Kost dan Asrama REMAJA KOST-KOST AN dan ASRAMA

berhubungan dengan sekolah atau yayasan yang memiliki tujuan tertentu. Anak yang diterima dalam asrama merupakan kelompok selektif, maksudnya selektif adalah ada beberapa tahapan dalam penerimaan tinggal di asrama, misal tahap administrasi dan tahap tatap muka wawancara dengan pihak orangtua. Suatu asrama memiliki banyak peraturan, dan juga ketentuan- ketentuan yang ketat yang mutlak di taati oleh seluruh penghuninya. Apabila terjadi pelanggaran, maka akan diberikan sanksi dari asrama, Ahmad AK. Muda 2006,. Jadi asrama adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh orang- orang yang mempunyai tujuan yang sama. Dan di dalam asrama terdapat aturan yang mengikat dan mutlak untuk dipenuhi, jika tidak maka akan dikenakan hukuman sanksi. Hukuman bisa dari hal yang kecil sampai yang besar, misal ditegur sampai dengan dikeluarkan oleh pihak asrama. Kehidupan asrama yang penuh dengan aturan, tidak jarang membuat mereka merasa tertekan dan juga kurang menunjukkan ekspresinya secara bebas. Remaja yang tinggal di asrama, pola perilaku yang terbentuk akan sangat dipengaruhi oleh aturan- aturan yang melingkupinya. Fasilitas yang sudah terpenuhi oleh pihak asrama adakalanya membuat penghuni asrama sudah terpenuhi kebutuhannya, misalnya saja seperti makan,atau minum. Namun aturan – aturan yang sangat ketat yang diberlakukan di asrama bisa jadi membuat kreatifitas para penghuni menjadi terbatas, selain itu jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak asrama bisa jadi membatasi kegiatan penghuni asrama, misalnya saja jam pulang ke asrama yang sudah dibatasi oleh pihak asrama, dapat membuat penghuni asrama harus membatasi kegiatannya di luar asrama. Sehingga tidak jarang penghuni asrama kekurangan informasi – informasi yang beredar di luar asrama.

3. Remaja sebagai konsumen

Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Lebih lanjut Salomon 1994, menyatakan bahwa remaja membeli atau menggunakan produk untuk mengekspresikan identitas mereka, menjelajah dunia baru dan juga untuk menikmati kebebasan baru yang diperoleh. Serta menunjukan pemberontakan terhadap orangtua maupun orang dewasa lainnya. Remaja sebagai konsumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki beberapa kebutuhan meliputi kebutuhan untuk eksperimen coba- coba. Penggunaan produk merupakan media untuk mengekspresikan kebutuhan- kebutuhan tersebut Salomon, 1994

4. Perilaku konsumtif remaja

Remaja sebagai konsumen tentu akan memunculkan perilaku yang beragam, ada remaja sebagai konsumen yang teliti, remaja sebagai konsumen yang hemat dan ada juga remaja sebagai konsumen yang konsumtif, dan remaja sebagai konsumen yang cenderung konsumtif akan dapat di mengerti bila melihat bahwa usia remaja adalah usia peralihan dalam mencari identitas diri. Misalnya kebutuhan remaja untuk diakui eksistensi oleh lingkungannya adalah dengan cara berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi berkembang. Ini akan menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup kelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang- orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

C. PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA PUTRI

KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA Kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja, adalah dimana seorang konsumen cenderung membeli dan memiliki serta memanfaatkan sesuatu produk baik barang jasa tidak dengan pikiran yang panjang, dan hanya berdasarkan keinginan. Pada remaja putri yang tinggal di kost, faktor pengawasan yang tidak ketat, serta mendapat kebebasan untuk mengatur jadwal sendiri sesuai dengan keinginan, tidak jarang membuat remaja terjebak dengan keinginan- keinginannya yang semakin hari akan semakin berkembang, misalnya saja kurang ketatnya peraturan jam malam, akan berdampak pada pola kegiatan dari penghuni, misalnya saja ada Café yang baru buka, dan memberikan diskon mulai dari jam 8 malam, bisa jadi ini mempengaruhi remaja untuk memilih ke Café di malam hari tanpa perlu takut mengenai jam malam. Sedikit demi sedikit perilaku konsumtif akan mulai terbentuk, karena rata- rata kost yang ada di Yogyakarta biasanya