mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi. Definisi ini menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam
toksikologi adalah antaraksi zat kimia atau senyawa dengan sistem biologi atau makhluk hidup, yang pusat perhatiannya terletak pada aksi berbahaya zat kimia
tersebut.
2. Asas toksikologi
Peristiwa timbulnya efek toksis racun atas makhluk hidup terjadi dalam beberapa proses, diawali dengan terjadinya pemejanan racun atas makhluk hidup.
Setelah mengalami absorpsi dari tempat pemejanannya, racun atau metabolit didistribusikan ketempat aksi sel sasaran atau reseptor tertentu yang ada didalam
makhluk hidup. Ditempat aksinya ini terjadi antaraksi antara racun dan metabolitnya dengan komponen penyusun sel sasaran atau reseptor, yang
menyebabkan terjadinya serangkaian peristiwa biokimia dan biofisika yang menimbulkan efek toksik dengan wujud dan sifat tertentu Donatus, 2001.
Berdasarkan atas alur peristiwa timbulnya efek toksik, maka ada empat asas utama yang perlu dipahami dalam mempelajari toksikologi. Empat asas
tersebut meliputi kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup, mekanisme aksi, wujud dan sifat efek toksik. Masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup Suatu racun dapat menimbulkan keracunan karena peristiwa pemejanan
tunggal atau berulang racun itu atas makhluk hidup, melalui jalur pemejanan tertentu. Selain itu, kekerapan dan lama pemejanan, saat pemejanan, serta
besarnya takaran racun, juga merupakan faktor penentu keracunan. Semua faktor tersebut akan mempengaruhi racun ditempat aksinya, sehingga yang dimaksud
dengan kondisi pemejanan ialah semua faktor yang menentukan keberadaan racun ditempat aksi tertentu didalam tubuh, yang berkaitan dengan pemejanannya pada
makhluk hidup. Kondisi makhluk hidup meliputi keadaan fisiologi berat badan, umur, jenis kelamin dan kehamilan, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung,
kecepatan aliran darah, status gizi, genetika dan irama sirkadian serta diural dan keadaan patologis penyakit saluran cerna, kardiovaskular, liver dan ginjal
Donatus, 2001. b. Mekanisme aksi
Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga, yakni mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antaraksi
antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan resiko penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian
mekanisme aksi toksik digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel diawali oleh racun pada
tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui mekanisme reaksi kimia. Tubuh akan
memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi apabila mekanisme pertahanan tubuh tidak lagi mampu
memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan biokimia, fungsional atau struktural Donatus, 2001.
c. Wujud efek toksik Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik. Wujud
efek toksik suatu racun dapat berupa perubahan biokimia, fungsional dan struktural. Berbagai perubahan ini memiliki ciri yang khas, yakni terbalikkan atau
tak terbalikkan. Jenis wujud perubahan biokimia tidak menunjukkan bukti secara langsung terhadap patologi organ, apabila mekanisme homeostasis normal
makhluk hidup masih dapat bekerja maka perubahan biokimia bersifat timbal balik Donatus, 2001.
d. Sifat efek toksik Sifat efek toksik meliputi reversibilitas terbalikkan dan irreversibilitas
tak terbalikkan. Terbalikkan jika efek toksik yang terjadi dapat kembali seperti keadaan normal atau seperti sebelum terjadi efek toksik. Keterbalikan ini
tergantung dari sejumlah faktor, termasuk tingkat paparan waktu dan jumlah racun dan kemampuan jaringan yang terkena untuk memperbaiki diri atau
beregenerasi. Sifat tak terbalikkan adalah jika efek toksik yang terjadi menetap atau tidak dapat kembali seperti keaadaan normal Williams, James and Roberts,
2000.
3. Jenis uji toksikologi