Bahan Penelitian Alat Penelitian Analisis Hasil

8. Sifat fisis adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisis dari sediaan krim ekstrak daun jambu biji, dalam penelitian ini meliputi organoleptis, pH, tipe krim, daya sebar, viskositas dan ukuran droplet. 9. Stabilitas fisis adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui stabilitas fisis sediaan krim ekstrak daun jambu biji, dalam penelitian ini meliputi pergeseran viskositas dan daya sebar. 10. Daya sebar merupakan kemampuan krim ekstrak daun jambu biji untuk menyebar pada kulit. 11. Viskositas merupakan ukuran kekentalan dari krim ekstrak daun jambu biji. 12. Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sediaan dan dapat menjelaskan interaksi antar faktor. 13. Countour plot merupakan grafik yang digunakan untuk menggambarkan respon dari sifat fisis krim ekstrak daun jambu biji, di mana didapat dari persamaan desain faktorial. 14. Superimposed merupakan area perpotongan yang memuat semua arsiran dalam countour plot yang diprediksi sebagai variasi Tween 80 dan propilen glikol yang optimal.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun jambu biji diperoleh dari daerah Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Tween 80 farmasetis, asam stearat farmasetis, propilen glikol farmasetis, butyl hidroxy toluene farmasetis, metil paraben farmasetis, TEA farmasetis, aquadest , etanol 70 teknis, strain bakteri staphylococcus aureus, dan telur ayam kampung usia 10 hari.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas Pyrex Germany, timbangan analitik Mettler Toledo GB 3002, waterbath, sendok, pipet tetes, vacum rotary evaporator, thermometer, mixer Modifikasi USD, stopwatch, alat uji daya sebar Modifikasi USD, viscotester seri VT 04 Rion Japan, maserator, kertas pH universal, mikroskop merk Olympus CH2- Japan, dan software R 3.1.1.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan ekstrak daun jambu biji

Sebanyak 100 gram serbuk daun jambu biji ditimbang kemudian dimasukan ke dalam 5 buah erlenmeyer 1 L. Masing-masing erlenmeyer ditambahkan pelarut etanol 70 sebanyak 700 ml. Maserasi dengan menggunakan shaker selama 3 hari dengan kecepatan 200 rpm. Setelah dimaserasi kemudian disaring dan sisa ampasnya diremaserasi selama 2 hari dengan perlakukan yang sama seperti maserasi pertama. Hasil saringan dari maserasi pertama dan hasil remaserasi kemudian digabungkan, lalu dimasukan ke dalam labu alas bulat dan diuapkan dengan menggunakan vakum rotary evaporator pada suhu antara 60-70 o C. Vakum dihentikan apabila sudah tidak ada pelarut yang menetes lagi. Ekstrak dikeluarkan dari vakum rotary evaporator kemudian diuapkan dengan menggunakan waterbath. Proses dihentikan sampai mencapai bobot tetap. Ekstrak daun jambu biji kemudian disimpan ke dalam almari pendingin.

2. Uji kualitatif senyawa tanin dalam ekstrak daun jambu biji

Sebanyak 2 ml ekstrak daun jambu biji ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 sampai terbentuk warna hitam kebiruan. Warna hitam kebiruan menunjukkan bahwa ekstrak mengandung senyawa tanin.

3. Formula krim

Formula yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada jurnal “Formulation and Evaluation of an Antibacterial Cream from Oxalis corniculata Aqueo us Extract” Handali, Hosseini, Ameri, and Moghimipour, 2011. Tabel II. Formula acuan Handali et al., 2011 Komposisi Jumlah g Fase minyak Asam stearat Spermaceti Setil alkohol 1 0,5 0,5 Fase air Gliserin Triethanolamine Benzyl alcohol aquadest O. corniculata extract 0,5 0,2 0,2 7 0,1 Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu Tween 80 dan propilen glikol dengan 2 level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah untuk Tween 80 sebesar 2 gram dan level tinggi Tween 80 sebesar 4 gram. Level rendah untuk propilen glikol sebesar 10 gram dan level tinggi propilen glikol sebesar 11 gram. Formula dengan desain faktorial yang digunakan dalam penelitian ini tersaji dalam tabel III. Tabel III. Formula krim ekstrak daun jambu biji Komposisi Formula g F 1 g F A g F B g F AB g Ekstrak daun jambu biji 5 5 5 5 Asam stearat 20 20 20 20 Tween 80 2 4 2 4 Butylated hydroxyl toluene 0,02 0,02 0,02 0,02 Propilen glikol 10 10 11 11 Triethanolamine 2 2 2 2 Methyl paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 Aquadest 60 60 60 60

