27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
Pada penelitian ini serbuk daun jambu biji diperoleh dari Merapi Farma Herbal Yogyakarta. Serbuk yang diperoleh harus dilakukan determinasi tanaman,
hal ini bertujuan untuk mengetahui keaslian tanaman tersebut dan kebenaran dari spesies tanaman yang digunakan. Adapun langkah determinasi yaitu dengan
membandingkan ciri-ciri morfologi tanaman dengan kunci determinasi pada Flora of Java
Backer and Bakhuizen, 1963. Serbuk daun jambu biji yang digunakan pada penelitian ini tidak dilakukan determinasi, karena telah memiliki sertifikat
dari Merapi Farma Herbal mengenai keaslian dan kebenaran spesies tanaman yang digunakan lampiran 1.
Pembuatan ekstrak daun jambu biji dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi, yaitu dengan cara merendam serbuk daun jambu biji dengan
menggunakan pelarut etanol 70. Kandungan aktif yang terdapat di dalam daun jambu biji yang memiliki efek antibakteri yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa
yang bersifat polar dan dalam metode ekstraksinya digunakan pelarut etanol yang bersifat semipolar. Proses penyarian senyawa tanin tidak menggunakan pelarut
polar contohnya air karena mudah ditumbuhi bakteri dan dapat terjadi reaksi enzimatik. Pelarut etanol 70 digunakan karena aman, lebih mudah dalam proses
pemekatan, dan mikroba lebih sulit untuk tumbuh.
Tahap selanjutnya yaitu proses pemekatan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator
. Proses pemekatan bertujuan untuk menguapkan pelarut etanol 70 sehingga didapatkan ekstrak kental daun jambu biji. Suhu vacuum rotary
evaporator yang digunakan yaitu 60
o
C - 70
o
C. Vacuum rotary evaporator dihentikan apabila sudah terbentuk ekstrak kental dan tidak ada pelarut yang
menetes lagi. Ekstrak kental yang didapat kemudian dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 60
o
C - 70
o
C. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa pelarut yang mungkin masih terjebak di dalam ekstrak dan juga untuk memperoleh bobot
tetap ekstrak daun jambu biji. Ekstrak daun jambu biji yang diperoleh dari tiap proses kemudian dihitung rendemennya. Rata-rata rendemen yang diperoleh yaitu
sebesar 17,93 .
i ii
Gambar 7. Hasil uji kualitatif ekstrak daun jambu biji i sebelum diberi reagen FeCl
3
dan ii sesudah diberi reagen FeCl
3
Ekstrak daun jambu biji yang diperoleh kemudian dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan reagen FeCl
3
. Tujuan uji kualitatif ini yaitu untuk melihat apakah ekstrak daun jambu biji mengandung senyawa tanin atau tidak. Ekstrak
yang mengandung senyawa tanin ditunjukkan dengan berubahnya warna ekstrak yang awalnya berwarna coklat menjadi berwarna hitam kebiruan.
Gambar 7 menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna ekstrak daun jambu biji setelah diberi perlakuan FeCl
3
. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki kandungan senyawa tanin.
Uji kualitatif tanin ekstrak daun jambu biji juga dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Adapun metode yang digunakan yaitu kromatografi
lapis tipis KLT. Tujuan dilakukan uji kualitatif tanin di LPPT yaitu untuk memastikan lebih lanjut terkait kandungan senyawa tanin dengan menggunakan
metode yang lebih akurat. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji mengandung senyawa tanin.
Uji kadar air serbuk daun jambu biji juga dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada. Adapun metode yang digunakan yaitu gravimetri. Uji kadar air
dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada serbuk daun jambu biji. Syarat kadar air yang terdapat dalam serbuk yaitu kurang dari 10 . Hasil uji
menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun jambu biji yaitu sebesar 8,42 , sehingga memenuhi persyaratan kadar air sebuk. Laporan mengenai hasil uji
kualitatif tanin dan kadar air serbuk daun jambu biji dapat dilihat pada lampiran 2.
B. Uji Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji