Perumusan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan

129 Di ruang makan rumah Laksamana Maeda dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan oleh tiga orang tokoh kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta dan Mr. Achmad Subardjo meyumbangkan pikirannya secara lisan. Sedangkan Bung Karno bertindak sebagai penulis rumusan konsep Proklamasi. Turut menyaksikan peristiwa tersebut adalah Miyosi seorang kepercayaan Nishimura beserta tiga tokoh pemuda yaitu: Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah. Adapun kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” adalah kalimat yang dikutip Mr. Achmad Subardjo dari rumusan sidang BPUPKI Dokuritsu Junbi Cosakai. Sedangkan kalimat kedua adalah dirumuskan oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat- singkatnya”. Kemudian kedua kalimat tersebut digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks Proklamasi yang kita miliki sekarang. Setelah naskah Proklamasi berhasil dirumuskan timbul permasalahan baru tentang siapa yang akan menandatangani naskah Proklamasi. Ir. Soekarno menyarankan agar siapa saja yang hadir dalam perumusan naskah Proklamasi ikut menandatangani selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran tersebut ditentang oleh golongan pemuda yang tidak menyetujui apabila naskah Proklamasi ditandatangani oleh anggota PPKI hasil bentukkan Jepang yang hadir di sana. Mereka menganggap bahwa kemerdekaan ini dicapai dengan hasil kerja keras bangsa Indonesia sendiri tanpa adanya sangkut paut bangsa Jepang. Salah seorang tokoh golongan muda yaitu Sukarni mengusulkan agar naskah Proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta dengan mengatasnamakan bangsa Indonesia. Saran tersebut disetujui oleh seluruh anggota yang hadir. Kemudian Bung Karno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah Proklamasi sesuai dengan perubahan yang telah disepakati.

c. Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Imam Bonjol No.1 sekarang, telah berhasil dirumuskan naskah Proklamasi dan ditandatangani oleh Soekarno- Hatta. Timbul masalah di mana Proklamasi akan dikumandangkan. Sukarni 130 mengusul-kan agar Proklamasi diumumkan di Lapangan Ikada. Namun usul itu ditolak oleh Bung Karno dengan alasan keamanan. Akhirnya dicapai kata sepakat untuk mengumumkan Proklamasi di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah dijejali oleh massa yang ingin menyaksikkan peristiwa paling bersejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Massa yang sangat banyak tidak henti-hentinya mengalir membuat bingung dr. Moerwadi, selaku Kepala Bagian Keamanan. Suasana menjadi tegang tatkala para pemuda bersikeras agar segera dibacakan Proklamasi Kemerdekaan. Karena desakkan para pemuda dr. Moerwadi memberanikan diri untuk meminta Bung Karno untuk segera membacakan Proklamasi. Karena pada saat itu Bung Hatta belum datang, maka dengan tegas usul dr. Moerwadi ditolak. Lima menit sebelum acara dimulai Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih, kemudian Soekarno segera mempersiapkan diri dengan setelan putih juga. Menjelang pukul 10.00 WIB maka dimulailah Proklamasi kemerdekaan RI dengan susunan acara sebagai berikut: 1. Pidato Singkat Bung Karno yang disambung pembacaan Teks Proklamasi Tepat pada pukul 09.56 teks Proklamasi berhasil dibacakan oleh Bung Karno. Adapun peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya acara pertama ini adalah rusaknya alat pengeras yang kemungkinan rusak akibat kabel yang rusak karena terinjak-injak oleh massa yang begitu banyak Nugroho: 1993. 2. Pengibaran Sang Saka Merah Putih Sesudah acara pembacaan teks Proklamasi dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih. Untuk menyaksikan peristiwa tersebut Bung Karno dan Bung Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir serambi depan mendekati letak berdirinya tiang bendera yang terbuat dari bambu yang dibuat oleh suhud sebenarnya dirumah Bung Karno terdapat dua tiang bendera bekas yang terbuat dari besi, karena situasi yang tegang, dia tidak ingat untuk memindahkan salah satu tiang, malah membuat tiang dari bambu di belakang rumah Bung Karno kemudian diberi tali Nugroho: 1993. Kemudian Suhud