4. Pembuatan krim

Pertama-tama fase minyak asam stearat dan butylated hydroxyl toluene dan fase air propilen glikol, Tween 80, triethanolamine, dan metil paraben masing-masing dipanaskan pada suhu 70 o C. Fase minyak dicampur dengan fase air ke dalam mortir hangat, kemudian ditambahkan aquadest hangat lalu diaduk menggunakan mixer hingga homogen dan terbentuk masa krim. Ekstrak daun jambu biji ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan dihomogenkan menggunakan mixer selama 1,5 menit. Krim dimasukkan ke dalam kemasan.

5. Uji sifat fisis dan stabilitas fisis krim

a. Uji organoleptis dan pH Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna dan bau dari krim 48 jam setelah pembuatan. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal dengan cara memasukkan pH universal ke dalam sediaan krim ekstrak daun jambu biji dan membandingkan warnanya dengan standar. b. Uji tipe krim Sebanyak 0,5 g krim ekstrak daun jambu biji dimasukkan ke dalam gelas beker dan diencerkan dengan 2 ml aquadest. Campuran diaduk kemudian ditambah dengan 2 tetes methylene blue. Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air sedangkan bagian yang tidak berwarna merupakan fase minyak. c. Uji daya sebar Sebanyak 1 g krim diletakkan di tengah horizontal plate, kemudian diletakkan pemberat 125 gram di atasnya dan didiamkan selama 1 menit. Diameter penyebaran krim diukur selama 48 jam setelah pembuatan, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. d. Uji viskositas Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscotester Rion VT-04. Krim dimasukan ke dalam wadah dan dipasang pada viscotester Rion VT-04. Nilai viskositas krim ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viscotester dinyalakan. Pengujian dilakukan selama 48 jam, 14 hari, 7 hari, 21 hari dan 28 hari. e. Uji ukuran droplet Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian ditutup menggunakan kaca penutup, setelah itu diletakkan dibawah mikroskop. Ukuran droplet yang terdispersi dalam krim diamati sebanyak 500 droplet. f. Uji iritasi Uji iritasi dilakukan menggunakan metode HET-CAM Hen’s Egg Test on the Chorioallantoic Membrane . Uji ini menggunakan telur ayam yang berusia 10 hari. Cangkang telur yang berisi rongga udara dibuka secara hati- hati. Setelah cangkang dibuka, Chorioallantoic Membrane CAM dicuci atau dibilas menggunakan NaCl 0,9. NaCl 0,9 digunakan sebagai kontrol negatif, sedangkan kontrol positifnya yaitu NaOH 0,1N. Pejankan 0,3 ml NaOH 0,1 N, NaCl 0,9 , dan sediaan krim F1, FA, FB, dan FAB pada masing-masing telur. Pemejanan dilakukan pada bagian Chorioallantoic Membrane CAM, Kemudian catat waktu ketika terjadinya pendarahan hemorrhage, lisis lysis, dan koagulasi coagulation pada Chorioallantoic Membrane CAM setelah diberikan paparan sediaan selama 5 menit. Data yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan Irritation Score IS dengan menggunakan rumus : Irritation Score IS = 301 −� 300 � 5 + 301 −� 300 � 7 + 301 −� 300 � 9 Keterangan : HT Hemorrhage time= waktu pertama kali pembuluh darah mengalami perdarahan detik. LT Lysis time = waktu pertama kali lisis pada pembuluh darah detik. CT Coagulation time = waktu pertama kali koagulasi protein pada membran detik. Hasil perhitungan kemudian dicocokan pada tabel IV untuk mengetahui kategori iritasi. Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET-CAM Irritation Score Kategori 0 - 0,9 Tidak mengiritasi 1 - 4,9 Sedikit mengiritasi 5 - 8,9 Cukup mengiritasi 9 - 21 Sangat mengiritasi Cazedey et al., 2009 g. Uji Antibakteri 1 Pembuatan stok bakteri Staphylococcus aureus Sebanyak 7,6 gram media Muller Hinton Agar MHA disuspensikan ke dalam 200 mL aquadest. Sebanyak 5 ml media MHA dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf suhu 121 o C selama 15 menit. Setelah steril, tabung reaksi disimpan pada kemiringan 30-45 o dan media dibiarkan memadat. Sebanyak 1 ose biakan murni Staphylococcus aureus diambil, lalu diinokulasikan pada media agar miring secara zig-zag dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu suhu 37 o C. 2 Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus Sebanyak 1 ose koloni bakteri Staphylococcus aureus dari stok bakteri dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9. Kekeruhan suspensi bakteri disesuaikan dengan kekeruhan standard 0,5 Mcfarland 1,5x10 8 CFUmL. 3 Pengujian potensi antibakteri ekstrak daun jambu biji Sebanyak 2 media MHA steril disiapkan ke dalam cawan petri lalu tunggu hingga memadat. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus dimasukan ke media MHA yang telah memadat dengan menggunakan cotton bud steril. Oleskan suspensi bakteri tersebut dengan merata. Media MHA yang telah dioleskan suspensi bakteri, dibuat lubang sumuran dengan menggunakan pelubang sumuran. Media MHA pertama digunakan untuk uji ekstrak daun jambu biji, sedangkan media MHA kedua digunakan untuk uji kontrol negatif aquadest. Ekstrak daun jambu biji yang telah diencerkan hingga konsentrasi 5 dan air sebagai kontrol negatif, diambil menggunakan spuit dan diletakan ke dalam masing-masing lubang sumuran. Inkubasi kedua media selama 24 jam pada suhu 37 o C di dalam inkubator. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

