Pola Konsumsi Deskripsi Teori

konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang- orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan Dumairy, 1996: 114. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang- barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: anggaran saya memadai dan saya memperoleh kepuasan maksimum“. Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya Sukirno, 2003 : 338. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi Marginal Propensity to Consume, MPC . Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung Marginal to Save, MPS. Pada pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut pengeluaran konsumsi otonom outonomous consumtion. Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal marginal propensity to consume jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata avarage prospensity to consume, turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. b. Pola konsumsi Dalam kenyataannya tidak ada keluarga yang perngeluarannya tetap sama. Masing-masing memiliki suatu pola umum. Orang yang berpenghasilan rendah mengeluarkan sebagian besar penghasilannya untuk kebutuhan primer seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan orang yang berpenghasilan tinggi dapat mengeluarkan sebagian besar atau lebih untuk kebuthan lain, seperti pendidikan, kesehatan, rekreasi dan lain-lain. Gejala semacam inilah yang disebut dengan “Hukum Engel”, yaitu makin tinggi penghasilan suatu keluarga, makin besar pula jumlah uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan primer, khususnya makanan. Tetapi terkadang tidak menutup kemungkinan juga bagian yang dikeluarkan untuk kebutuhan primer makin kecil, sedangkan bagian untuk kebutuhan lain-lain semakin besar. Menurut Ensiklopedia Ekonomi dan Manajemen 1992 : 199 pola konsumsi adalah proporsi pengeluaran suatu rumah tangga untuk membeli berbagai jenis mbarang dan jasa untuk tingkat pendapatan dalam janka waktu tertentu. Pola konsumsi juga dapat didefinisikan sebagai tingkat kebuthan seseorang atau rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang dapat dipenuhi oleh penghasilannya Setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu dengan yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga selera akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Jika dilihat dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen irasional. 1 Perilaku Konsumen Rasional Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut: a Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi Konsumen. b Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen. c Mutu barang terjamin. d Harga sesuai dengan kemampuan konsumen. 2 Perilaku Konsumen Irasional Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu : a Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetakmaupun elektronik. b Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen. c Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon. d Prestise atau gengsi c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi Menurut Gilarso 2002: 63 Besarnya pola konsumsi tergantung dari banyak faktor, antaralain : 1 Besarnya pendapatan keluarga yang tersedia setelah dipotong pajak dan potongan –potongan lain 2 Besarnya keluarga dan susunannya jumlah anak, umur 3 Taraf pendidikan dan status sosial dalam masyarakat 4 Lingkungan social ekonomi desa, kota, kotabesar 5 Agama dan adat kebiasaan 6 Musim 7 Kebijakan dalam mengatur keuangan keluarga 8 Pengaruh Psikologi mode –mode terbaru, pandangan masyarakat tentangapa yang menaikkan gengsi Pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan.Seseorang membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat adanya kalangkaan. Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan pola pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga : 1 Penyebab Faktor Ekonomi a Pendapatan Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik. 1 Kekayaan Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya. 2 Tingkat Bunga Bunga bank yang tinggi akan mengurangi pola konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. 3 Perkiraan Masa Depan Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya. 2. Jumlah tabungan a. Penyebab Faktor Demografi 1 Komposisi Penduduk Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi. 2 Jumlah Penduduk Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. b. Penyebab Faktor Lain 1 Kebiasaan Adat Sosial Budaya Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki pola konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memeiliki pengeluaran yang besar. 2 Gaya Hidup Seseorang Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit. Seseorang pasti pernah membeli barang atau makanan. Kegiatan itu disebut Konsumsi karena anda telah mengurangi nilai guna barang tersebut. Anda pun melakukan investasi karena barang tersebut berharga di kemudian hari. Selanjutnya, anda pun akan menyisihkan uang saku anda sebagai tabungan. Menurut Keynes beberapa faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang yaitu: 1 Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya. 2 Tingkat Pendidikan Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar. 3 Tingkat Kebutuhan Kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa. 4 Kebiasaan Masyarakat Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa yang benar- benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup. 5 Harga Barang Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan. 6 Mode Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi. Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan. Tujuan konsumsi antara lain: 1 Pendapatan seseorang tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi. 2 Konsumsi akan menciptakan tingkat permintaan masyarakat. 3 Konsumsi dapat memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang. 4 Konsumsi dapat memenuhi kepuasan seseorang. Menurut Kotler 2000:223, faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi adalah : a. Faktor Budaya Faktor budaya terdiri dari kulture, sub kulture dan kelas sosial. 1 Kulture adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Anak memperoleh serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarganya dari lembaga-lembaga kunci lain. 2 Sub Kulture terdiri dari sub-sub kultur yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisai anggotanya yang lebih spesifik. Sub kulture mencakup kebangsaan, agam, kelompok, ras dan daerah geografis. 3 Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relative homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarkis dan anggota-anggotanya memiliki tata nilai, minat dan perilaku yang mirip. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan merk dalam pemilihan produk seperti pakaian, perabot rumah, kegiatan pada waktu luang dan kendaraan. b. Faktor Sosial Faktor sosial terdiri dari kelompok acuan, keluarga, peran dan status. 1 Kelompok acuan Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung daan tidak langsung terhadap pendirian atau perilaku seseoran. Kelompok acuan menghubungkan seseorang antara pola perilaku konsumsi tertentu dengan gaya hidup baru, yang mempengaruhi pada pemilihan produk dan merk produk tertentu. 2 Keluarga Anngota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat 3 Peran dan status Posisi orang dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam istilah peran dan status. Setiap peran membawa status. c. Faktor pribadi Faktor pribadi terdiri dari usia dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi dan gaya hidup, keribadian dan kensep pribadi. 1 Usia dan siklus hidup Kebutuhan yang ditentukan oleh usia. Dalam hal ini pola konsumsi anak muda dapat berbeda dengan pola konsumsi orang yang mempunyai usia jauh diatasnya. 2 Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsi, misalnya seorang pekerja berkerah biru akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja, kotak makanan dan berekreasi boling. 3 Keadaan ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan pendirian terhadap belanja dan menabung. 4 Gaya hidup Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia yang diungkapkan dalam kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup melukiskan keseluruhan orang termasuk gambaran pola konsumsinya 5 Kepribadian dan konsep diri Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian adalah karakteristik pribadi yang berbeda dari seseorang lain, menyebabkan tanggapan seseorang realtiv konsisten dam tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang digunakan untuk memilih atau menentukan pola konsumsi seseorang terhadap pilihan produk dan merk. Konsep diri adalah citra pribadi atau bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, hal ini mempengaruhi penilaian seseorang terhadap prduk dan merk yang akan dibelinya. d. Faktor Psikologis Faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi, pengetahuan, kepercayaan dan pendirian. 1 Motivasi Suatu motif adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak. Setiap orang mempunyai banyak kebutuhan, pada setiap waktu tertentu. Suatu kebutuhan menjadi motif bila telah tercapai tingkat yang cukup. Suatu motif adalah suatu kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak memuaskan kebutuhannya. 2 Persepsi Ketika seseorang bertindak mememuhi kebu 3 Belajar 4 Kepercayaan dan Sikap Pendirian

