Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu Tween 80 dan propilen glikol dengan 2 level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah untuk Tween 80
sebesar 2 gram dan level tinggi Tween 80 sebesar 4 gram. Level rendah untuk propilen glikol sebesar 10 gram dan level tinggi propilen glikol sebesar 11 gram.
Formula dengan desain faktorial yang digunakan dalam penelitian ini tersaji dalam tabel III.
Tabel III. Formula krim ekstrak daun jambu biji
Komposisi Formula g
F
1
g F
A
g F
B
g F
AB
g
Ekstrak daun jambu biji
5 5
5 5
Asam stearat 20
20 20
20
Tween 80 2
4 2
4
Butylated hydroxyl toluene
0,02 0,02
0,02 0,02
Propilen glikol 10
10 11
11
Triethanolamine 2
2 2
2 Methyl paraben
0,2 0,2
0,2 0,2
Aquadest 60
60 60
60
4. Pembuatan krim
Pertama-tama fase minyak asam stearat dan butylated hydroxyl toluene
dan fase air propilen glikol, Tween 80, triethanolamine, dan metil paraben masing-masing dipanaskan pada suhu 70
o
C. Fase minyak dicampur dengan fase air ke dalam mortir hangat, kemudian ditambahkan aquadest
hangat lalu diaduk menggunakan mixer hingga homogen dan terbentuk masa krim. Ekstrak daun jambu biji ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan
dihomogenkan menggunakan mixer selama 1,5 menit. Krim dimasukkan ke dalam kemasan.
5. Uji sifat fisis dan stabilitas fisis krim
a.
Uji organoleptis dan pH
Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna dan bau dari krim 48 jam setelah pembuatan. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan indikator pH universal dengan cara memasukkan pH universal ke dalam sediaan krim ekstrak daun jambu biji dan membandingkan warnanya
dengan standar. b.
Uji tipe krim
Sebanyak 0,5 g krim ekstrak daun jambu biji dimasukkan ke dalam gelas beker dan diencerkan dengan 2 ml aquadest. Campuran diaduk kemudian
ditambah dengan 2 tetes methylene blue. Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air sedangkan bagian yang tidak
berwarna merupakan fase minyak. c.
Uji daya sebar
Sebanyak 1 g krim diletakkan di tengah horizontal plate, kemudian diletakkan pemberat 125 gram di atasnya dan didiamkan selama 1 menit.
Diameter penyebaran krim diukur selama 48 jam setelah pembuatan, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.
d. Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscotester Rion VT-04. Krim dimasukan ke dalam wadah dan dipasang pada viscotester Rion
VT-04. Nilai viskositas krim ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viscotester dinyalakan. Pengujian dilakukan selama 48 jam, 14 hari, 7 hari, 21 hari dan 28
hari. e.
Uji ukuran droplet Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian ditutup
menggunakan kaca penutup, setelah itu diletakkan dibawah mikroskop. Ukuran droplet yang terdispersi dalam krim diamati sebanyak 500 droplet.
f. Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan menggunakan metode HET-CAM Hen’s Egg
Test on the Chorioallantoic Membrane . Uji ini menggunakan telur ayam yang
berusia 10 hari. Cangkang telur yang berisi rongga udara dibuka secara hati- hati. Setelah cangkang dibuka, Chorioallantoic Membrane CAM dicuci atau
dibilas menggunakan NaCl 0,9. NaCl 0,9 digunakan sebagai kontrol negatif, sedangkan kontrol positifnya yaitu NaOH 0,1N. Pejankan 0,3 ml
NaOH 0,1 N, NaCl 0,9 , dan sediaan krim F1, FA, FB, dan FAB pada masing-masing telur. Pemejanan dilakukan pada bagian Chorioallantoic
Membrane CAM, Kemudian catat waktu ketika terjadinya pendarahan
hemorrhage, lisis lysis, dan koagulasi coagulation pada Chorioallantoic Membrane
CAM setelah diberikan paparan sediaan selama 5 menit. Data yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan Irritation Score
IS dengan menggunakan rumus : Irritation Score
IS =
301 −�
300
� 5 +
301 −�
300
� 7 +
301 −�
300
� 9
Keterangan : HT
Hemorrhage time= waktu pertama kali pembuluh darah mengalami perdarahan detik.
LT Lysis time = waktu pertama kali lisis pada pembuluh darah detik.
CT Coagulation time = waktu pertama kali koagulasi protein pada membran
detik. Hasil perhitungan kemudian dicocokan pada tabel IV untuk
mengetahui kategori iritasi.
Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET-CAM
Irritation Score Kategori
0 - 0,9 Tidak mengiritasi
1 - 4,9 Sedikit mengiritasi
5 - 8,9 Cukup mengiritasi
9 - 21 Sangat mengiritasi
Cazedey et al., 2009
g. Uji Antibakteri
1 Pembuatan stok bakteri Staphylococcus aureus
Sebanyak 7,6 gram media Muller Hinton Agar MHA disuspensikan ke dalam 200 mL aquadest. Sebanyak 5 ml media MHA dimasukan ke dalam
tabung reaksi, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah steril, tabung reaksi disimpan pada kemiringan 30-45
o
dan media dibiarkan memadat. Sebanyak 1 ose biakan murni Staphylococcus aureus
diambil, lalu diinokulasikan pada media agar miring secara zig-zag dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu suhu 37
o
C.
2 Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus
Sebanyak 1 ose koloni bakteri Staphylococcus aureus dari stok bakteri dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9. Kekeruhan suspensi
bakteri disesuaikan dengan kekeruhan standard 0,5 Mcfarland 1,5x10
8
CFUmL. 3
Pengujian potensi antibakteri ekstrak daun jambu biji Sebanyak 2 media MHA steril disiapkan ke dalam cawan petri lalu
tunggu hingga memadat. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus dimasukan ke media MHA yang telah memadat dengan menggunakan cotton bud steril.
Oleskan suspensi bakteri tersebut dengan merata. Media MHA yang telah dioleskan suspensi bakteri, dibuat lubang sumuran dengan menggunakan
pelubang sumuran. Media MHA pertama digunakan untuk uji ekstrak daun jambu biji, sedangkan media MHA kedua digunakan untuk uji kontrol negatif
aquadest. Ekstrak daun jambu biji yang telah diencerkan hingga konsentrasi 5
dan air sebagai kontrol negatif, diambil menggunakan spuit dan diletakan ke dalam masing-masing lubang sumuran. Inkubasi kedua media selama 24 jam
pada suhu 37
o
C di dalam inkubator. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
G. Analisis Hasil