berwarna. Hal tersebut dikarenakan methylene blue larut air sehingga fase luar yaitu air akan berwarna biru. Pengamatan melalui mikroskop menunjukkan
secara jelas bahwa fase luar dari droplet krim akan berwarna biru setelah penambahan reagen methylene blue.
3. Uji ukuran droplet
Uji ukuran droplet untuk mengetahui distribusi ukuran partikel yang terdapat pada sediaan krim ekstrak daun jambu biji. Droplet krim dari tiap
formula diukur sebanyak 500 partikel dengan menggunakan mikroskop. Sebelum melakukan uji ukuran droplet terlebih dahulu dilakukan kalibrasi.
Tujuan kalibrasi yaitu untuk mengetahui ukuran sebenarnya dari droplet krim yang diukur. Ukuran sebenarnya dari droplet akan diketahui setelah nilai
kalibrasi dari mikoskop tersebut dikalikan dengan ukuran droplet yang terlihat di mikroskop. Hasil uji ukuran droplet krim dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Hasil uji ukuran droplet
Formula Ukuran Droplet
μm R1
R2 R3
x
̅
± SD F1
52,6 51,6
52,7 52,3 ± 0,6
FA 46,0
42,4 48,4
45,6 ± 3,0 FB
54,8 51,0
55,0 53,6 ± 2,2
FAB 45,6
50,2 56,5
50,7 ± 5,5 Tabel VII menunjukkan bahwa rata-rata ukuran droplet yang diperoleh dari
tiap formula berkisar 45,6 – 53,6 μm. Menurut Gupta dan Garg 2002 kisaran
ukuran droplet dari krim konvensional yaitu 10 – 100 μm. Berdasarkan hasil
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa krim ekstrak daun jambu biji memiliki ukuran droplet yang sesuai dengan rentang standar.
4. Uji viskositas
Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas suatu sediaan maka tahanan untuk mengalir akan semakin
tinggi. Viskositas dapat menjadi indikator perubahan stabilitas fisis dari suatu sediaan Heather and Adam, 2012. Viskositas sediaan krim yang baik berada
pada rentang 100 – 150 d.Pa.s. Pengamatan viskositas pada sediaan krim
ekstrak daun jambu biji dilakukan pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Pengamatan awal dilakukan pada 48 jam setelah pembuatan krim, untuk
menghindari pengaruh suhu dan pengadukan saat pembuatan krim, Sehingga pada saat pengamatan krim diasumsikan telah membentuk sistem yang stabil.
Tabel VIII. Viskositas x̅ ± SD krim ekstrak daun jambu biji selama
penyimpanan
Formula Viskositas d.Pa.s
48 jam 7 hari
14 hari 21 hari
28 hari
F1 133 ± 7,6
121 ± 7,6 108 ± 7,6
88 ± 7,6 53 ± 5,7
FA 103 ± 5,7
95 ± 5,0 93 ± 15,3
81 ± 12,6 73 ± 11,5
FB 130 ± 5,0
116 ± 15,3 98 ± 10,4
83 ± 11,5 66 ± 5,7
FAB 105 ± 8,6
101 ± 7,6 96 ± 5,7
86 ± 5,7 76 ± 5,7
Tabel VIII menunjukkan viskositas sediaan krim pada waktu pengamatan 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Data tabel VIII
menunjukkan bahwa viskositas pada 48 jam setelah pembuatan masuk ke dalam rentang viskositas.
Pergeseran viskositas merupakan parameter untuk menentukan stabilitas fisis krim ekstrak daun jambu biji. Pergeseran viskositas diukur
dengan cara membandingkan viskositas sediaan penyimpanan 1 bulan dengan
viskositas sediaan penyimpanan 48 jam. Kriteria pergeseran viskositas yaitu kurang dari 10 Wiranata, 2011.
Gambar 13. Grafik pergeseran viskositas krim ekstrak daun jambu biji
Gambar 13 menunjukkan terjadinya penurunan grafik, artinya bahwa telah terjadi penurunan viskositas selama rentang waktu penyimpanan.
Lampiran 5.5 menunjukan pergeseran viskositas tidak sesuai dengan kriteria. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sediaan krim
ekstrak daun jambu biji tidak stabil selama penyimpanan 28 hari. Hasil statistik menunjukan bahwa Tween 80 berpengaruh terhadap pergeseran viskositas. Hal
ini mungkin disebabkan Tween 80 kurang stabil pada penyimpanan 28 hari, sehingga kemampuannya sebagai surfaktan menurun. Surfaktan berperan
penting terhadap viskositas dan daya sebar suatu sediaan. Penggunaan surfaktan dapat meningkatkan viskositas dan menurunkan daya sebar. Ketika
20 40
60 80
100 120
140
10 20
30
V iskosi
tas d.P
a.s
Waktu penyimpanan hari
Grafik pergeseran viskositas
F1 FA
FB FAB
kemampuan surfaktan menurun maka akan menurunkan viskositas dan meningkatkan daya sebar.
Hal yang mungkin terjadi yaitu adanya peristiwa creaming yang menyebabkan flokulasi droplet-droplet fase terdispers, sehingga ketahanan
untuk mengalir menurun. Selain itu, sifat alir krim yang pseudoplastik dapat menjadi penyebab viskositas sediaan menurun. Ciri dari sifat alir pseudoplastik
yaitu adanya shearing stress pengadukan akan menyebabkan molekul yang awalnya tersusun tidak beraturan akan mengalami rearrangement membentuk
susunan molekul dengan arah yang lebih rapi, sehingga akan mengurangi tahanan alir.
