Perlawanan Legal Uraian Materi
90 mengerahkan tenaga rakyat untuk kepentingan perang di Jepang .
Dengan semboyan dan semangat Tiga A, yang isinya antara lain: ”Nippon
Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia, pemerintah pendudukan berharap agar rakyat Indonesia sepenuhnya
berdiri sepenuhnya dan bersatu dengan pemerintahan tentara Jepang dalam rangka melawan Sekutu. Gerakan Tiga A diketuai oleh Mr
Syamsuddin seorang tokoh Parindra yang dibantu oleh tokoh Parindra lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Mohammad Saleh.
Kampanye propaganda Intensif dimulai untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka dan bangsa Jepang adalah saudara
seperjuangan dalam perang yang luhur sesuai dengan semangat Hako- Ichiu. Untuk itu mereka mulai mempekerjakan orang-orang Indonesia dan
menggunakan film, drama, wayang, dan radio untuk menyebarkan berbagai propaganda. Akan tetapi propaganda ini sering menemui
kegagalan. Hal ini disebabkan adanya kenyatan bahwa selama pendudukan Jepang terjadi berbagai kekacauan ekonomi, teror polisi
militer kempeitai kesombongan dan kekejaman orang Jepang, kerja paksa, pemerkosaan, pemukulan, serta kewajiban untuk menghormat
kepada setiap orang Jepang.
PUTERA
Setelah gerakan Tiga A dibubarkan maka pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuklah sebuah organisasi penggerak massa yang terkenal dengan
nama ” Pusat Tenaga Rakyat” atau yang sering disebut dengan PUTERA. PUTERA ini dipimpin oleh empat orang pemimpin yang dikenal sebagai
empat serangkai yang terdiri atas: a.
Ir. Soekarno atau yang lebih akrab dikenal sebagai ”Bung Karno”. b. Drs. Mohammad Hatta yang lebih akrab dikenal dengan panggilan
”Bung Hatta”. c. Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendiri Taman Siswa.
d. Kiai Haji Mas Mansur, seorang tokoh pendiri Majelis Islam A’la
Indonesia MIAI yang kemudian berganti menjadi Majelis Syura
Muslimin Indonesia MASYUMI.
91 Inti dari pembentukan organisasi ini adalah untuk memperlancar usaha-
usaha perang Jepang akan tetapi keberadaan PUTERA ini dimanfaatkan oleh para pemimpin kita sebagai alat untuk membentuk
Para Pemimpin PUTERA
jiwa nasionalisme dihati rakyat Indonesia dan mengobarkan semangat kemerdekaan serta anti penjajahan. Lambat laun Jepang
menyadari bahwa keberadaan PUTERA sangat menguntungkan pihak Indonesia dan kurang begitu menguntungkan bagi usaha-usaha
peperangan Jepang. Berdasarkan hal itulah PUTERA dibubarkan. Sebelum dibubarkannya PUTERA terjadi perkembangan dalam kebijak-
sanaan pemerintah pendudukan Jepang terhadap status Indonesia, per- kembangan itu antara lain: 1 Pernyataan Perdana Menteri Jepang yaitu;
Tojo pada tanggal 16 Juni 1943 mengenai diberikannya partisipasi politik bagi orang Indonesia. 2 Maklumat Perdana Menteri Koiso pengganti
Tojo pada tanggal 9 September 1944 bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan dikemudian hari.
Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa Jawa Hokokai
Pada tanggal 1 Maret 1944 tentara Jepang secara resmi mendirikan Jawa Hokokai atau Perhimpuan Kebaktian Rakyat Jawa sebagai pengganti
PUTERA. Berbeda dengan PUTERA Jawa Hokokai ini dipimpin sendiri oleh Kepala Pemerintahan Militer Jepang Gunseikan. Inti dari
dibentuknya perhimpunan ini adalah menonjolkan sifat kebaktian pada Jepang.
Sementara itu kekuatan tentara Jepang dalam Perang Pasifik mulai melemah. Jepang mulai bersifat defensif. Untuk itu Jepang sangat
membutuhkan bantuan rakyat untuk menahan serangan tentara Sekutu yang semakin dahsyat.
Untuk mengawasi setiap gerak kaum nasionalis pemerintah Jepang mendirikan Rukun Tetangga RT atau ”Tonari Gumi” pada tanggal 8
Januari 1944. Sebagai alat organisasi Jawa Hokokai tujuan Rukun
Tetangga bukan hanya mengawasi saja tetapi mempunyai fungsi ganda yaitu menyampaikan perintah dari pemerintah kepada rakyat, khususnya
untuk keperluan perangnya dan untuk melaporkan situasi di tingkat desa atau untuk memata-matai rakyat atau pemimpinnya.
92