Proses Pembuatan tempe TINJAUAN PUSTAKA

kedelai selama fermentasi terhidrolisa oleh enzim proteolitik kapang Rhizopus oligosporus menjadi asam-asam amino bebas walaupun jumlah total protein tidak banyak mengalami perubahan. Dengan adanya aktifitas proteolitik, maka protein kedelai yang bersifat tidak larut akan diubah menjadi protein yang bersifat larut dalam tempe dan mengalami kenaikan sebesar setengah dari jumlah total protein Van Buren 1972 dalam Kasmidjo,1990. 3. Perubahan Lemak Kadar lemak kedelai akan mengalami penurunan akibat terjadinya fermentasi tempe. Dengan adanya aktifitas enzim lipase oleh Rhizopus oligosporus, maka sebanyak 20 atau lebih dari sepertiga lemak kedelai akan terhidrolisis. Selama fermentasi tempe juga terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas, yaitu asam-asam lemak palmitat, sterarat, oleat, linoleat, dan linolenat Kasmidjo, 1990. 4. Vitamin Menurut Sapuan dan Soetrisno 1996, proses fermentasi mengakibatkan peningkatan kadar vitamin B. Keuth dan Bisping 1993 dalam Sapuan dan Soetrisno 1996 menyatakan bahwa vitamin B 2 dan vitamin B 6 diproduksi oleh Rhizopus oligosporus, sedangkan asam nikotinat diproduksi oleh Rhizopus oryzae. Vitamin B 12 adalah vitamin yang kenaikannya paling menonjol pada fermentasi tempe, sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin B 12 yang potensial dari bahan nabati Sapuan dan Soetrisno, 1996. 5. Senyawa anti gizi Selama fermentasi terjadi penurunan senyawa anti gizi. Kandungan asam fitat dalam kedelai selama fermentasi mengalami degradasi oleh enzim fitase yang dihasilkan oleh kapang Rhizopus sp. menjadi glukosa yang langsung dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia, sehingga efek flatulen dapat dikurangi atau dihilangkan Sapuan dan Soetrisno, 1996.

F. Proses Pembuatan tempe

Tempe adalah makanan terkenal Indonesia yang dibuat dari kedelai melalui tiga tahap, yaitu 1 hidrasi dan pengasaman biji kedelai dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. direndam beberapa lama untuk daerah tropis kira-kira semalam; 2 pemanasan biji kedelai, yaitu dengan perebusan atau pengukusan; dan 3 fermentasi oleh jamur tempe yang banyak digunakan ialah Rhizopus oligosporus Kasmidjo, 1990. Pada akhir fermentasi, kedelai akan terikat kompak. Proses pembuatan tempe akan menghilangkan flavour asli kedelai, mensintesis vitamin B12, meningkatkan kualitas protein dan ketersediaan zat besi dari bahan Agosin, 1989. Proses pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang dipakai kedelai, mikroorganisme kapang tempe, dan keadaan lingkungan tumbuh suhu, pH, dan kelembaban. Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah biji kedelai yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6.8, kelembaban nisbi 70-80. Selain menggunakan kapang murni, laru juga dapat digunakan sebagai starter dalam pembuatan tempe Ferlina, 2009. Ciri tempe yang “berhasil” adalah ada lapisan putih di sekitar kedelai dan pada saat di potong, tempe tidak hancur. Perlu diperhatikan agar tempe berhasil alat yang dipergunakan untuk membuat tempe sebaiknya dijaga kebersihannya. Menjaga kebersihan pada saat membuat tempe ini sangat diperlukan karena fermentasi tempe hanya terjadi pada lingkungan yang higienis. Menurut Hidayat 2008, gangguan pada pembuatan tempe diantaranya adalah tempe tetap basah, jamur tumbuh kurang baik, tempe berbau busuk, ada bercak hitam dipermukaan tempe, dan jamur hanya tumbuh baik di salah satu tempat. Tahap-tahap pembuatan tempe menurut Maulana 2007, dapat dilihat pada Gambar 2.1. 1. Pembersihan Pembersihan perlu dilakukan guna memisahkan kotoran dan kedelai yang cacat. Kegiatan ini turut menentukan kualitas tempe yang dihasilkan. 2. Perendaman Perendaman bertujuan agar kedelai menyerap air dan mengembang atau mekar sehingga memiliki kondisi segar seperti sesudah dipanen. Perendaman dilakukan dalam bak, ditambah dengan air sebanyak tiga kali Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. volume kedelai. 3. Pengupasan kulit Setelah direndam semalaman, kedelai segera diangkat dari air perendaman dan dikupas dengan mesin pengupas kedelai. 4. Pencucian Kedelai yang telah dikupas dimasukkan kedalam bak yang ditambah air bersih, kemudian dicuci sambil memisahkan kulit ari nya dengan cara di remas-remas agar kulit ari terlepas dan mengapung, sementara keping- keping biji kedelai turun ke dasar bak. 5. Perebusan Perebusan bertujuan untuk membunuh mikroba yang semula berperan dalam penurunan derajat keasaman kedelai. Kedelai dimasukkan kedalam bejana ditambah air hingga terendam sempurna, dan dipanaskan hingga mendidih matang selama 5 menit. 6. Pendinginan Proses pendinginan digunakan agar suhu kedelai tetap stabil, dimana ragi tempe akan tidak berfungsi jika suhu kedelai terlalu tinggi. Pendinginan dilakukan dengan cara menghamparkan diatas meja, agar cepat dingin dapat dilakukan dengan menggunakan kipas angin. 7. Pencampuran Pencampuran kedelai dilakukan dengan cara menuangkan kedelai rebus yang telah dingin di atas meja, ragi ditaburkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk agar tercampur secara merata. 8. Pembungkusan Pembungkusan dapat dilakukan dengan menggunakan daun pembungkusan, yaitu daun pisang dan kantong plastik. Permukannya dilubangi kecil-kecil dengan mengunakan lidi atau pisau agar aerasi dapat terjadi. Pengisian dilakukan sebanyak 40-60 dari kapasitas pembungkus. 9. Fermentasi atau Pemeraman Setelah dibungkus, bakal tempe disimpan selama 30 jam ditempat yang aman ruang khusus untuk fermentasi. Pengaturan suhu ruang fermentasi harus ideal agar fermentasi dapat berjalan dengan sempurna, yaitu pada suhu 30°C . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kedelai Tempe Gambar 2.1. Proses Pembuatan Tempe Maulana, 2007

G. LaruRagi Tempe

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN LAMTORO (Leucaena leucocephala) SEBAGAI BAHAN DASAR TEMPE DENGAN PENAMBAHAN BAHAN ISI JAGUNG Pemanfaatan Lamtoro (Leucaena leucocephala) Sebagai Bahan Dasar Tempe Dengan Penambahan Bahan Isi Jagung Manis (Zea mays) DAN Bekatul Pada Konsentras

1 2 15

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

0 1 74

PEMBUATAN TAUCO LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

3 4 77

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

0 10 74

PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI ENZIM LIMBAH KULIT NENAS DAN LAMA INKUBASI.

0 1 52

PENGARUH PENAMBAHAN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

1 1 11

PEMBUATAN TEMPE PROPORSI BIJI KEDELAI:LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN PENAMBAHAN ANGKAK

0 1 15

PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI ENZIM LIMBAH KULIT NENAS DAN LAMA INKUBASI

0 0 15

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI SKRIPSI

0 0 14

PEMBUATAN TAUCO LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI

0 0 17