Adversity Quotient Siswa Kelas XI

pemahaman diri tentang kemampuannya yang dimiliki dan dapat meningkatkannya, barulah tiba saatnya mengambil suatu keputusan. Remaja mencoba menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan problema- problema, menganalisa kesukaran-kesukaran dan mensitesanya kembali sebagai bahan untuk merumuskan pengalaman-pengalamannya. Soejanto,1990 Berdasarkan teori Ketidakberdayaan Yang Dipelajari dalam Stoltz, 2000, kesuksesan seseorang mungkin terutama ditentukan oleh cara dia menjelaskan atau merespon peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Seligman dalam Stoltz, 2000 menemukan bahwa mereka yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya tetap, internal dan dapat digeneralisasi ke bidang-bidang kehidupan lainnya cenderung menderita di semua bidang kehidupannya, sedangkan mereka yang menanggapi situasi-situasi sulit sebagai sesuatu yang sifatnya eksternal, sementara, dan terbatas cenderung menikmati banyak manfaat, mulai dari kinerja sampai kesehatan. Bermacam kesulitan yang dihadapi lebih baik dipositifkan. Sebab hanya dengan mempositifkan itulah efisiensi akan ditemukan. Mempositifkan kesulitan berarti menjalani kehidupan dengan optimisme. Dengan pandangan optimis seseorang akan lebih sukses. Soejanto,1990 Bila remaja dapat menghadapi persoalan-persoalannya, dia akan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan mampu menghadapi segala sesuatu. Bila tidak, dia akan mengembangkan perasaan gagal dan tidak mampu menghadapi apa-apa, dimana perasaan itu dapat tetap tinggal dalam dirinya untuk selanjutnya. Soesilowindradini, 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kesuksesan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja akan membawa kesuksesan dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Semakin banyak tugas perkembangan yang tidak dilaksanakannya dengan baik, makin tinggi pula intensitas persoalan yang menghadangnya Mappiare, 1982 Remaja dalam hal ini siswa- siswa kelas XI, jika mempunyai Adversity Quotient yang tinggi dan mampu mengatasi kesulitan serta hambatan yang ada, maka akan timbul rasa puas dan percaya diri dalam menghadapi masalah. Akhirnya siswa-siswa tersebut akan mencapai kesuksesan dalam masa perkembangan selanjutnya. Begitu pula sebaliknya, bila siswa-siswa kelas XI mempunyai Adversity Quotient rendah, maka siswa-siswa tersebut tidak mampu mengatasi kesulitan dan hambatan yang ada, maka akan timbul perasaan gagal dan tidak mampu menghadapi masalah, yang akhirnya dapat menimbulkan kegagalan dalam masa perkembangan selanjutnya. Melihat penjelasan diatas mengenai peran Adversity Quotient bagi siswa kelas XI sebagai remaja dan melihat sepintas mengenai SMA Pangudi Luhur Sedayu pada bagian sebelumnya, menimbulkan pertanyaan dalam diri peneliti yaitu bagaimana sebenarnya tingkat Adversity Quotient yang dimiliki oleh siswa- siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipothesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Azwar, 2005 Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat tingkat Adversity Quotient siswa SMA kelas XI, tanpa disertai dengan pengajuan hipothesis mengenai Adversity Quotient. Pada penelitian deskripsi ini dilakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metoda statistika, sehingga uraian kesimpulan dalam penelitian ini didasari oleh angka meskipun diolah tidak secara terlalu dalam. Azwar,2005 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI angkatan 20062007 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu dikarenakan sekolah ini adalah sekolah yang terbuka dan memberi kesempatan bagi semua pihak yang hendak melakukan kegiatan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

C. Variabel Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah Adversity Quotient .

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk membatasi arti variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga tidak terjadi salah pengertian dalam menginterpretasikan data dan hasil penelitian yang akan diperoleh. Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam bertahan dan mengatasi masalah atau kesulitan serta tantangan hidup yang dihadapi. Adversity Quotient diukur dengan menggunakan skala Adversity Quotient yang dibuat oleh peneliti berdasar karakteristik yang dikemukakan Stoltz2000. Adversity Quotient seseorang diukur dalam 4 dimensi CO 2 RE, dimana dimensi-dimensi CO 2 RE ini akan menentukan AQ keseluruhan seseorang. Dimensi CO 2 RE yang dimaksud : a. C = Control Kendali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. O 2 = Origin dan Ownership Asal Usul dan Pengakuan c. R = Reach Jangkauan d. E = Endurance Daya tahan Kemampuan Adversity Quotient dalam penelitian ini dilihat dalam 3 area permasalahan sesuai dengan dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono1991, Soesilawindradini 2006, Hurlock,1997, Mappiare,1982 dan Brouwer,1981. Tiga area permasalahan tersebut antara lain : 1. Masalah yang berhubungan dengan pendidikan yaitu masalah-masalah yang dialami oleh remaja yang berhubungan dengan pendidikan. 2. Masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai yaitu masalah-masalah yang dialami oleh remaja yang berhubungan dengan nilai-nilai yang diyakini atau dianut remaja. 3. Masalah yang berhubungan dengan pergaulan yaitu masalah-masalah yang dialami oleh remaja yang berhubungan dengan pergaulan baik itu pergaulan dengan sesama jenis maupun pergaulan dengan lain jenis. Tinggi rendahnya Adversity Quotient dinilai dari skor total Skala Adversity Quotient. Semakin tinggi skor total subyek dalam skala tersebut, semakin tinggi pula Adversity Quotient subyek.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat Adversity Quotient pada siswa SMA kelas XI. Skala mempunyai karakteristik sebagai alat ukur psikologi, yaitu stimulus berupa pernyataan yang mengungkap indikator perilaku dari atribut yang akan diukur, skala berisikan banyak aitem dan jawaban dalam skala dapat diterima sejauh diberikan secara jujur dan bersungguh-sungguh. Alasan pemilihan skala dalam penelitian ini karena metode skala jika dirancang dengan baik umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Azwar,2002 Skala Adversity Quotient ini disusun oleh peneliti. Pembuatan skala ini berdasarkan 4 dimensi CO 2 RE Adversity Quotient yang dikemukakan oleh Stoltz, yang terdiri atas : a. C = Control Kendali b. O 2 = Origin dan Ownership Asal Usul dan Pengakuan c. R = Reach Jangkauan d. E = Endurance Daya tahan Skala Adversity Quotient untuk uji coba terdiri atas enam puluh empat butir. Dalam blue print skala Adversity Quotient dapat dilihat prosentase masing- masing aspek dan area masalah, dimana area masalah pendidikan memiliki prosentase yang lebih besar dibanding 2 area masalah yang lain. Hal ini dikarenakan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI sehingga