Tempe Perubahan Biokimiawi tempe

merupakan prekursor langsung Stocking dan Williams, 2003. Kapang Monascus purpureus merupakan bahan-bahan alam yang terbukti efektif untuk mereduksi kadar kolesterol dalam darah. Kapang ini menghasilkan senyawa monakolin yang efeknya sama dengan lovastatin yaitu menghambat HMG-CoA reduktase di samping mengandung asam lemak tak jenuh. Produk Monascus ini telah lama digunakan sebagai makanan sehat dan makanan tambahan untuk penderita hiperkolesterolemia yang penggunaannya telah di setujui oleh Food Drug Administration FDA sejak 1998 Dhanutirto, 2004. Di Indonesia, beberapa peneliti mencoba melakukan penelitian tentang angkak. Peneliti ini melakukan penelitian dalam usaha mencari pewarna alami untuk menggantikan pewarna sintetis makanan. Hasil uji toksisitas menunjukkan pigmen angkak cukup aman digunakan dalam makanan, mengurangi penggunaan nitrit dalam memperbaiki warna merah daging olahan seperti sosis dan ham daging sapi, serta menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan perusak berspora seperti Bacillus cereus dan Bacillus stearothermophilus. Penelitian fermentasi beras menjadi pewarna alami dilakukan Fardiaz 1996, hasil pengujiannya menunjukkan pigmen angkak cukup aman digunakan pada pangan. Khasiat angkak dapat menurunkan jumlah lemak dalam darah, menurunkan kandungan trigliserida, kolesterol, very low density lipoprotein VLDL, dan low density lipoprotein cholesterol LDL-C. Mevinolin dan lovastatin adalah dua komponen bioaktif yang diketahui terdapat di dalam angkak sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah Ardiyansyah, 2007.

D. Tempe

Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa Kasmidjo,1990. Tempe terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi oleh jamur Rhizopus. Kapang dari jenis Rhizopus merupakan organisme yang terpenting dalam fermentasi tempe. Sejumlah species yang sering ditemukan dalam tempe ialah Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus stolonifer, Rhizopus orrhizus. Diantara species tersebut Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus memegang peran utama dalam fermentasi tempe Winarno, 1974. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Proses fermentasi dapat mengurangi beberapa senyawa anti nutrisi. Asam fitat turun lebih dari 50 pada proses pembuatan tempe kedelai maupun tempe non kedelai Sutardi et al., 1993 dan Damardjati et al., 1996. Hal ini terjadi karena aktivitas fitase meningkat selama proses fermentasi. Fitase adalah enzim yang menghidrolisa fitat menjadi inositol dan asam fosfat, dan oleh karenanya sifat metal-chelating menjadi hilang. Komposisi kimia tempe dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Komposisi Kimia Tempe Kedelai Komposisi Jumlah Air gr Kalori kkal Protein gr Lemak gr Karbohidrat gr Vitamin A IU Vitamin B 12 64,0 149,0 18,3 4,0 12,7 50,0 29,0 Sumber : Susanto 1994. Tempe yang baik dan bermutu tinggi seharusnya memiliki flavour, aroma, dan tekstur yang khusus dan sangat karakteristik, harus padat dengan jalinan miselia yang rapat dan kompak, berbau seperti jamur mushroom yang segar, warna utama harus putih bagai kapas Winarno, 1993.

E. Perubahan Biokimiawi tempe

1. Perubahan Karbohidrat Menurut Shallenberger, Hand dan Steinkraus 1967 dalam Kasmidjo 1990, perlakuan perendaman dan perebusan kedelai dapat menyebabkan penurunan kandungan karbohidrat terutama stakhiosa dan rafinosa. Selain itu, kadar monosakarida juga meningkat selama proses perendaman Kim, Smit dan Nakayma 1973 dalam Kasmidjo, 1990. Peningkatan kadar monosakarida tersebut dapat dimanfaatkan oleh Rhizopus oligosporus sebagai sumber karbon Sorenson dan Hesseltine 1966 dalam Kasmidjo, 1990. 2. Perubahan Protein Menurut Steinkraus 1965 dalam Sapuan dan Soetrisno 1996, protein Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kedelai selama fermentasi terhidrolisa oleh enzim proteolitik kapang Rhizopus oligosporus menjadi asam-asam amino bebas walaupun jumlah total protein tidak banyak mengalami perubahan. Dengan adanya aktifitas proteolitik, maka protein kedelai yang bersifat tidak larut akan diubah menjadi protein yang bersifat larut dalam tempe dan mengalami kenaikan sebesar setengah dari jumlah total protein Van Buren 1972 dalam Kasmidjo,1990. 3. Perubahan Lemak Kadar lemak kedelai akan mengalami penurunan akibat terjadinya fermentasi tempe. Dengan adanya aktifitas enzim lipase oleh Rhizopus oligosporus, maka sebanyak 20 atau lebih dari sepertiga lemak kedelai akan terhidrolisis. Selama fermentasi tempe juga terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas, yaitu asam-asam lemak palmitat, sterarat, oleat, linoleat, dan linolenat Kasmidjo, 1990. 4. Vitamin Menurut Sapuan dan Soetrisno 1996, proses fermentasi mengakibatkan peningkatan kadar vitamin B. Keuth dan Bisping 1993 dalam Sapuan dan Soetrisno 1996 menyatakan bahwa vitamin B 2 dan vitamin B 6 diproduksi oleh Rhizopus oligosporus, sedangkan asam nikotinat diproduksi oleh Rhizopus oryzae. Vitamin B 12 adalah vitamin yang kenaikannya paling menonjol pada fermentasi tempe, sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin B 12 yang potensial dari bahan nabati Sapuan dan Soetrisno, 1996. 5. Senyawa anti gizi Selama fermentasi terjadi penurunan senyawa anti gizi. Kandungan asam fitat dalam kedelai selama fermentasi mengalami degradasi oleh enzim fitase yang dihasilkan oleh kapang Rhizopus sp. menjadi glukosa yang langsung dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia, sehingga efek flatulen dapat dikurangi atau dihilangkan Sapuan dan Soetrisno, 1996.

F. Proses Pembuatan tempe

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN LAMTORO (Leucaena leucocephala) SEBAGAI BAHAN DASAR TEMPE DENGAN PENAMBAHAN BAHAN ISI JAGUNG Pemanfaatan Lamtoro (Leucaena leucocephala) Sebagai Bahan Dasar Tempe Dengan Penambahan Bahan Isi Jagung Manis (Zea mays) DAN Bekatul Pada Konsentras

1 2 15

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

0 1 74

PEMBUATAN TAUCO LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

3 4 77

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI.

0 10 74

PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI ENZIM LIMBAH KULIT NENAS DAN LAMA INKUBASI.

0 1 52

PENGARUH PENAMBAHAN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

1 1 11

PEMBUATAN TEMPE PROPORSI BIJI KEDELAI:LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN PENAMBAHAN ANGKAK

0 1 15

PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN BIJI LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI ENZIM LIMBAH KULIT NENAS DAN LAMA INKUBASI

0 0 15

KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECAP LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI SKRIPSI

0 0 14

PEMBUATAN TAUCO LAMTORO GUNG (Leucaena leucocephala) ANGKAK DENGAN KAJIAN PROPORSI KEDELAI LAMTORO GUNG DAN LAMA FERMENTASI

0 0 17