2. Sumber I Have Bagi Informan.
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh informan memiliki sumber resiliensi I Have. Akan tetapi, tiap informan memiliki bagian I Have
yang berbeda-beda. Bagian I Have yang dimiliki oleh semua informan antara lain informan memiliki sumber dukungan yang berasal dari
figur orangtua yaitu ibu, keluarga besar ibu seperti nenek, teman maupun pasangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanson et al.
1998, dalam Greeff Merwe, 2004 bahwa figur orangtua, keluarga, teman dan pasangan termasuk dalam sumber komunitas pembentukan
resiliensi pada remaja. Namun tidak semua informan mendapatkan dukungan dari semua figur-figur tersebut. Dukungan dari figur yang
satu menggantikan figur lainnya yang tidak dimiliki oleh informan. Misalnya pada informan kedua, keluarga besar ibu menggantikan kasih
sayang seorang ayah. Pernyataan Desmita 2005 mendukung hal tersebut bahwa untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup
hanya memiliki satu sumber saja, namun harus ditopang oleh sumber- sumber lainnya.
Grotberg 1995 juga menambahkan bahwa cinta dan dukungan dari orang lain terkadang dapat menggantikan kekurangan
cinta tak bersyarat dari orangtua atau care givers. Sumber I Have lainnya yang terdapat pada semua informan yaitu
sumber ekonomi dan akses layanan kesehatan yang tercukupi. Hal ini didukung karena custodial parents informan pertama yaitu ibu
memiliki suatu yayasan. Ibu dari informan kedua juga bekerja sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karyawan. Sedangkan pada informan ketiga, meskipun ibunya merupakan ibu rumah tangga, tetapi informan mendapatkan finansial
dari ayah. Hanson et al. 1998, dalam Greeff Merwe, 2004 juga menyatakan bahwa ekonomi dan akses layanan kesehatan termasuk
sumber ekonomi yang dapat berfungsi membentuk resiliensi pada diri remaja. Terlebih Greeff dan Merwe 2004 menyatakan bahwa
finansial dan jaminan kerja memainkan peranan yang penting sebagai faktor yang mendukung, khususnya jika orangtua tunggalnya adalah
perempuan. Selain itu, sumber I Have yang juga dimiliki semua informan ialah
dorongan untuk mandiri. Pada dasarnya, seluruh informan merupakan pribadi yang sudah mandiri. Dorongan mandiri dalam diri tiap
informan muncul dalam berbagai macam bentuk, seperti tidak bergantung dengan orangtua dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Hal ini didukung oleh pernyataan Grotberg 1994, dalam Desmita, 2005 bahwa dorongan untuk mandiri pada remaja memberikan
sumbangan bagi pembentukan resiliensi. Sedangkan sumber I Have lainnya yang muncul, namun tidak ada
pada setiap informan antara lain adanya kedekatan dengan custodial parents yaitu ibu, peran ibu yang dapat mendidik maupun mencari
nafkah pada informan kedua, peraturan yang ibu berikan serta ada kehadiran dan keterlibatan nenek pada informan pertama dan kedua.
