REMAJA PERCERAIAN KAJIAN PUSTAKA
bercerai rentan mengalami dampak dari perceraian. Terlebih perceraian orangtua menimbulkan dampak yang bermacam-macam dan kompleks
pada remaja. Remaja akan rentan memiliki simptom internalisasi dan
menunjukkan perilaku eksternalisasi. Akan tetapi, sebagian remaja korban perceraian tidak memiliki masalah yang signifikan. Hal ini
tergantung pada daya tahan remaja terhadap perceraian yang terkait dengan proses, kapasitas, atau hasil dari kesuksesan penyesuaian yang
dikenal dengan istilah resiliensi. Remaja yang memiliki sumber-sumber resiliensi dalam diri
maupun lingkungan serta sumber-sumber tersebut saling menopang dan berinteraksi satu sama lain dapat menyebabkan remaja mampu resilien.
Apabila remaja mampu resilien, mereka dapat mengatasi risiko dan kesulitan tanpa memperoleh dampak negatif yang jelas dari perceraian.
Adapun sumber pembentukan resiliensi pada remaja antara lain I Have Aku punya, I Am Aku ini, I Can Aku dapat. Namun, bila remaja
hanya memiliki satu sumber, tidak saling menopang dan berinteraksi, maka remaja tidak akan resilien. Remaja tersebut tidak mampu
menghadapi, mencegah, meminimalkan bahkan menghilangkan dampak- dampak perceraian orangtua. Dengan demikian, melalui penelitian ini,
peneliti ingin memberikan gambaran resiliensi remaja yang orangtuanya bercerai.
Gambar 2.1. Skema Resiliensi Remaja Yang Orangtuanya Bercerai.
s Perceraian Orangtua
Sumber-sumber resiliensi
Dampak perceraian pada remaja
Simptom internalisasi
Perilaku eksternalisasi
I have I am
I can
Resilien Remaja