2. Jumlah tabungan

a. Pengertian tabungan Tabungan merupakan jenis simpanan yang sangat dikenal oleh masyarakat, karena sejak sekolah dasar anak-anak seduah dikenalkan dengan tabungan, meskipun masih bersifat menabung di sekolah. Dalam perkembangan zaman, masyarakat saat ini justru membutuhkan bank. Sebagai tempat menyimpan uangnya. Usaha perbankan dalam usaha meningkatkan pengerahan sumber dana dari masyarakat salah satunya dengan menghimpun sumber dana tabungan. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Biasanya suatu bank menyelenggarakan suatu produk tabungan lebih dari satu jenis. Tabungan merupakan salah satu dari berbagai macam produk perbankan yang paling banyak diminati masyarakat, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa bahkan kalangan pengusaha, namun masih banyak juga masyarakat yang belum begitu mengerti tentang produk tabungan. Sebelum adanya perbankan, masyarakat pada waktu itu menyimpan uangnya dirumah, seperti dibawah kasur ataupun di dalam celengan. Namun cari ini banyak sekali mengandung resiko, seperti kehilangan atau dicuri dan jumlah uang yang disimpan tidak akan bertambah. Dengan adanya produk tabungan yang dikeluakan oleh perbankan masyarakat sudah mulai gemar untuk menabung, dikarenakan bank memberikan beberapa keuntungan anatara lain yang yang disimpan aman dan uang nasabah akan bertambah dengan adanya bunga bank. Dengan diperkenalkannya tabungan pada masyarakat hal ini akan memupuk kesadaran masyarakat seberapa jauh pentingnya tabungan, karena dengan menabung berarti kita menyimpan uang di bank dengan rasa aman, yang dapat diambil setiap saat apabila kita membutuhkannya juga dengan menabung berarti menyisihkan sebagian dari pendapatan yang tidak dipakai untuk konsumsi. Banyak sekali pendapat tentang definisi tabungan baik dari undang-undang pemerintah maupun dari para ahli ekonomi.Pengertian tabungan menurut Undang-undang no. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang diupersamakan dengan itu, sedangkan tujuan dari tabungan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat guna membiayai pembangunan dan menanamkan kebiasaan menabung dikalangan masyarakat. Menurut Suyatno 2001:71 tabungan adalah “simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat- syarat tertentu”. Tujuan masyakarkat menabung di bank antara lain : 1 Nasabah merasa aman menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan di bank 2 Nasabah dapat menarik tabungannya dengan mudah karena bank memberikan kemudahan dalam hal penarikan, misalnya adanya mesin ATM yang tersebar di mana-mana, adanya ATM bersama yang memudahkan nasabah untuk menarik tabungan di mesin ATM bank lain. 3 Untuk penghematan, supaaya seluruh penghasilannya tidak digunakan untuk berbekanja. Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh masyarakat yang dapat dibuka dengan persyaratan yang sangat mudah. Setoran awal rekening tabungan juga rendah, sehingga terjangkau oleh masyrakat luas. Dalam abad modern,