Menurut Gordon Rouse et al. 2000, dalam Greeff Merwe, 2004 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyatakan bahwa dukungan emosional diantara anggota keluarga, partisipasi keluarga dalam tugas rumah tangga dan hobi, batasan dan
aturan yang jelas, hubungan yang sering dengan anggota keluarga besar serta teman sebagai faktor yang berkontribusi untuk resilien di
dalam sebuah keluarga. Baumgardner dan Crothers 2009 juga menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya
menjadi salah satu faktor protektif dalam keluarga. Grotberg 1995 menyatakan pula bahwa orangtua yang memberikan peraturan untuk
remaja maupun kebiasaan sehari-hari termasuk tugas secara jelas menjadi dukungan bagi remaja untuk resilien. Lebih lanjut, terdapat
kerjasama diantara orangtua setelah perceraian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wenar dan Kerig 2000 bahwa adanya kerjasama diantara
mantan suami istri berkenaan pengasuhan dan membesarkan anak dapat menahan anak
terkena efek negatif dari perceraian. Berdasarkan hasil penelitian pula, salah satu informan memiliki
role model. Menurut Grotberg 1994, dalam Desmita, 2005 bahwa adanya model peran termasuk dalam salah satu sumber pembentukan
resiliensi. Lingkungan yang mendukung yang dimiliki oleh informan pertama serta adanya sumber komunitas, dalam arti mengikuti suatu
komunitas tertentu yang dimiliki informan pertama dan ketiga juga mendukung pembentukan resiliensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Baumgardner dan Crothers 2009 bahwa terlibat dalam organisasi sekolah atau komunitas serta hidup dalam lingkungan yang terlibat dan
peduli menangani masalah serta mempromosikan semangat komunitas merupakan bagian dari faktor-faktor dalam komunitas yang
mendukung resiliensi pada remaja.
3. Sumber I Am Bagi Informan.
Kualitas pribadi yang ada pada seluruh informan yaitu memiliki gambaran diri positif yang mendukung pembentukan resiliensi. Akan
tetapi, gambaran diri yang positif informan sangat bervariasi. Gambaran diri positif informan pertama seperti suka bergaul dan tidak
pilih-pilih teman, humoris, mandiri, “cuek” serta tidak berpikir berat akan suatu hal. Informan kedua memiliki gambaran diri positif bahwa
ia berprestasi dan mudah merasa iba. Sedangkan informan ketiga merupakan pribadi yang tangguh. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Baumgardner dan Crothers 2009 bahwa remaja yang memandang dirinya secara positif memiliki salah satu faktor protektif yang dapat
mendukung pembentukan resiliensi. Selanjutnya, pribadi informan pertama yang humoris dan tidak berpikir berat suatu hal yaitu
cenderung easy going juga mendukung resiliensi. Menurut Smith dan Carlson 1997 bahwa suka bergaul dan humor memiliki nilai protektif
untuk remaja. Informan kedua yang memandang dirinya berprestasi menunjukkan adanya rasa bangga dengan dirinya sendiri serta mudah
merasa iba, dimana hal ini menunjukkan bahwa informan merupakan pribadi yang mencintai, empati dan peduli pada orang lain. Menurut
Grotberg 1994, dalam Desmita, 2005 bahwa hal-hal tersebut menjadi bagian dari kualitas pribadi yang mempengaruhi sumber I Am.
Grotberg 1995 menyatakan pula bahwa remaja yang resilien perhatian terhadap hal yang terjadi pada orang lain dan
mengekspresikan perhatiannya melalui tindakan maupun kata-kata. Remaja resilien juga bangga terhadap apa yang dapat ia lakukan dan ia
capai. Kekuatan pribadi lainnya yang ada pada setiap informan yaitu
memiliki harapan serta keinginan yang kuat. Keinginan dan harapan tiap informan sangat bervariasi, seperti informan pertama yang ingin
membantah stereotip buruk orang lain terhadap anak korban perceraian, ingin cepat menikah dan memiliki anak. Sedangkan
informan kedua lebih mengharapkan hubungan orangtuanya tetap baik serta informan ketiga yang berharap tidak meniru perilaku ayahnya.
Hal ini didukung oleh pernyataan Grotberg 1994, dalam Desmita, 2005 bahwa harapan-harapan ini berkaitan dengan perasaan, sikap dan
keyakinan pribadi yang menjadi kekuatan pribadi pada masing-masing informan.
Selain itu, sikap informan dalam berelasi dengan orang lain juga mendukung pembentukan resiliensi, seperti memperlakukan orang lain
sebagai teman dan mau membantu orang lain. Hal tersebut menunjukkan sikap mencintai serta adanya kepedulian pada orang lain
sebagai kekuatan pribadi informan Grotberg, 1994, dalam Desmita, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI