ASHP, 2014. Kombinasi ini
diperuntukkan baik bersama sefalosporin generasi I dan II maupun ampicillin. Tujuan kombinasi ini dengan untuk memperluas spektrum untuk mengatasi
bakteri anaerob ASHP, 2014.
54
Azitromisin menjadi pilihan pertama yang direkomendasikan untuk tujuan ini. Rekomendasi aztromisin untuk memperluas spektrum yaitu dosis
tunggal 500 mg iv Doss, et al., 2012. Azitromisin memiliki half-life 68 jam, konsentrasi di jaringan yang lebih tinggi dan pada bagian transplasenta lebih
rendah dari beberapa antibiotik lain yang umum digunakan untuk indikasi ini. Karena itu, efek samping yang terjadi pada janinbayi lebih dapat dihindari
dengan penggunaan azitromisin. Selain itu, azitromisin aktif terhadap kuman aerob dan anaerob, serta Ureaplasmas, sehingga secara signifikan mengurangi
risiko endometritis dan SSI Hanya saja harganya lebih mahal dibanding pilihan antibiotika lain Lamont, et al., 2011, Tita, et al., 2009.
6. Efek samping obat