Sikap Golongan Pemuda Uraian Materi 1. Kekalahan Jepang Dalam Perang Dunia II

123 dan militan yang berjuang secara ilegal dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pada kongres ini dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tanpa disertai lagu Hinomaru. Kongres ini bertujuan untuk mempersatukan para pemuda di Jawa untuk mempersiapkan diri melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan yang bukan hadiah dari Jepang. Hasil dari kongres ini disepakati dua resolusi, yaitu: a. Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda dipersatukan di bawah satu pemimpin nasional saja. b. Dipercepatnya pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Ternyata hasil kongres tersebut tidak memuaskan utusan dari Jakarta Sukarni, Harsono Tjokroaminoto, Chairul Saleh yang ingin bertindak secara radikal revolusioner dalam mewujudkan kemerdekaan. Pada tanggal 3 Juni 1945 diadakan suatu pertemuan rahasia yang dihadiri 100 pemuda untuk membentuk panitia khusus. Sebagai realisasi dari rapat rahasia tersebut maka pada tanggal 15 Juni 1945 terbentuklah Gerakan Angkatan Baru Indonesia. Tujuan dari organisasi ini adalah menjalin persatuan yang kompak di antara golongan masyarakat Indonesia, menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran sebagai rakyat yang berdaulat, membentuk negara kesatuan republik Indonesia mempersatukan kerja sama dengan Jepang, namun jika dianggap perlu maka gerakan ini bermaksud untuk ”mencapai kemerdekaan dengan tangan sendiri ”. Gerakan ini mendapat restu dari pemerintah Jepang. Dalam suatu pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Y. Nagano dan berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In ke-8 diresmikanlah pendirian Gerakan Rakyat Baru yang bertujuan untuk mengobarkan semangat cinta tanah air dan semangat perang. Dalam keputusannya pemerintah Jepang meminta agar para pemuda tunduk kepada Gunseikan pemerintah militer Jepang. Hal ini membuat rasa tidak puas golongan pemuda, karena merasa gerakannya dibatasi oleh pemerintah Jepang. Pada tanggal 28 Juli 1945 Jawa Hokokai dan Masyumi digabungkan menjadi satu dengan Gerakan Rakyat Baru. Rasa tidak puas ditunjukkan oleh Golongan Pemuda Radikal dengan meninggalkan kursi yang telah disediakan. Dalam hal 124 ini nampak jelas perbedaan paham antara golongan tua dan golongan muda tentang cara pelaksanaan pembentukan negara Indonesia merdeka.

e. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI

Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda terletak pada tata cara pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya cita-cita mereka sama yaitu mewujudkan Negara Indonesia merdeka. Golongan Tua dengan perhitungan politiknya berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia dapat dicapai tanpa pertumpahan darah apabila tetap bekerja sama dengan Jepang. Sedangkan Golongan Muda dengan jiwa kepemudaannya mengingin-kan kemerdekaan dicapai secara revolusioner untuk membuktikan bahwa kemerdekaan Indonesia dicapai dengan hasil jerih payah bangsa Indonesia sendiri dan bukan hadiah dari Jepang. Sementara itu kedudukan Jepang dalam Perang Dunia II semakin tidak menguntungkan. Negara-negara fasis semakin terdesak oleh kekuatan Sekutu setelah Jerman dan Italia kalah di benua Eropa. Pasukan Amerika semakin bertambah dekat dengan Jepang. Rusia mengumumkan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima . Pada tanggal 9 Agustus Rusia mengumumkan perang terhadap Jepang dan pada hari yang sama kota Nagasaki dijatuhi bom atom yang kedua. Kaisar Jepang, Hirohito Tenno Heika mulai menyadari bahwa ambisinya membangun imperium Asia Timur Raya tidak akan tercapai dengan adanya bom atom tersebut. Kaisar Jepang memerintahkan rakyat dan tentaranya menghentikan perang. Hal ini yang menjadi pertimbangan Sekutu untuk tidak menjatuhkan bom atom yang ke-3 di Tokyo. Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Dokuritsu Junbi Linkai berdasarkan keputusan Jenderal Besar Terauci Panglima Tentara Umum Selatan. Dengan diumumkannya pembentukan PPKI, maka BPUPKI dianggap telah bubar. Pemerintah Jepang mengisyaratkan bahwa dengan pembentukan PPKI bangsa Indonesia bebas berpendapat dan melakukan kegiatannya sesuai dengan 125 kesanggupan-nya. Akan tetapi pemerintah Jepang tetap mengajukan syarat- syarat, yang antara lain: a. Untuk mencapai kemerdekaan harus menyelesaikan perang yang dihadapi bangsa Indonesia, dengan turut membantu perjuangan bangsa Jepang memperoleh kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. b. Negara Indonesia yang merupakan anggota Lingkungan Kesemakmuran Bersama Asia Timur Raya, harus mempunyai cita-cita yang sama dengan pemerintah Jepang sesuai semangat Hakko-Iciu. Dalam keanggotaannya PPKI dipilih oleh Jenderal Besar Terauci, untuk itu dipanggillah tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat. Pada tanggal 12 Agustus 1945 diadakan pertemuan di Dalat Vietnam Selatan. Dalam pertemuan itu Jenderal Besar Terauci menyampaikan bahwa pemerintah Jepang telah memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dan untuk pelaksanaannya maka dibentuklah PPKI sambil menunggu persiapan selesai. Adapun wilayah Indonesia setelah kemerdeka-an meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. PPKI terdiri atas 21 anggota yang terpilih dari seluruh Indonesia. Sebagai ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Yang menarik di sini adalah seluruh anggota PPKI sama sekali tidak ada yang melibatkan Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat telah kembali ke Jakarta. Sementara itu Golongan Pemuda telah mendengar bahwa Sekutu telah memberikan ultimatum kepada Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau “Uncondional Srrender”. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang mematuhi ultimatum tersebut dan menyerah tanpa syarat. Walaupun kekalahan tersebut sangat dirahasiakan, namun berkat ketangkasan para pemuda maka sampailah berita itu.

2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perbedaan paham waktu tentang kapan Proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan telah menyebabkan terjadinya perbedaan paham antara golongan tua dan golongan muda. Ketegangan itu muncul sebagai akibat perbedaan pandangan tentang saat diumumkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia.