Anatomi dan fisiologi testis Histologis testis

E. Testis

1. Anatomi dan fisiologi testis

Sistem reproduksi pada tikus jantan terdiri atas sepasang testis yang terdapat dalam skrotum, sepasangan kelenjar asesori dan organ kopulasi Akbar, 2010 seperti yang terihat pada Gambar 2. Testis adalah dua kelenjar seks primer yang dimiliki laki-laki. Menurut Heffner and Schust 2006 testis memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan produksi androgen. Testis normalnya terdapat dalam skrotum, yang berfungsi membungkus dan melindungi testis serta mempertahankan suhu testis sekitar 1,5-2°C di bawah suhu abdomen McPhee and Ganong, 2002. Pada setiap hewan jantan memiliki sepasang testis yang berbentuk seperti telur atau peluru seperti yang terlihat pada Gambar 3. Testis berada dalam skrotum yang terdiri atas kulit dan tunica dartos dan sebagian funiculus spermaticus. Skrotum bereaksi terhadap rangsangan seksual secara vasokonstriksi dan kontraksi serabut otot-otot polos dari tunica dartos, sehingga struktur dari skrotum mengencang dan menebal. Testis berada menggantung di daerah prepubis dan digantung oleh funiculus spermaticus Junqueira, Cameiro and Kelley, 2007. Testis terbungkus oleh tunica vaginalis propria yang akan membungkus ductus epididymis dan ductus deferens. Di bagian profundal tunica ini terdapat tunica albuginea yaitu suatu jaringan ikat padat berwarna putih yang terdiri atas serabut fibreus dan serabut-serabut otot Junqueira et al. , 2007.

2. Histologis testis

a. Tubulus seminiferus Tubulus seminiferus merupakan saluran yang berliku-liku yang terdapat pada lobus testis Akbar, 2010. Setiap tubulus seminiferus dilengkapi oleh epitel berlapis majemuk. Tubulus ini membentuk jalinan, tempat masing-masing tubulus Gambar 2. Anatomi Organ Reproduksi Tikus Jantan Suckow, Weisbroth and Franklin, 2006 Gambar 3. Makroskopis Organ Testis Tikus Suckow et al., 2006 berakhir buntu atau bercabang. Pada ujung setiap lobulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke ruas yang pendek yang dikenal dengan tubulus rektus lurus yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluran-saluran berlapis epitel yang berkesinambungan, yaitu rete testis Junqueira et al., 2007. Epitel tubulus terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel Sertoli atau sel penyokong dan sel-sel yang merupakan garis turunan spermatogenik. Sel-sel ini membelah beberapa kali dan akhirnya berdeferensiasi menghasilkan spermatozoa. Fenomena dari awal sampai akhir disebut spermatogenesis yang dapat dibagi menjadi tiga fase, fase yang pertama adalah fase spermatositogenesis. Pada fase ini spermatogonium membelah, menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit. Fase selanjutnya adalah meiosis, selama fase ini spermatosit mengalami dua kali pembelahan secara berurutan, dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel menghasilkan spermatid. Fase akhir adalah spermiogenesis, pada fase ini spermatid mengalami proses sitodiferensiasi rumit menghasilkan spermatozoa Junqueira et al., 2007. Tubulus seminiferus ditunjukkan pada Gambar 4. b. Sel Sertoli Sel Sertoli adalah sel piramid memanjang yang sebagian memeluk sel- sel dan garis keturunan spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis sedangkan ujung meluas ke dalam lumen tubulus seminiferus. Kajian dengan mikroskop elektron mengungkapkan bahwa sel-sel ini mengandung banyak retikulum endoplasma halus, sedikit retikulum endoplasma kasar, sebuah kompleks golgi dan banyak mitokondria serta lisosom. Inti yang menunjang yang berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan dan sebuah anak inti yang mencolok dan memiliki sedikit heterokromatin Junqueira et al., 2007. Menurut Akbar 2010, sel Sertoli akan menghasilkan Androgen Binding Protein ABP atas stimulus hormon FSH. ABP yang dihasilkan sel Sertoli berfungsi untuk membawa testosteron menuju lumen untuk membantu proses spermiogenesis yaitu proses transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa. Menurut Junqueira et al., 2007, sel Sertoli sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1. Menunjang, melindungi dan mengatur nutrisi spermatozoa yang berkembang 2. Fagositosis kelebihan sitoplasma 3. Mensekresikan ke dalam tubulus seminiferus suatu cairan yang mengalir kesaluran kelamin dan dipakai untuk transport sperma. c. Jaringan interstisial Celah antara tubulus seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh darah dan limfe. Jaringan ikat terdiri dari berbagai jenis sel, termasuk fibroblas, sel jaringan ikat prakembang, sel mast dan makrofag Junqueira et al., 2007. Kelompok sel interstisial endokrin sel Leydig yang terletak diantara tubulus seminiferus yang berbelit-belit, memproduksi testosteron Eurell, 2004. Pada Gambar 4 ditunjukkan jaringan interstisial.

3. Efek toksik senyawa pada testis

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill). Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

11 95 60

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP TIKUS Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 10

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis pankreas tikus Sprague Dawley.

0 6 99

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea Americana Mill. pada tikus galur Sprague dawley terhadap kadar blood urea nitrogen dan kreatinin.

0 2 131