Visi dan Misi Yayasan Pangudi Luhur

Tuntutan dan harapan sosial terhadap perilaku remaja membuat remaja merasa mengalami kesulitan, sehingga remaja harus mampu memilih dengan bijak hal-hal apa yang baik untuk dilakukannya. Ketangguhan dan daya juang dalam memenuhi tuntutan sosial harus dimiliki remaja kalau dia tidak ingin dikatakan sebagai orang yang menyimpang dan ingin mendapatkan penerimaan di masyarakat. Dengan demikian, ketangguhan dan daya tahan dalam menghadapi kesulitan pada masa remaja menjadi sangat penting serta menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangan dan harapan sosial yang berlaku pada saat itu. Kristiyani,2005 Setiap kesulitan merupakan tantangan, setiap tantangan merupakan suatu peluang, dan setiap peluang harus disambut. Perubahan merupakan bagian dari suatu perjalanan yang harus diterima dengan baik. Pada umumnya ketika dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan mereka benar-benar teruji. Kemampuan seseorang dalam mengatasi setiap kesulitan hidup itulah yang oleh Stoltz disebut dengan Adversity Quotient.Stoltz, 2000 Sebenarnya para remaja memiliki Adversity Quotient atau kemampuan mengatasi kesulitan. Hal ini dikemukakan oleh Gunarsa, S dan Gunarsa 1991, para remaja memiliki daya juang, daya menegakkan diri dan membentuk masa depannya sendiri. Dengan ketekunan dan daya juang untuk mengatasi rintangan- rintangan di luar dirinya, seseorang dapat membentuk dan mengarahkan perjalanan hidupnya. Para remaja atau muda mudi harus meneliti diri sendiri, dimanakah letak kelemahan dan kekuatan kemampuannya. Setelah diperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pemahaman diri tentang kemampuannya yang dimiliki dan dapat meningkatkannya, barulah tiba saatnya mengambil suatu keputusan. Remaja mencoba menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan problema- problema, menganalisa kesukaran-kesukaran dan mensitesanya kembali sebagai bahan untuk merumuskan pengalaman-pengalamannya. Soejanto,1990 Berdasarkan teori Ketidakberdayaan Yang Dipelajari dalam Stoltz, 2000, kesuksesan seseorang mungkin terutama ditentukan oleh cara dia menjelaskan atau merespon peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Seligman dalam Stoltz, 2000 menemukan bahwa mereka yang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya tetap, internal dan dapat digeneralisasi ke bidang-bidang kehidupan lainnya cenderung menderita di semua bidang kehidupannya, sedangkan mereka yang menanggapi situasi-situasi sulit sebagai sesuatu yang sifatnya eksternal, sementara, dan terbatas cenderung menikmati banyak manfaat, mulai dari kinerja sampai kesehatan. Bermacam kesulitan yang dihadapi lebih baik dipositifkan. Sebab hanya dengan mempositifkan itulah efisiensi akan ditemukan. Mempositifkan kesulitan berarti menjalani kehidupan dengan optimisme. Dengan pandangan optimis seseorang akan lebih sukses. Soejanto,1990 Bila remaja dapat menghadapi persoalan-persoalannya, dia akan mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan mampu menghadapi segala sesuatu. Bila tidak, dia akan mengembangkan perasaan gagal dan tidak mampu menghadapi apa-apa, dimana perasaan itu dapat tetap tinggal dalam dirinya untuk selanjutnya. Soesilowindradini, 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI