yang mengandung senyawa tanin ditunjukkan dengan berubahnya warna ekstrak yang awalnya berwarna coklat menjadi berwarna hitam kebiruan.
Gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna ekstrak daun jambu biji setelah diberi perlakuan FeCl
3
. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki kandungan senyawa tanin.
Uji kualitatif tanin ekstrak daun jambu biji juga dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Adapun metode yang digunakan yaitu kromatografi
lapis tipis KLT. Tujuan dilakukan uji kualitatif tanin di LPPT yaitu untuk memastikan lebih lanjut terkait kandungan senyawa tanin dengan menggunakan
metode yang lebih akurat. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji mengandung senyawa tanin.
Uji kadar air serbuk daun jambu biji juga dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Adapun metode yang digunakan yaitu gravimetri. Uji kadar air
dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada serbuk daun jambu biji. Syarat kadar air yang terdapat dalam serbuk yaitu kurang dari 10 . Hasil uji
menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun jambu biji yaitu sebesar 8,42 , sehingga memenuhi persyaratan kadar air sebuk. Laporan mengenai hasil uji
kualitatif tanin dan kadar air serbuk daun jambu biji dapat dilihat pada lampiran 2.
B. Uji Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji
Tujuan uji antibakteri yaitu untuk mengetahui kemampuan daya antibakteri dari ekstrak daun jambu biji. Uji daya antibakteri pada penelitian ini
menggunakan metode difusi sumuran karena sampel ekstrak daun jambu biji
berbentuk cair. Bakteri yang digunakan pada uji daya antibakteri yaitu Staphylococcus aureus
. Kemampuan daya antibakteri dari ekstrak daun jambu biji dapat ditunjukan dengan terbentuk zona hambat atau zona jernih di sekitar lubang
sumuran.
i ii
Gambar 8. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji i kontrol negatif dan ii ekstrak daun jambu biji
Gambar 8 i kontrol negatif tidak membentuk zona jernih atau zona hambat, Sedangkan gambar 8 ii terbentuk zona hambat atau zona jernih disekitar
lubang sumuran. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki kemampuan daya antibakteri. Luas zona hambat pada ekstrak daun
jambu biji sebesar 2,253 cm
2
. Daya antibakteri ini disebabkan oleh adanya senyawa tanin yang terdapat
di dalam ekstrak daun jambu biji. Tanin merupakan komponen utama dalam daun jambu biji, karena jumlahnya yang lebih banyak dari pada senyawa lain yaitu
sekitar 9 – 12. Mekanisme antibakteri dari senyawa tanin yaitu dengan cara
presipitasi protein, inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi materi genetik Rosidah and Afizia, 2012.
C. Pembuatan Krim Ekstrak Daun Jambu Biji
Krim yang dibuat memiliki tipe minyak dalam air MA. Pemilihan krim tipe MA karena mudah diaplikasikan ke permukaan kulit, memberikan rasa
lembab di kulit, mudah dibersihkan dengan air, dan tidak menimbulkan rasa lengket. Eksipien yang digunakan untuk sediaan semisolid topikal memegang
peranan penting, yaitu meningkatkan kelarutan zat aktif, permeasi obat serta meningkatkan stabilitas obat dan formulasi, meningkatkan aspek estetika sediaan,
mencegah kontaminasi dan pertumbuhan mikroba, mengatur pelepasan Heather and
Adam, 2012. Sebelum melakukan optimasi formula, hal pertama yang dilakukan
adalah melakukan orientasi formula. Tujuan orientasi formula yaitu untuk menentukan besaran level rendah dan level tinggi pada faktor Tween 80 dan
propilen glikol. Selain itu untuk melihat apakah respon yang diteliti mampu memberikan perubahan pada respon daya sebar dan viskositas.
Gambar 9 dan gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah Tween 80 yang diberikan menyebabkan perubahan respon viskositas dan daya sebar krim. Daerah
irisan dari kedua grafik yakni antara 2-4 gram. Berdasarkan hasil tersebut, dipilih level rendah Tween 80 yaitu 2 gram, dan level tingginya yaitu 4 gram. Gambar 11
dan gambar 12 menunjukkan bahwa jumlah propilen glikol yang diberikan menyebabkan perubahan pada respon viskositas dan daya sebar krim. Daerah
irisan dari kedua grafik yakni antara 10-11 gram. Berdasarkan hasil tersebut, dipilih level rendah propilen glikol yaitu 10 gram, dan level tingginya yaitu 11
gram.
Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap viskositas krim
Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap daya sebar krim
108 110
112 114
116 118
120 122
124 126
1 2
3 4
5 6
7
Vis k
o sit
a s
d.P a
.s
Jumlah Tween 80 g
Pengaruh Tween 80 terhadap viskositas krim
5.6 5.7
5.8 5.9
6.0 6.1
6.2
1 2
3 4
5 6
7
Da y
a s
eba r
cm
Jumlah Tween 80 g
Pengaruh Tween 80 terhadap daya sebar krim
Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh jumlah propilen glikol terhadap viskositas krim
Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh jumlah propilen glikol terhadap daya sebar krim
104 106
108 110
112 114
116 118
120 122
124
2 4
6 8
10 12
Vis k
o sit
a s
d.P a
.s
Jumlah propilen glikol g
Pengaruh propilen glikol terhadap viskositas krim
5.3 5.4
5.5 5.6
5.7 5.8
5.9 6.0
2 4
6 8
10 12
D a
y a
Se ba
r c
m
Jumlah propilen glikol g
Pengaruh propilen glikol terhadap daya sebar krim
Proses pembuatan krim diawali dengan mencampurkan bahan-bahan sesuai dengan fasenya. Fase minyak terdiri dari asam stearat dan BHT, sedangkan
fase air terdiri dari metil paraben, Tween 80, propilen glikol, dan TEA. Masing- masing fase kemudian dilelehkan pada suhu 70
o
C di atas waterbath. Langkah berikutnya mencampurkan fase minyak dengan fase air dalam mortir hangat,
kemudian diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan konstan. Tujuan menggunakan mortir hangat untuk mencegah pembekuan segera. Aquadest
ditambahkan saat pengadukan berlangsung. Ekstrak daun jambu biji ditambahkan ketika masa krim terbentuk. Krim ekstrak daun jambu biji disimpan dalam wadah
tertutup.
D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Fisis Krim Ekstrak Daun Jambu Biji