G. Analisis Hasil

Data dari hasil pengukuran sifat fisis viskositas dan daya sebar dan stabilitas pergeseran viskositas dan daya sebar diuji statistik untuk mengetahui signifikansi dari faktor Tween 80, propilen glikol, serta interaksi keduanya terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis krim ekstrak daun jambu biji Psidium guajava L. . Uji statistik yang dilakukan yaitu Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas distribusi data. Jika p-value lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal dan jika p-value kurang dari 0,05 data tidak terdistribusi normal. Uji Levene’s Test untuk mengetahui kesamaan varian, jika nilai Pr F lebih besar daripada 0,05 berarti data memiliki kesamaan varian dan jika nilai Pr F kurang dari 0,05 berarti data tidak memiliki kesamaan varian. Uji statistik berikutnya adalah uji ANAVA dengan taraf kepercayaan 95, jika nilai Pr F kurang dari 0,05 berarti data berbeda bermakna dan jika nilai PrF lebih dari 0,05 berarti data berbeda tidak bermakna. Uji tersebut dilakukan jika memenuhi syarat uji parametrik. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka akan dilanjutkan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon . Uji Kruskal-Wallis dilakukan dengan membandingkan keempat kelompok formula untuk mengetahui variasi Tween 80 dan propilen glikol memberikan pengaruh signifikan atau tidak. Uji Wilcoxon dilakukan dengan membandingkan dua kelompok formula yang memiliki nilai yang sama pada salah satu faktor. Apabila dalam analisis data didapatkan hasil p-value kurang dari 0,05 berarti data berbeda bermakna. Sebaliknya, jika p-value lebih dari 0,05 berarti data berbeda tidak bermakna. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji

Pada penelitian ini serbuk daun jambu biji diperoleh dari Merapi Farma Herbal Yogyakarta. Serbuk yang diperoleh harus dilakukan determinasi tanaman, hal ini bertujuan untuk mengetahui keaslian tanaman tersebut dan kebenaran dari spesies tanaman yang digunakan. Adapun langkah determinasi yaitu dengan membandingkan ciri-ciri morfologi tanaman dengan kunci determinasi pada Flora of Java Backer and Bakhuizen, 1963. Serbuk daun jambu biji yang digunakan pada penelitian ini tidak dilakukan determinasi, karena telah memiliki sertifikat dari Merapi Farma Herbal mengenai keaslian dan kebenaran spesies tanaman yang digunakan lampiran 1. Pembuatan ekstrak daun jambu biji dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi, yaitu dengan cara merendam serbuk daun jambu biji dengan menggunakan pelarut etanol 70. Kandungan aktif yang terdapat di dalam daun jambu biji yang memiliki efek antibakteri yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa yang bersifat polar dan dalam metode ekstraksinya digunakan pelarut etanol yang bersifat semipolar. Proses penyarian senyawa tanin tidak menggunakan pelarut polar contohnya air karena mudah ditumbuhi bakteri dan dapat terjadi reaksi enzimatik. Pelarut etanol 70 digunakan karena aman, lebih mudah dalam proses pemekatan, dan mikroba lebih sulit untuk tumbuh.