tidak dimiliki oleh informan. Ketiga informan juga mendapatkan dukungan yang cukup dalam hal ekonomi dan akses layanan kesehatan.
Sumber I Am yang mendukung pembentukan resiliensi yaitu gambaran diri positif yang nampak dari karakteristik yang bervariasi pada
tiap informan. Selain itu, semua informan merupakan pribadi yang berpengharapan serta memiliki sikap berbeda-beda dalam berelasi dengan
orang lain yang mendukung pembentukan resiliensi. Selanjutnya, sumber I Can yang ada pada semua informan, yakni
kemampuan memahami perasaan serta kemampuan mengatasi masalah dengan cara yang bervariasi. Namun semua informan lebih banyak
menunjukkan emotion focused coping.
B. SARAN
1. Bagi Remaja yang Mengalami Perceraian Orangtua.
Perceraian orangtua dapat memberikan dampak negatif pada remaja. Disisi lain, perceraian juga tidak memberikan masalah yang
signifikan pada remaja. Dengan kata lain, remaja masih mampu melakukan sesuatu dengan baik. Oleh karena itu, remaja yang
mengalami perceraian orangtua hendaknya dapat memilih lingkungan yang tepat, yang dapat memberikan dukungan padanya. Remaja juga
diharapkan mengembangkan kualitas-kualitas pribadi yang dapat mendukung dirinya dalam meminimalisir dampak perceraian orangtua.
Selain itu, remaja yang mengalami perceraian orangtua hendaknya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengembangkan kemampuan sosioemosi serta mengembangkan kemampuan dalam mengatasi permasalahan yang dialami.
2. Bagi Orangtua.
Berdasarkan hasil penelitian, remaja yang mendapatkan informasi terkait perceraian, merasakan adanya kerjasama orangtua dalam
mengasuh setelah bercerai serta merasakan adanya kehadiran dan keterlibatan orangtua, minimal salah satu orangtuanya tidak
menunjukkan adanya masalah yang signifikan. Oleh karena itu, orangtua sebagai care givers yang paling utama diharapkan mampu
menyampaikan pemahaman tentang perceraian dengan baik pada anak. Orangtua juga hendaknya tetap menjaga relasi yang baik dengan
mantan suami-istri dalam mengasuh anak serta memastikan bahwa anak tetap merasakan adanya kehadiran dan keterlibatan orangtuanya.
3. Bagi Keluarga Besar.
Adanya kehadiran dan keterlibatan keluarga besar seperti nenek dapat menggantikan figur orangtua yang tidak didapatkan oleh remaja.
Oleh karena itu, keluarga besar diharapkan dapat berkontribusi dalam hidup remaja, misalnya dengan memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada remaja, sehingga hal tersebut dapat menggantikan kasih sayang dari figur orangtua.
4. Bagi Teman Sebaya.
Teman sebaya menjadi salah satu sumber dukungan bagi remaja yang mengalami perceraian orangtua. Terlebih masa remaja
merupakan masa dimana anak lebih dekat dengan teman sebaya. Remaja yang mengalami perceraian orangtua berisiko mengalami
dampak negatif dari perceraian, seperti simtom internalisasi maupun perilaku eksternalisasi. Oleh karena itu, teman sebaya diharapkan
mampu membawa remaja dalam pergaulan yang baik serta dapat memahami kondisi yang alami oleh remaja terkait perceraian
orangtuanya.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Penelitian mengenai resiliensi berhubungan dengan keberagaman ekspresi remaja serta cara yang remaja gunakan dalam menghadapi
situasi perceraian. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat lebih spesifik jika menggunakan usia informan. Hal ini berarti,
penelitian selanjutnya dapat mengelompokkan antara remaja awal, sedang maupun akhir. Penelitian selanjutnya juga dapat melihat proses
resiliensi dengan membedakan antara informan laki-laki maupun perempuan, sehingga dapat pula melihat persamaan dan perbedaan
pola diantara pengelompokkan tersebut. Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dari
penelitian sebelumnya. Dalam arti, sumber-sumber pembentukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resiliensi yang ada pada remaja ternyata tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Namun bentuk-bentuk dari perilaku yang
menunjukkan adanya sumber atau bentuk bagian dari tiap sumber dapat terlihat serta sangat bervariasi dari sebelumnya. Peneliti
selanjutnya perlu mempertimbangkan hal tersebut apabila ingin meneliti mengenai resiliensi.
Selain itu, penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya bias saat wawancara dengan informan
maupun saat melakukan analisis data penelitian. Pada penelitian ini, terjadi sedikit bias pada saat peneliti melakukan wawancara dengan
informan. Hal ini terjadi setelah peneliti mendengar pengalaman perceraian yang dialami informan. Peneliti berusaha untuk tidak
memasukkan subjektivitas peneliti terkait pengalaman perceraian orangtua.