langsung dalam menetapkan keputusan konsumen Loundon dan Bitta dalam Lina dan Rosyid, 1997.
b. Faktor Internal 1 Motivasi
Menurut Schiffman dan Kanuk 2004 terdapat motif rasional dan motif emosional pada individu dalam proses pembelian suatu
produk. Motif rasional menunjukkan bahwa ketika membeli, seseorang mempertimbangkan dengan matang semua alternatif dan
pada akhirnya memilih alternatif yang paling baik dari segi harga maupun dari segi kualitas. Sedangkan motif emosional lebih
berkaitan dengan perasaan atau emosi subjektif seseorang seperti kebanggaan, status, afeksi, harga diri, persaingan, keinginan bersama
orang lain, dan imitasi. Perilaku konsumtif biasanya lebih didasari oleh motif emosional, seperti pada remaja yang membeli barang
lebih karena alasan agar diterima oleh kelompok sebaya. 2 Proses Belajar
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli Mangkunegara, 1988.
Pengalaman konsumen yang menyenangkan dari pembelian suatu produk akan membuat konsumen ingin membeli lagi produk
tersebut, sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat konsumen tidak membeli lagi produk tersebut.
3 Kepribadian Menurut Ibid dalam Saputro, 2004 kepribadian konsumen akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli produk. 4 Konsep Diri
Konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain
Swastha, 1984. Individu membeli produk yang diharapkan dapat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai konsep diri yang ideal
Saputro, 2004. Remaja membeli produk agar memberi kesan yang sesuai dengan standar kelompoknya.
5 Sikap Sikap menurut Engel, dkk 1994 merupakan keseluruhan
evaluasi atau reaksi perasaan positif dan negatif terhadap suatu produk yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, keadaan
sekarang, dan harapan di masa datang.
B. REMAJA KOST-KOST AN dan ASRAMA
1. Remaja
a. Pengertian
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescene yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan” Ali dan Asrori, 2004. Masa remaja merupakan masa peralihan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari kanak- kanak ke dewasa. Dalam tahap perkembangan ini, remaja tidak memiliki status yang jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan.
“Pada masa ini, remaja bukan lagi sebagai anak tapi juga bukan sebagai orang dewasa” Hurlock 1990. Oleh karena itu, pencarian identitas menjadi
permasalahan penting pada masa ini. Sarwono 1994 menyatakan bahwa dalam ilmu kedokteran dan ilmu-
ilmu lain yang terkait seperti biologi dan ilmu faal remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Masa remaja menurut Mappiare berlangsung antara usia 12 tahun
sampai dengan 21 tahun pada wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun pada pria. Rentang usia ini dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu usia 1213
tahun sampai dengan usia 1718 tahun adalah remaja awal, dan usia 1718 tahun sampai dengan usia 2122 tahun adalah remaja akhir. Sedangkan
menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan 21 tahun seperti sebelumnya
Hurlock, 2002. WHO sendiri dalam Sarwono, 1994 menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dimana WHO membagi kurun usia
tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan, karena keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada masa remaja
akan menentukan keberhasilan tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst Mappiare 1982
adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria wanita, menjalin hubungan baru dengan teman sebaya, baik sesama jenis
maupun yang lain jenis kelamin, remaja juga memperoleh kebebasan secara emosional, juga memperoleh kepastian kaitannya dengan kebebasan
peraturan, remaja juga diharapkan mampu mengembangkan keterampilannya yang kelak akan diperlukan dalam hidup sebagai warga masyarakat, selain itu
remaja juga diharapkan dapat mengembangkan perilaku sosialnya yang bertanggung jawab seperti norma yang berlaku di masyarakat.
2. Kost dan Asrama
a. Pengertian Kost.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989, Kost indekos adalah menumpang tinggal dengan membayar. Aturan yang ada pada
kost- kost-an kurang begitu ketat bila dibandingkan dengan peraturan yang ada di asrama. Kost- kost-an tidak selalu mendapat pengawasan pantauan
dari pemilik kost. Sehingga memungkinkan terjadi hal- hal yang kurang baik. Jam pulang yang tidak terlalu ketat memberikan kebebasan kepada
penghuni kos dalam mengatur jadwal masing-masing. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI