Kategori Jumlah Subyek
Prosentase
Tinggi Sedang
Rendah 56
6 90,32
9,68
Total 62
100
2.3 Aspek Reach Jangkauan Berikut ini hasil penelitian yang diperoleh :
Tabel : 4.13 Deskripsi Data Aspek Reach
N Skor
Mean SD
Min
t
Max
t
Min
e
Max
e
Teoritik Empiris
Teoritik Empiris
62 13
52 24
48 32,5
38,11 3,25
4,18
Dari deskripsi hasil penelitian diatas, maka dapat dibuat norma kategorisasi dengan batasan angka sebagai berikut :
Tabel : 4.14 Norma kategorisasi Aspek Reach dengan batasan angka
Norma Kategori
35 ≤X Tinggi
29 ≤ X 35 Sedang
X 29 Rendah
Skor aspek Reach yang diperoleh subyek kemudian dikategorisasikan berdasar norma kategorisasi yang telah ada. Deskripsi skor aspek Reach yang
diperoleh subyek dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini hasil dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengkategorisasian skor aspek Reach disertai prosentase jumlah subyek dari tiap kategori :
Tabel : 4.15 Kategorisasi aspek Reach
Kategori Jumlah Subyek
Prosentase
Tinggi Sedang
Rendah 52
9 1
83,87 14,52
1,61
Total 62
100
2.4 Aspek Endurance Daya tahan Berikut ini hasil penelitian yang diperoleh :
Tabel : 4.16 Deskripsi Data Aspek Endurance
N Skor
Mean SD
Min
t
Max
t
Min
e
Max
e
Teoritik Empiris
Teoritik Empiris
62 10
40 22
38 25
30,79 2,5
3,06
Dari deskripsi hasil penelitian diatas, maka dapat dibuat norma kategorisasi dengan batasan angka sebagai berikut :
Tabel : 4.17 Norma kategorisasi Aspek Endurance dengan batasan angka
Norma Kategori
27 ≤X Tinggi
23 ≤ X 27 Sedang
X 23 Rendah
Skor aspek Endurance yang diperoleh subyek kemudian dikategorisasikan berdasar norma kategorisasi yang telah ada. Deskripsi skor aspek Endurance
yang diperoleh subyek dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini hasil dari pengkategorisasian skor aspek Endurance disertai prosentase jumlah subyek dari
tiap kategori :
Tabel : 4.18 Kategorisasi Aspek Endurance
Kategori Jumlah Subyek
Prosentase
Tinggi Sedang
Rendah 60
1 1
96,774 1,613
1,613
Total 62
100
F. Pembahasan 1. Adversity Quotient Secara Umum
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mean empiris untuk skor total Adversity Quotient sebesar 136,45 sedang mean teoritis sebesar 112,5. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki skor Adversity Quotient yang tinggi karena mean empiris lebih tinggi dibanding mean
teoritik. Pada pengkategorisasian skor Adversity Quotient secara umum diperoleh
sebanyak 55 subyek 88,71 mempunyai tingkat Adversity Quotient tinggi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebanyak 7 subyek 11,29 mempunyai tingkat Adversity Quotient sedang, dan tidak ada subyek 0 yang mempunyai tingkat Adversity Quotient rendah.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subyek penelitian memiliki Adversity Quotient yang tinggi, artinya sebagian besar subyek
penelitian memiliki kemampuan yang tinggi dalam bertahan dan mengatasi kesulitan serta tantangan hidup yang dihadapi. Tingginya kemampuan Adversity
Quotient yang dimiliki oleh sebagian besar subyek penelitian tersebut dapat dilihat dalam 4 aspek yang membentuk Adversity Quotient seseorang.
Pertama, aspek Control. Subyek penelitian yang mempunyai skor Control tinggi berarti subyek tersebut merasakan kendali yang besar terhadap peristiwa-
peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Semakin besar kendali yang dirasakan maka semakin besar kemungkinannya bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan,
dan tetap teguh dalam pendekatan mencari penyelesaian masalah. Kedua aspek Origin dan Ownership. Subyek penelitian yang mempunyai
skor Origin dan Ownership tinggi berarti subyek penelitian tersebut mempunyai kemampuan untuk menghindari perilaku menyalahkan diri sendiri yang tidak
perlu sambil menempatkan tanggung jawab diri sendiri pada tempatnya yang tepat. Semakin tinggi skor Origin dan Ownership subyek, semakin besar dirinya
mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan apapun penyebabnya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam menghadapi masalah.
Ketiga aspek Reach. Subyek penelitian mempunyai skor Reach yang tinggi menunjukkan bahwa subyek tersebut merespons kesulitan sebagai sesuatu
yang spesifik dan terbatas. Membatasi jangkauan kesulitan memungkinkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpikir jernih dalam mengambil keputusan-keputusan dan tindakan dalam menyelesaikan masalah.
Keempat, aspek Endurance. Subyek penelitian yang mempunyai skor Endurance tinggi berarti subyek tersebut memandang kesulitan dan penyebab-
penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinannya terjadi lagi. Hal ini akan meningkatkan energi, optimisme, dan
kemungkinan subyek untuk bertindak mencari penyelesaian masalah.
Stoltz 2000 mengungkapkan bahwa mereka yang mempunyai Adversity Quotient yang tinggi akan merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya
eksternal, sementara, dan terbatas, serta optimis dalam menjalani hidup. Mereka adalah yang oleh Stoltz disebut sebagai Climbers. Climbers selalu menyambut
tantangan-tantangan yang disodorkan kepadanya. Climbers yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki
semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari hidup. Climbers memahami bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup.
Sebenarnya para remaja memiliki Adversity Quotient atau kemampuan mengatasi kesulitan. Hal ini dikemukakan oleh Gunarsa, S dan Gunarsa 1991,
para remaja memiliki daya juang, daya menegakkan diri dan membentuk masa depannya sendiri. Remaja juga mencoba menggunakan kemampuan berpikirnya
untuk memecahkan problema-problema dan menganalisa kesukaran-kesukaran. Menurut Shaw dan Costanzo dalam Ali dan Asrori, 2005 salah satu
sebab subyek penelitian mempunyai Adversity Quotient yang tinggi adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkembangan kognitif subyek sebagai remaja yang berada dalam taraf berpikir operasional formal, yang memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih
abstrak, menguji hipothesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya, sehingga remaja mampu
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Tingginya Adversity Quotient subyek menurut Hurlock 1997 juga
disebabkan karena remaja dihadapkan pada berbagai tugas perkembangan dan harapan sosial dari masyarakat yang banyak sekali berkaitan dengan masalah
kemandirian. Remaja dituntut mandiri dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam menghadapi dan mengatasi setiap hambatan dan kesulitan yang ada.
Selain itu, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya Adversity Quotient subyek adalah keadaan sekolah subyek, dalam arti reputasi yang baik
pada sekolah subyek penelitian. SMA Pangudi Luhur Sedayu, meskipun terletak di daerah pinggiran kota namun termasuk salah satu sekolah favorit di daerah
kabupaten Bantul Yogyakarta, sehingga yang terdaftar sebagai siswa adalah mereka yang telah lolos seleksi. Kemungkinan besar yang berhasil lolos seleksi
adalah mereka yang memiliki daya juang tinggi dan cukup berpretasi sebelumnya. Dari hasil penelitian juga dapat kita lihat bahwa sebagian kecil subyek
penelitian mempunyai Adversity Quotient sedang, artinya sebagian kecil subyek penelitian tersebut memiliki kemampuan yang sedang dalam bertahan dan
mengatasi kesulitan serta tantangan hidup. Kemampuan Adversity Quotient sedang yang dimiliki oleh sebagian kecil subyek penelitian ini dapat dilihat dalam
4 aspek Adversity Quotient yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI