Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia

133 Keanekaragaman Hayati 3. Apakah yang dimaksud dengan keanekaragaman di tingkat ekosistem? 4. Mengapa pada tingkat taksonomi yang lebih tinggi keanekaragaman jenis dapat diamati dengan mudah? 5. Mengapa dapat terjadi keanekaragaman ekosistem? Tu g a s 1. Kumpulkanlah artikel-artikel yang menunjukkan adanya keanekaragaman genetik dan bermanfaat sebagai sumber daya alam yang perlu dilestarikan 2. Carilah informasi mengenai peranan dan manfaat tumbuhan dan hewan yang dahulu merupakan spesies-spesies liar, tetapi sekarang dibudidayakan 3. Kumpulkanlah gambar-gambar bioma yang menyusun biosfer, kemudian analisislah komponen biotik dan abiotik yang terdapat di dalamnya

C. Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di Afrika yang sama-sama beriklim tropis, apalagi jika dibandingkan dengan negara yang beriklim sedang dan dingin. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan atau keanekaragaman hayati kita karena banyak hewan dan tumbuhan yang ada di negara kita, tetapi tidak ada di negara-negara lain. Di Indonesia dikenal ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu sistem hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sebagai benda nyata, ekosistem dapat diterapkan pada berbagai derajat organisasi makhluk dan lingkungan mulai dari jamur, kolam kecil, padang rumput, hutan, sampai planet bumi secara keseluruhan. Demikian pula iklim regional yang berhubungan timbal balik dengan substrat dan biota regional membentuk unit-unit komunitas yang luas dan mudah dikenal yang disebut bioma. Bioma dapat diartikan sebagai sebuah ekosistem yang merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri dari vegetasi dan hewan. Di Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu a hutan hujan, b hutan musim, c savana, dan d padang rumput. Lihat Tabel 7.1

1. Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia

Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10 dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40 dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia. Kekayaan hayati ini harus kita jaga dan kita pelihara dengan baik. Dari semua suku tumbuhan yang ada, suku anggrek Orchidaceae adalah suku yang terbesar dan ditaksir terdapat sekitar 3.000 jenis. Banyak di antara jenis-jenis tumbuhan tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi, antara lain, meranti-merantian Dipterocarpaceaen, kacang- kacangan leguminosae, dan jambu-jambuan Myrtaceaen. Gambar 7.5 Suku anggrek Orchidaceae Sumber: Majalah Trubus, edisi Januari 1997 Di unduh dari : Bukupaket.com Biologi Kelas X 134 Bioma Bioma Bioma Bioma Bioma Subbioma Subbioma Subbioma Subbioma Subbioma Tipe Ekosistem Tipe Ekosistem Tipe Ekosistem Tipe Ekosistem Tipe Ekosistem N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a Iklim Iklim Iklim Iklim Iklim N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a N a m a Ketinggian Ketinggian Ketinggian Ketinggian Ketinggian Suhu Rata- Suhu Rata- Suhu Rata- Suhu Rata- Suhu Rata- Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Takson KhasUmum Takson KhasUmum Takson KhasUmum Takson KhasUmum Takson KhasUmum d.p.l m d.p.l m d.p.l m d.p.l m d.p.l m rata rata rata rata rata o oo o o C C C C C Dominan Dominan Dominan Dominan Dominan 1 11 11 2 22 22 3 33 33 4 44 44 5 55 55 6 66 66 7 77 77 8 88 88 Hutan Selalu basah 1. Hutan Hutan 1000 26 – 21 Podsolik merah, Anacardiaceae, Anonaceae , Hujan sampai kering Hujan non- Diptero kuning, dan latosol Burseraceae, Euphorbiaceae , tengah tahun, Tanah carpaceae Guttiferae, Lauraceae , curah hujan Kering Legu-minosae , per tahun Mofaeceae ficus , 1.300-7.100 mm Muristicaceae , Palmae , Sapindaceae , Stercullaceae , dsb. Hutan 1000 26 – 21 Podsolik merah, Dipterocarpaceae Diptero- kuning, dan latosol Dipterocarpus , carpaceae Drybalanops , Hopea , Campuran Shorea , dan Vatica Hutan 2500 26 – 13 Podsolik merah, Agathis spp. Agathis kuning, latosol, Campuran podsol Hutan 5 ± 26 Regosol Barringtonia asiatica , Pantai Callophyllum inophyllum , Casuarina equisetifolia , Hernandia peltata , Terminalia catappa , Guettarda speciosa , Pandanus tectorius , dsb. Hutan 1000 – 2000 21 – 11 Andosol, regosol, dan Casuarina funghniana Casuarina litosol Hutan 700 – 1000 23 – 18 Andosol dan regosol, Pinus litosol Pinys , Merkusil Hutan 1000 – 3000 21 – 11 Regosol dan litosol Nothofogus spp . Nothofogus Hutan 1200 – 2400 18 – 23 Andosol dan regosol Rhododendron , Vaccinium , Ericaceae Leptospermum , Myrsine , dsb. Hutan 1500 – 3000 18 – 11 Regosol dan litosol Araucama cunninghamii Araucaria Di unduh dari : Bukupaket.com 135 Keanekaragaman Hayati 1 11 11 2 22 22 3 33 33 4 44 44 5 55 55 6 66 66 7 77 77 8 88 88 Hutan 2400 – 4000 13 – 6 Litosol, regosol Podocarpus papuanus , Konifer Libocedrus, Dacrydium , Phullo-cladus , dsb. Semak 4000 – 4500 6 Litosol Rhododendron , Vaccinium , Ericaceae Styphelia , Coprosma , Ana-phalis , dsb. 2. Hutan Hutan Rawa 100 ± 26 Organosol, Barringtonia spicata , Hujan Air Tawar alluvial Campnosperma , Coccoreas , Tanah Alstonia , Glutarenghas , Rawa Lophopetalum , Mangifera gedebe , Pentaspadon metleui , Metroxylon , Pandanus . Hutan 1000 26 – 23 Podsol Dactylocladus , Iristania Berangas obovata, Shorea balangeran, Dacrudium clatum , Cratoxylum glucum, Combretocarpus rotundatus Calophyllum, dsb. Hutan 1000 ± 26 Organosol, Melaleuca leucadendra Memlaleuca alluvial sekunder Hutan Payau 5 ± 26 Alluvial Rhizophora, Bruguiera, Mangrove Avicennia, Sonneratia, dsb. Hutan Sangat kering 3. Hutan Hutan Musim 800 22 Mediteran Protium javanicum, Musim tengah tahun, Musim Gugur Daun merah kuning, Tectona grandis, curah hujan rensina, regosol, Salmalia malabarica, per tahun litosol Pterocarpus, garuga 700-2900 mm floribunda, Eucalyptus, Acacialcucophioca, dsb. Hutan Musim 1200 20 Mediteran Schleicera oleosa, Selalu Hijau merah kuning, Schoutenia ovata , rensina, regosol, Tamarindus indica, litosol Albizia chinensis, dsb. Di unduh dari : Bukupaket.com Biologi Kelas X 136 1 11 11 2 22 22 3 33 33 4 44 44 5 55 55 6 66 66 7 77 77 8 88 88 Savana Selalu basah Sabana Sabana 900 22 Mediteran Borassus , Corypha , Acacia , sampai kering merah kuning, Eucalyptus , Casuarina , tengah tahun, Rensina, regosol, Themeda , Heteropogon , curah hujan dan litosol dsb. per tahun 700–7100 mm Sabana 1500 – 18 – 13 Andosol, Casuarina Themeda , Casuarina 2400 Regosol, Litosol Pennistum , dsb Padang Selalu basah Padang Padang 1000 26 – 21 Podsolik merah Imperate , cyndrica , Rumput sampai sangat rumput rumput dan kuning, latosol, dan saccharum , spontaneum , kering tengah iklim tanah rendah litosol themeda , vilosa , dsb. tahun, curah basah hujan pertengah- an tahun 700– 7.100 mm V Rawa rumput 100 ± 26 Organosol Panicum stagineum , dan tanah Phraginites karka , Scirpus , rendah Aluvial Cyperus , Cladium , Fimbristylis , Rhynchospora , Limnocharis , Eguisetum , Monochoria , Iachaemum , Eichhornia crassipes , dsb. Padang 1500 – 2400 18 – 23 Andosol, regosol, Festuca , Agrostis , rumput dan litosol Thermeda , Cymbopogon , pegunungan Ischemum , Imperata cylindrical , dsb. Padang 1500 – 2400 18 – 23 Regosol dan litosol Phragmites , Karka , rumput Panicum , Machaerina , berawa Scirpus , Carex , dsb. gunung Padang 4000 – 4500 6 Litosol Deschampsia , Festuca , rumput alpin batas Monostachya , Aulacolepis , salju Danthonia , Oreobolus , Scirpus , Potentilia , Ranyneulus , Scirpus , Potentilla , Ranyneulus , Epilobium , Sphagnum , dsb. Komunitas 4500 6 Litosol Lumut-lumut kerak, rumput dan agrastis, dsb. lumut kerak Padang Padang 900 22 Mediteran merah Themedia , Heteropogon , rumput rumput iklim kuning, regosol, dsb. iklim kering kering litosol, dan rensina Di unduh dari : Bukupaket.com 137 Keanekaragaman Hayati Dari sekian banyak jenis tumbuhan tersebut, sebagian besar terdapat di kawasan hutan tropika basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan 63 bumi Indonesia. Hutan ini merupakan struktur yang kompleks yang menciptakan lingkungan yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dalam hutan tropika basah. Penyebaran geografi tumbuhan di Kepulauan Indonesia secara keseluruhan ditentukan oleh faktor geologi, yaitu adanya Paparan Sunda di bagian barat dan Paparan Sahul di bagian timur yang berbeda sehingga dapat ditarik garis pemisah di antaranya. Dalam tiap-tiap paparan, keadaan flora mempunyai banyak persamaan, misalnya, persamaan flora antara Kalimantan dan Sumatra dapat mencapai 90. Selanjutnya, variasi flora dalam tiap-tiap paparan ditentukan oleh faktor lingkungan setempat dalam hal ini tercerminkan oleh berbagai tipe vegetasi yang terdapat di paparan tersebut. Selain berbagai macam jenis tumbuhan, Indonesia juga kaya dengan hasil hutan, terutama kayu. Diperkirakan terdapat 4.000 jenis dan 267 jenis di antaranya merupakan kayu niaga yang tergolong dalam 120 macam nama perdagangan. Beberapa di antaranya dapat tumbuh di hutan primer, seperti Pterocymcium spp, Dyera spp, Alstonia spp, Shorea leptosula, S leptoclados, S stenoptera, S parvifolia, Duabanga moluccana, Tetrameles nudiflora, Octometes sumatrana, Agathis spp, dan Araucaria spp. Hutan primer merupakan gudang terbesar sumber hayati yang dapat dimanfaatkan, selain hasil kayu, seperti buah-buahan Garcinia, Baccaurea, Eugenia, Durio, Lansium, dan Nephelium, karbohidrat Dioscorea, Colocasia, Alocasia, Arenga, Mypa, Metroxylon, dan Palmae, zat pewarna, minyak atsiri, pestisida Podocarpus, Perris, Milletia, dan Tephrosia, dan obat-obatan obat tekanan darah tinggi, seperti Rauvolfia, Alstonia, dan Apocynacceae, baik secara langsung maupun dimanfaatkan sebagai sumber bahan genetika untuk pemuliaan jenis atau famili yang telah dibudidayakan. Perlu kalian ketahui bahwa pemanfaatan hasil hutan Indonesia telah meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, penebangan kayu telah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap lingkungan, bahkan telah mengakibatkan bencana alam di berbagai daerah di Indonesia. Pengurasan jenis-jenis tertentu, seperti penebangan kayu ulin, agathis, ramin, dan jelutung tanpa memerhatikan kelestarian jenis secara berlebihan karena permintaan konsumen yang tinggi, akan mengurangi secara drastis populasi jenis dan bahkan dapat mengakibatkan kepunahan jenis tersebut sehingga mengurangi biodiversitas kayu di Indonesia.

2. Keanekaragaman Hewan di Indonesia