D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai penyebab perceraian orangtua yang dialami setiap informan sangat bervariasi. Selanjutnya,
ketiga informan merupakan remaja yang resilien, meskipun ada dampak dari perceraian orangtua yang dirasakan oleh semua informan berkaitan
dengan figur ayah yang muncul dalam berbagai bentuk. Selain itu, adanya dampak yang berkaitan dengan figur ibu, berbagai perilaku eksternalisasi,
dan dampak pada hubungan informan dengan orang lain serta berdampak pada ekonomi dan pendidikan informan. Proses resiliensi remaja yang
mengalami perceraian orangtua terjadi karena adanya interaksi dari ketiga sumber pembentukan resiliensi, yaitu I Have, I Am, dan I Can. Bagian dari
setiap sumber yang ada pada informan tidak jauh berbeda satu sama lain. Walaupun terdapat berbagai macam bagian yang dapat dikelompokkan ke
dalam suatu sumber. Penelitian ini di dominasi oleh perkembangan kognitif dan
psikososial karena peneliti lebih banyak membahas mengenai kemampuan remaja dalam memikirkan kemungkinan untuk memecahkan permasalahan
dari situasi yang ia alami serta berkaitan dengan relasi remaja dengan lingkungannya.
1. Dampak Perceraian Orangtua Bagi Informan.
Dampak perceraian yang paling banyak dialami oleh semua informan yaitu berkurang atau bahkan tidak adanya kehadiran dan
keterlibatan orangtua, terutama figur ayah sebagai nonresident parents atau orangtua yang tidak tinggal bersama anak setelah perceraian.
Kehadiran dan keterlibatan ayah yang sedikit menyebabkan informan pertama kehilangan figur ayah serta ingin mendapatkan figur ayah baik
dari ayahnya sendiri maupun dari sosok laki-laki lain. Hal ini didukung karena tidak adanya kerjasama orangtua dalam mengasuh informan
setelah bercerai. Informan pertama juga senang mempermainkan perasaan laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kelly dan Emery
2003 bahwa ada manfaat yang berpotensial dari waktu dan pengasuhan yang tepat dari nonresident parents. Selain itu, kunjungan
yang sering antara orangtua dan anak berhubungan dengan penyesuaian anak yang lebih baik Amato Rezac, 1994;
Hetherington Kelly, 2002; Johnston, 1995, dalam Kelly Emery, 2003. Perasaan kehilangan juga dirasakan oleh remaja yang tinggal
hanya dengan salah satu orangtua tanpa adanya kerjasama dalam mengasuh. Remaja menunjukkan pula keinginan untuk menghabiskan
waktu yang lebih dengan ayah Fabricius Hall, 2000; Healy, Malley, Stewart, 1990; Hetherington, 1999; Hetherington et al., 1982;
Laumann-Billings Emery, 2000; Wallerstein Kelly, 1980, dalam Kelly Emery 2003.
Sedangkan pada informan kedua, kurangnya kehadiran dan keterlibatan ayah lebih terasa, seperti tidak merasakan kasih sayang
ayah serta merasa berbeda dengan teman-temannya. Hal ini sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan pernyataan Kelly dan Emery 2003 bahwa kurangnya kerjasama orangtua setelah bercerai, tidak hanya menjadikan remaja
merindukan ayahnya, namun ada keraguan yang melekat bahwa ayahnya mencintai mereka. Selanjutnya, keterlibatan nonresident
parents setelah perceraian dalam hidup remaja menjadi indikator yang penting untuk beberapa remaja bahwa mereka merasa dihargai dan
dicintai. Selain itu, figur ayah kurang memenuhi kebutuhan informan secara materi. Pada informan ketiga juga kurang terlihat kehadiran dan
keterlibatan ayah, misalnya dalam memenuhi kebutuhan materi. Pernyataan Duncan dan Hoffman 1985, dalam Kelly Emery, 2003
mendukung hasil penelitian ini dimana perceraian menurunkan standar hidup orangtua yang tinggal bersama anak dan kurang lebih orangtua
yang tidak bersama anak .
Padahal dukungan finansial dari ayah berhubungan dengan sedikitnya masalah perilaku Furstenberg,
Morgan Allison, 1987, dalam Steinberg, 2002. Lebih lanjut, informan ketiga menunjukkan tidak adanya kehadiran dan keterlibatan
ibu di masa remajanya. Perceraian orangtua juga menimbulkan perasaan kesepian pada informan ketiga karena tidak ada sosok
orangtua saat dibutuhkan. Menurut Kelly dan Emery 2003, perceraian dapat memunculkan kesedihan, kehilangan, kekhawatiran
dan penyesalan. Perceraian orangtua menimbulkan perilaku eksternalisasi, seperti
membangkang, kabur dari rumah, berbohong, merokok dan mabuk- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mabukan. Perilaku eksternalisasi hanya terjadi pada informan pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rodgers dan Rose 2002 bahwa
perceraian memberikan efek pada perilaku eksternalisasi, seperti agresi pada orang lain, mengonsumsi alkohol atau obat-obatan dan perilaku
kenakalan remaja. Selanjutnya, dampak perceraian orangtua pada pendidikan
dirasakan oleh informan ketiga, dimana ia merasa kurang adanya pendampingan dari orangtua. Dalam Rodgers dan Rose 2002
menyatakan bahwa remaja yang mengalami perceraian orangtua, performasi pendidikannya lebih buruk daripada remaja yang tidak
mengalami perceraian orangtua dan cenderung kurang di pantau oleh orangtuanya.
Selain itu, perceraian orangtua menyebabkan keadaan ekonomi menurun. Dampak ini dirasakan oleh informan ketiga, dimana setelah
bercerai, ayah informan tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhannya serta ibu informan tidak bekerja. Pada Rodgers dan
Rose 2002, remaja yang hanya tinggal bersama ibu berhubungan dengan stres ekonomi. Kelly dan Emery 2003 juga menyatakan
bahwa perceraian menurunkan standar hidup orangtua yang mengasuh maupun orangtua yang tidak tinggal bersama anak.
2. Sumber I Have Bagi Informan.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh informan memiliki sumber resiliensi I Have. Akan tetapi, tiap informan memiliki bagian I Have
yang berbeda-beda. Bagian I Have yang dimiliki oleh semua informan antara lain informan memiliki sumber dukungan yang berasal dari
figur orangtua yaitu ibu, keluarga besar ibu seperti nenek, teman maupun pasangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanson et al.
1998, dalam Greeff Merwe, 2004 bahwa figur orangtua, keluarga, teman dan pasangan termasuk dalam sumber komunitas pembentukan
resiliensi pada remaja. Namun tidak semua informan mendapatkan dukungan dari semua figur-figur tersebut. Dukungan dari figur yang
satu menggantikan figur lainnya yang tidak dimiliki oleh informan. Misalnya pada informan kedua, keluarga besar ibu menggantikan kasih
sayang seorang ayah. Pernyataan Desmita 2005 mendukung hal tersebut bahwa untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup
hanya memiliki satu sumber saja, namun harus ditopang oleh sumber- sumber lainnya.
Grotberg 1995 juga menambahkan bahwa cinta dan dukungan dari orang lain terkadang dapat menggantikan kekurangan
cinta tak bersyarat dari orangtua atau care givers. Sumber I Have lainnya yang terdapat pada semua informan yaitu
sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan yang tercukupi. Hal ini didukung karena custodial parents informan pertama yaitu ibu
memiliki suatu yayasan. Ibu dari informan kedua juga bekerja sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI