Perlawanan Secara Ilegal Uraian Materi

93 mahasiswa-mahasiswa ini melakuakan aksi protes dan pemogokkan menentang pemerintahan Jepang. Tokoh-tokoh golongan persatuan mahasiswa ini antara lain J. Kunto dan Supeno.  Golongan Sukarni Golongan ini sangat besar peranannya di sekitar peristiwa Proklamasi kemerdekaan. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain; Adam Malik, Pandu Wiguna, Chairul Shaleh, dan Maruto Nitimihardjo.  Golongan Kaigun Golongan Kaigun anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Dengan cara hati-hati untuk menghindari kecurigaan Jepang golongan ini secara aktif terus menerus menggalang dan membina kemerdekaan. Yang termasuk dalam Golongan ini adalah Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Maramis, S.H, Dr. Samsi, Dr. Buntaran Martoatmojo, dan Gatot,S.H. Golongan ini kemudian mendirikan asrama pemuda, yang diberi nama “Asrama Indonesia” yang diketuai oleh Wikana, dengan para pengajarnya antara lain Soekarno dan Hatta.  Golongan Pemuda Menteng Dinamakan Pemuda Menteng sebab kelompok ini bermarkas di gedung Menteng no. 31 Jakarta. Mereka kebanyakan adalah pengikut Tan Malaka. Tokoh-tokoh pemuda Menteng yang terkenal adalah Adam Malik, dan Chairul Saleh.

c. Usaha Jepang Dalam Mempertahankan Kekuasaan

Pada awal penyerbuan Pearl Harbour Jepang sudah menyadari akan kekuatan sebenarnya Amerika Serikat. Ibarat membangunkan singa yang sedang tidur Jepang mulai mempersiapkan diri untuk menangkal serangan- serangan Sekutu yang dimotori Amerika Serikat yang saat itu sangat berkembang industri peralatan perangnya. Antara lain adalah pengerahan tenaga Romusha pekerja kasar dan para petani diwajibkan untuk menanam pohon jarak yang kegunaannya untuk bahan pelumas kendaraan perang. Kemudian sekarang inipun buah jarak dapat digunakan sebagai bahan bakar 94 pengganti solar. Pada awalnya Jepang mempekerjakan para Romusha yang diambil dari tenaga-tenaga yang menganggur untuk membuat parit-parit pelindungan, lubang perlindungan, atau lapangan udara dan sebagainnya dengan diberi upah dan makan. Lama kelamaan Romusha menjadi pekerja- pekerja paksaan dari tenaga laki-laki dan yang diambil pemuda atau petani- petani desa yang berbadan sehat. Ribuan orang direkrut menjadi Romusha. Mereka tidak hanya dipekerjakan di dalam negeri tetapi juga dikirim ke negara Asia lain seperti Burma, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain. Tindakan yang kejam dan sewenang-wenang tentara Jepang membuat banyak dari para Romusha ini tidak pernah pulang kembali ke kampung halamannya karena mati kelaparan, kehausan, atau siksaan dalam kerja paksa. Untuk menghilangkan ketakutan penduduk untuk dijadikan Romusha, Jepang memberikan anugerah para Romusha sebagai ”Prajurit Ekonomi” atau ”Pahlawan Pekerja”. Akan tetapi pengalaman pahit yang timbul akibat pembentukan romusha ini tidak akan mungkin hilang dari ingatan rakyat Indonesia. Berbagai macam bentuk penindasan dan paksaan tidak dapat dikatakan sebagai pengorbanan. Hal inilah yang nantinya menjadi salah satu penyebab terjadinya perlawanan rakyat Indonesia terhadap pendudukan tentara Jepang. Pada tahun 1943 terjadi perubahan politik dunia, di mana blok As Jerman, dkk. telah menderita kekakalahan di mana-mana. Jepang mulai cemas terhadap serangan balasan Sekutu yang semakin ofensif dalam perang pasifik. Kondisi ini membuat Jepang mulai bersikap lunak terhadap negeri- negeri jajahannya. Kepada bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam uruasan pemerintahan. Untuk itulah dibentuk Tjihio Sangi Kai semacam Dewan Daerah dan Tjuai Sangi In semacam Dewan Rakyat dengan Ir. Soekarno sebagai ketua dan RMAA Kusumoutoyo dan dr. Buntaran sebagai wakil ketua. Sementara itu Perang Pasifik semakin mendesak kekuatan Jepang. Untuk itu Jepang memerlukan bantuan rakyat daerah pendudukan untuk menahan laju ofensif tentara Sekutu. Pemerintah Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha peperangannya. Jepang mulai beralih ke strategi defensif di mana Indonesia menjadi front depan Nugroho: 1993. Berdasarkan keputusan sidang parlemen ke-82 di Tokyo, Perdana Menteri Tojo