F. PEMBAHASAN
Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dengan menggunakan ketentuan apabila t hitung daripada t tabel maka hipotesis diterima, demikian
pula dengan sebaliknya. Dan dari hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan maka didapatkan t hitung yang lebih besar daripada t tabel, yaitu 3,177 1,671. Maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ini dapat diterima. Yaitu dapat diambil hipotesis bahwa ada perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif antara
remaja putri kost-kost an dan remaja putri asrama. Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
mean empiris antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana didapatkan mean empiris remaja putri kost 128,5 lebih besar daripada mean
empiris remaja putri asrama 114,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putri kost memiliki kecenderungan perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada
remaja putri yang tinggal di asrama. Dan setelah diadakan wawancara pada beberapa subjek, subjek
mengemukakan bahwa melakukan perilaku konsumtif saat ini memang sudah jadi budaya, namun semua kembali ke subjek masing- masing. Kontrol diri disini akan
sangat berperan, sejauh mana diri sendiri dapat membatasi keinginan dari masing- masing subjek. Misalnya saja, akan lebih baik bila diperlukan pemikiran yang
matang sebelum melakukan proses membeli, perlu berfikir lagi apakah memang barang tersebut diperlukan atau hanya sebatas ingin saja. Beberapa subjek
mengemukakan bahwa mereka sendiri kadang tidak menyadari sudah menjadi konsumen yang konsumtif, karena mereka sendiri terkadang tidak menyadari
bahwa mereka sudah mengeluarkan uang untuk barang- barang yang ternyata kurang dibutuhkan, selain itu pada beberapa subjek yang berasal dari kost-kost an
menyatakan bahwa faktor kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya jam malam, sering juga membawa mereka ke budaya konsumtif, misal saja pergi
“nongkrong” di malam hari di tempat- tempat gaul yang sedang berkembang, yang sebenarnya bila dipikir lagi hal- hal tersebut bukanlah merupakan suatu
kebutuhan, tapi hanya berupa bentuk keinginan semata. Dan disinilah peran pengawasan dan kontrol diri sangat diperlukan untuk menghindari budaya
konsumtif mengakar menjadi gaya hidup. Perilaku konsumtif adalah perilaku yang mengacu pada pola hidup pada
masyarakat luas, artinya adalah bahwa perilaku konsumtif lebih menekankan pada perilaku yang muncul akibat pola hidup yang sedang trend dan berkembang di
masyarakat. Menurut Lina dan Rosyid, konsumtif adalah kehidupan mewah yang berlebihan, dan penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang sebesar-sebsarnya. Sejalan dengan pendapat Loudon dan Bitta 1984 yang menyatakan bahwa remaja
merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif, karena remaja suka mencoba hal- hal yang baru.
Remaja yang tinggal di kost- kost an memiliki perilaku konsumtif yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal di asrama karena remaja yang tinggal di
kost-kost an lebih bebas dalam menentukan jadwal kegiatannya sendiri. Sedangkan di asrama, jadwal pribadi dibuat menyesuaikan dengan jadwal
kegiatan yang berlaku di asrama. Selain itu juga karena anak kost-kost an tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selalu mendapatkan pengawasan dari pemiliknya kost dan permasalahannya, Binar kartika, No.12, tahun V, desember 2000 dalam Catur Eko Prasetyo jadi
remaja yang tinggal di kost cenderung lebih bebas dalam menentukan perilakunya. Sedangkan untuk remaja yang tinggal di asrama, perilaku
konsumtifnya cenderung lebih rendah dikarenakan mereka terbiasa dengan peraturan yang berlaku di asrama yang secara langsung akan mengikat mereka,
dan juga mempengaruhi perkembangan perilakunya. Keluhan-keluhan yang diajukan penghuni asrama pada umumnya adalah mereka merasa hidup seperti
dalam tahanan, dan tidak dapat datang dan pergi dengan bebas dan sesuka hati, segala hal serba ketat dan juga kurang bebas dalam menentukan jadwal bagi diri
sendiri. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang
bahwa atribut yang superfisial itu sama penting bahkan lebih penting dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja
menjadi lebih penting untuk ditiru dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.e-
psikologi.com. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha untuk terus memenuhi pola yang berlaku di masyarakat. Sejauh ini memang belum ada yang dapat membuktikan seberapa
besar bahaya dari perilaku konsumtif itu sendiri, namun sepanjang rperilaku konsumtif tidak mengakar dan tidak dijadikan pedoman hidup, maka tidak akan