HET-CAM Landasan Teori PENELAAHAN PUSTAKA

Keterangan : Y = respon hasil atau sifat yang diamati XA, XB = level faktor A, level faktor B b ,b 1 ,b 2 ,b 12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan. Konsep perhitungan efek menurut Bolton and Bon 2010 sebagai berikut: Efek faktor A = − 1 +{ − } 2 ........................................................................2 Efek faktor B = − 1 +{ − } 2 ........................................................................3 Efek interaksi = − +{1− } 2 ........................................................................4

E. HET-CAM

Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Membran HET-CAM merupakan salah satu metode alternatif untuk uji iritasi. Metode ini merupakan metode in vitro untuk mengetahui daya antiinflamasi dan iritasi dari bahan-bahan tertentu menggunakan chorioallantoic membrane CAM yang diperoleh melalui telur ayam fertil berumur 9 – 10 hari. Chorioallantoic membrane CAM merupakan jaringan yang terdapat pada telur ayam fertil, di mana pada jaringan tersebut terdapat pembuluh darah seperti arteri dan vena Cazedey, Carvalho, Fiorentino, Gremião, and Salgado, 2009. Tingkat iritasi suatu bahan uji digambarkan dengan Irritation Score IR. Hasil ini diperoleh dari profil perubahan pembuluh darah setelah pemberian perlakuan. Perubahan pembuluh darah yang terlihat pada CAM yaitu timbulnya warna kemerahan pada membran hemoragi dan pecahnya pembuluh darah lisis dinyatakan dalam satuan detik, kemudian dikonversikan menjadi Irritation Score IR Rudianto, 2010. Keuntungan menggunakan metode HET-CAM dari pada metode lain Draize adalah meminimalisir penggunaan hewan uji, tidak perlu menggunakan ethical clearence di mana dalam mengurus ijin terbilang cukup sulit, dan mudah dalam pengerjaannya. Kelemahan pada uji iritasi menggunakan metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membrane HET-CAM yaitu subyektifitas pada penentuan waktu terjadinya pendarahan dan lisis pada chorioallantoic membrane .

F. Landasan Teori

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi dalam bahan dasar sesuai Dirjen POM, 1995. Krim tipe MA dipilih karena dapat meningkatkan kenyamanan saat diaplikasikan ke kulit, memberikan rasa lembab di kulit dan mudah dibersihkan. Surfaktan merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembuatan sediaan krim. Penambahan surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan antar fase. Tween 80 C 64 H 124 O 26 merupakan surfaktan non-ionik yang digunakan sebagai emulsifier pada emulsi tipe minyak dalam air MA Mashkevich, 2007. Humektan merupakan bahan yang memiliki fungsi untuk menjaga kelembaban sediaan dan mencegah penguapan air saat sediaan diaplikasikan ke kulit Aulton, 2002. Propilen glikol digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kosmetik karena tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran mukosa, subkutan, atau injeksi intramuskular dan telah diteliti tidak terjadi reaksi hipersensitivitas pada pemakaian 38 secara topikal Barel et al., 2001. Desain faktorial merupakan metode eksperimental untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sediaan dan dapat menjelaskan interaksi antar faktor. Desain faktorial dua level berarti ada 2 faktor misalnya A dan B yang diuji pada dua level berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial dapat digunakan untuk mendesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon Bolton and Bon, 2010. Penelitian ini menggunakan 2 faktor Tween 80 dan propilen glikol dan 2 level level rendah dan tinggi. Area komposisi optimum dari faktor Tween 80 dan propilen gliko dapat ditentukan dengan grafik superimposed countour plot.

G. Hipotesis