5. Uji daya sebar
Daya sebar menunjukkan kemampuan sediaan untuk menyebar pada saat diaplikasikan pada permukaan kulit. Daya sebar yang baik untuk suatu
sediaan krim berada pada rentang 5-7 cm. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin besar viskositas suatu sediaan, maka semakin kecil
daya sebar Garg, Aggarwal, and Singla, 2002. Pengamatan daya sebar sediaan krim ekstrak daun jambu biji dilakukan pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21
hari, dan 28 hari. Pengamatan daya sebar dilakukan pada 48 jam setelah pembuatan krim, untuk menghindari pengaruh suhu dan pengadukan saat
pembuatan krim. Sehingga pada saat pengamatan krim diasumsikan telah membentuk sistem yang stabil.
Tabel IX. Daya sebar x̅ ± SD krim ekstrak daun jambu biji selama
penyimpanan
Formula Daya sebar cm
48 jam 7 hari
14 hari 21 hari
28 hari
F1 5,9 ± 0,1
6,9 ± 0,4 7,5 ± 0,3
7,1 ± 0,2 7,5 ± 0,2
FA 6,7 ± 0,2
6,7 ± 0,4 7,0 ± 0,5
7,3 ± 0,2 7,3 ± 0,2
FB 5.9 ± 0,2
6,8 ± 0,1 7,3 ± 0,5
7,3 ± 0,1 7,2 ± 0,2
FAB 6,7 ± 0,1
6,8 ± 0,2 7,1 ± 0,3
7,5 ± 0,1 7,4 ± 0,3
Tabel IX merupakan rata-rata daya sebar dari sediaan krim yang diukur pada waktu pengamatan 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.
Data tabel IX menunjukkan bahwa daya sebar pada 48 jam setelah pembuatan masuk ke dalam rentang daya sebar.
Pergeseran daya sebar merupakan salah satu faktor untuk menentukan stabilitas fisis dari sediaan krim ekstrak daun jambu biji. Pergeseran daya sebar
diukur dengan membandingkan daya sebar sediaan pada penyimpanan 28 hari dengan daya sebar penyimpanan 48 jam. Kriteria pergeseran daya sebar yaitu
kurang dari 10 .
Gambar 14. Grafik pergeseran daya sebar krim ekstrak daun jambu biji
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0
5 10
15 20
25 30
Da y
a s
eba r
cm
Waktu penyimpanan hari
Grafik pergeseran daya sebar
F1 FA
FB FAB
Gambar 14 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan daya sebar krim. Hal tersebut terlihat bahwa grafik yang semakin naik seiring dengan lama
penyimpanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak daun jambu biji tidak stabil selama penyimpanan 28 hari.
Lampiran 5.6 menunjukan pergeseran daya sebar tidak sesuai dengan kriteria Hasil statistik menunjukan bahwa Tween 80 berpengaruh terhadap pergeseran
daya sebar. Hal ini mungkin disebabkan Tween 80 kurang stabil pada penyimpanan 28 hari, sehingga kemampuannya sebagai surfaktan menurun.
Surfaktan berperan penting terhadap daya sebar dan viskositas suatu sediaan. Penggunaan surfaktan dapat meningkatkan viskositas dan menurunkan daya
sebar. Ketika kemampuan surfaktan menurun maka akan menurunkan viskositas dan meningkatkan daya sebar.
Hal yang mungkin terjadi yaitu adanya peristiwa creaming yang menyebabkan flokulasi droplet-droplet fase terdispers, sehingga ketahanan
untuk mengalir menurun dan daya sebar meningkat. Selain itu, sifat alir krim yang pseudoplastik dapat menjadi penyebab viskositas sediaan menurun. Ciri
dari sifat alir pseudoplastik yaitu adanya shearing stress pengadukan akan menyebabkan molekul yang awalnya tersusun tidak beraturan akan mengalami
rearrangement membentuk susunan molekul dengan arah yang lebih rapi,
sehingga akan mengurangi tahanan alir dan meningkatkan daya sebar.
E. Pengaruh Tween 80 dan Propilen Glikol terhadap Sifat Fisis dan
Stabilitas Fisis Krim Ekstrak Daun Jambu Biji 1.
Viskositas
Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Viskositas memiliki peranan penting dalam stabilitas dari suatu sediaan. Data yang
diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program R 3.1.1. Uji statistik yang dilakukan pertama kali yaitu uji Shapiro-Wilk. Uji
Shapiro-Wilk menunjukkan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak.
Tabel X .
Uji Shapiro-Wilk untuk respon viskositas
Formula p-value
F1 0,6369
FA 2,2 e-16
FB 1
FAB 2,2 e-16
Berdasarkan hasil uji statistik, data formula F1 dan FB memiliki nilai p-value
lebih dari 0,05, Sedangkan formula FA dan FAB memiliki nilai p- value
kurang dari dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data untuk respon viskositas tidak normal.
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan p-value kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variasi jumlah Tween 80 dan propilen glikol
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ke-empat formula krim untuk respon viskositas. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Wilcoxon yaitu dengan
membandingkan dua kelompok formula yang memiliki nilai yang sama pada salah satu faktor. Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat pada tabel XI.