Histologis uterus Efek toksik senyawa pada uterus

d. Fase diestrus Diestrus adalah periode terakhir dan terlama sebab berlangsung selama 48 jam. Pada fase ini endometrium akan lebih menebal dan kelenjar endometrim akan beratropi. Apabila terjadi implantasi progesteron akan merangsang pertumbuhan plasenta. Plasenta kemudian akan membentuk gonadotropin untuk mempertahankan korpus luteum sehingga mampu memproduksi progesteron dan estrogen. Apabila tidak terjadi implantasi maka tidak akan terbentuk plasenta dan terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang akan menyebabkan peluruhan atau pengelupasan endometrium.

2. Histologis uterus

Uterus yang bikornuata, terdiri dari tanduk kanan dan kiri kornu, batang corpus dan leher serviks. Dinding uterus pada kornu dan corpus memiliki tiga lapisan, yaitu: endometrium dalam mukosa, miometrium tengah muskularis dan perimetrium luar serosa Aughey and Frye, 2001 seperti yang terlihat pada Gambar 8. Gambar 7. Makroskopis Organ Uterus Tikus A= Ovarium kanan; B= Ginjal kiri; C= Uterus kanan Suckow et al., 2006 a. Endometrium Mukosa dalam atau endometrium, terdiri dari permukaan epitel kolumnar suatu lamina propria tebal yang mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar endometrium OECD, 2015. Endometrium beserta cairannya mempunyai peranan utama dalam proses reproduksi yakni untuk transport sperma dan tempat deposisi semen ke tempat fetilisasi di oviduk dengan bantuan kontraksi miometrium dan berperan pula dalam proses kapasitasi spermatozoa, selain itu juga sebagai inisiasi implantasi dengan menyediakan nutrisi bagi embrio serta merupakan tempat terjadinya kebuntingan Rastogi, 2001. Endometrium ditunjukkan dalam Gambar 9. Gambar 8. Mikroskopis Organ Uterus Tikus OECD, 2015 b. Miometrium Miometrium merupakan lapisan kedua pada uterus. Miometrium muskularis terdiri dari lapisan otot polos yang mengandung pembuluh darah dan limpa Akbar, 2010. Vasculare stratum adalah lapisan jaringan ikat yang membawa pembuluh darah besar pada uterus yang membagi otot melingkar menjadi dua lapisan. Aughey and Frye, 2001. c. Perimetrium Perimetrium adalah lapisan terluar yang dilapisi jaringan ikat atau jaringan serosa yang membungkus uterus Aughey and Frye, 2001.

3. Efek toksik senyawa pada uterus

Menurut Greaves 2012 efek toksik yang dapat muncul pada uterus adalah sebagai berikut: Gambar 9. Mikroskopis Endometrium Tikus Sumber: OECD, 2015 a. Perubahan miometrium dan berat uterus Pada dasarnya berat dan ukuran endometrium akan meningkat selama terjadinya siklus estrus. Pada hewan pengerat, beberapa perubahan siklus dapat disebabkan karena pelebaran uterus dan akumulasi cairan uterus yang menyebabkan miometrium juga menebal. Perubahan yang signifikan terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan hipertrofi otot polos. Pada pemberian xenobiotika juga dapat menyebabkan peningkatan ketebalan miometrium dan pelebaran uterus. Sebagai contoh pelebaran uterus terjadi pada tikus setelah pengobatan dengan progestin dan esterogen. Selain itu, pemberian tamoxifen sebagai modulator reseptor esterogen selektif pada tikus dengan dosis tinggi dilaporkan dapat menyebabkan peningkatan berat uterus. b. Metaplasia skuamosa Metaplasia adalah sel yang sedang mengalami diferensiasi digantikan dengan jenis sel yang lain yang juga mengalami diferensiasi dengan kata lain perubahan bentuk sel dewasa satu menjadi bentuk sel dewasa lain. Metaplasia skuamosa epitel kolumnar endometrium adalah perubahan dari sel epitel kolumnar menjadi skuamosa. Metaplasia skuamosa merupakan salah satu dari banyak perubahan pada hewan pengerat yang disebabkan karena pemberian senyawa esterogenik. Hal ini terjadi pada tikus yang diobati dengan esterogen selama kehamilan, periode neonatal atau postnatal atau setelah pengobatan esterogen berkepanjangan pada hewan dewasa. Dosis tinggi estrogen reseptor selektif modulator tamoxifen dilaporkan dapat menyebabkan metaplasia skuamosa pada uterus tikus dan anjing. Secara histopatologis, penampakannya bervariasi namun kedua permukaan epithelium dan kelenjar mungkin akan terpengaruh. Keratinisasi dapat berkembang dengan perpanjangan pada mukosa skuamosa dari serviks ke dalam oviduk. Perkembangannya dapat melalui metaplasia langsung dan juga pyometria dari endometrium pada tikus betina. c. Hiperplasia endometrium Hiperplasia endometrium adalah gangguan endometrium dimana terjadi penambahan jumlah sel penyusun sehingga organ menjadi lebih besar. Hiperplasia dikaitkan dengan yang berhubungan dengan kadar hormon seks yang sering ada kelebihan estrogen relatif. Pemberian estrogen eksogen atau xenobiotik lainnya dengan efek estrogenik juga menginduksi hiperplasia endometrium di hewan laboratorium dan pada wanita. Namun, ada cukup banyak variasi dalam penampilan histologiss yang dilaporkan, perubahan disebabkan karena induksi estrogen pada hewan laboratorium. d. Endometrial polyps Polip endometrium adalah proyeksi sesil atau bertangkai yang memiliki ukuran hipertrofi, hiperplastik atau neoplastik kelenjar endometrium dan stroma yang berbeda-beda. Hal ini cukup sering ditemukan dalam rongga uterus tikus laboratorium dan dapat mewakili daerah hiperplasia lokal karena tidak semua bagian dari endometrium sama-sama responsif terhadap rangsangan hormonal. Prevalensinya sangat tinggi pada tikus wistar yang diturunkan saat mereka bertambah usia di atas dua tahun. Polip adenomatosa dilaporkan terdapat pada tikus Sprague Dawley yang diobati dengan agen progestogenik norethindrone asetat selama dua tahun. Polip terdiri dari proyeksi epitel yang sangat proliferatif polups adenomatosa yang dianggap sebagai pertumbuhan neoplastik, penting untuk berhati-hati terhadap derajat hiperplasia, atypia seluler dan aktivitas miotic mengingat kesulitan dalam memisahkan tajam berbagai bentuk polip endometrium seiring terjadinya penuaan pada tikus.

G. Keterangan Empiris

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill). Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

11 95 60

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP TIKUS Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 10

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis pankreas tikus Sprague Dawley.

0 6 99

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea Americana Mill. pada tikus galur Sprague dawley terhadap kadar blood urea nitrogen dan kreatinin.

0 2 131