2a Metode survei mempunyai banyak manfaat misalnya merupakan metode pengumpulan data dalam jumlah besar untuk keperluan generalisasi daya
dengan biaya yang relatif rendah cost-effective dan dapat menghindari bias interview Roberts 1999.
2.2.2.2 Penulisan kata
Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai kesalahan ejaan yang masih sering ditemui dalam penulisan kata. Peneliti menggunakan buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagai acuan dalam menganalisis kesalahan dalam penulisan kata yang terdapat pada jurnal terakreditasi bagian akuntansi.
Dengan demikian, akan diuraikan kesalahan dalam penulisan kata adalah sebagai berikut.
a Kata Depan
Dalam buku Padoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat kententuan dalam penggunaan kata depan yaitu, Kata depan seperti di, ke, dan dari, ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh kalimat yang kurang tepat dalam penggunaan kata depan adalah sebagai berikut.
3 Dimana aspek sosial terdiri dari empat sub-dimensi yaitu.
Kata Dimana dalam contoh kalimat 3 tidak benar karena pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia kata depan dalam sebuah kalimat harus
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, bentuk contoh kalimat yang menggunkan kata depan yang benar adalah sebagai berikut.
3a Di mana aspek sosial terdiri dari empat sub-dimensi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.2.3 Pemakaian Tanda Baca
Hal-hal yang diuraikan dalam pemakaian tanda baca atau pungtuasi ini adalah petunjuk bagaimana penggunaan tanda titik, koma, titik koma, titik dua,
tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elips, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda
penyingkat atau apostrof. Berikut ini akan diuraikan sedikit tentang kesalahan yang terdapat dalam jurnal terakreditasi bidang akuntansi, yaitu dalam pemakaian
tanya koma , dan tanda pisah —.
a Tanda Koma ,
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat beberapa kententuan dalam penggunaan tanda koma yaitu; 1 diantara unsur-unsur dalam
suatu perincian atau pembilangan, 2 untuk memisahkan kalimat majemuk setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata seperti tetapi atau
melaikan, 3 untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya, 4 di belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi, 5 untuk memisahkan kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, 6 untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat, 7 dipakai
diantara a nama dan alamat, b bagian-bagian alamat, c tempat dan tanggal, serta d nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. 8 dipakai
untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunanya dalam daftar pustaka, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 dipakai di antara bagian-bagian dalam cacatan kaki atau cacatan akhir, 10 dipakai di antara nama orang dan gelar akademis yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, 11 dipakai sebelum angka desimal atau diantara dolar dan sen, 12 dipakai untuk mengapit
keterangan atau keterangan aposisi dan 13 dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca salah pengertian.
Tanda koma masih sering sekali dihilangkan pada kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti, tetapi,
melainkan, sedangkan dan kecuali. Tanda koma juga sering dihilangkan dalam ungkapan kata hubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat, seperti: oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Contoh kalimat yang menghilangkan tanda koma adalah sebagai berikut.
4 Dengan demikian kepemilikan atas sumber daya yang ada tidak dirupakan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan, melainkan diatur
melalui kebijakan yang didasarkan pada konsensus dengan melibatkan para organ yayasan, diantaranya adalah pembina, pengurus, pengawasan
dan lembaga pelaksanaanya. JA2014H39P2K3.
Kalimat yang terdapat pada no 4 mengalami kesalahan karena di belakang kata dengan demikian tidak disertai tanda koma. Kalimat 4 akan benar apabila
dituliskan dengan cara.
4a Dengan demikian, kepemilikan atas sumber daya yang ada tidak
merupakan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan, melainkan diatur melalui kebijakan yang didasarkan pada konsensus dengan
melibatkan para orang yayasan, diantaranya adalah pembina, pengurus, pengawasan dan lembaga pelaksanaanya.
JA2014H39P2K3. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Tanda Pisah —
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat beberapa ketentuan dalam penggunaan tanda pisah yaitu; 1 Tanda pisah dapat dipakai
untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, 2 Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang lain, 3 Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti “sampai dengan” atau “sampai
ke”. Contoh kalimat yang masih sering ditemukan dalam media cetak yaitu sebagai berikut.
5 Data sekunder ini berupa laporan keuangan triwulanan dan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang
dipublikasikan pada pariode 2010-2012 dalam satuan rupiah untuk menggunakan revenue model. JA2014H46P1K2.
Kalimat 5 kurang tepat kerena menggunakan tanda sambung, kalimat akan benar jika ditulis sebagai berikut.
5a Data sekunder ini berupa laporan keuangan triwulanan dan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang
dipublikasikan pada pariode 2010—2012 dalam satuan rupiah untuk menggunakan revenue model. JA2014H46P1K2 .
2.2.2.4 Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta,
Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle clock. Unsur-unsur ini
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapan masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti cartoon kartun, central sentral, china Cina, effeck efek. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia
dengan mengubah ejaan seperlunya saja, sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
2.2.3 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran yang lengkap. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. .,
tanda tanya ? dan tanda seru . Kalimat yang baik adalah kalimat yang setidaknya memiliki subjek, predikat dan objek di dalamnya, sehingga
menghasilkan kesatuan ujaran yang utuh dan dapat dipahami. Subjek atau pokok kalimat di sini merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan
makna kalimat, sedangkan predikat berfungsi sebagai bagian memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau
dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan dan kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada
jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Menurut Ramlan 2008: 17, kalimat adalah satuan gramatis yang dibatasi
oleh intonasi akhir selesai. Dalam bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda ., ?,
, dan tanda ;. Secara fungsional kalimat terdiri dari S atau Subjek dan P atau Predikat. Di samping itu terdapat pula unsur yang lain, yaitu O atau Objek, Pel
atau Pelengkap, dan Ket atau Keterangan. Dari segi makna, S adalah unsur kalimat yang dibicarakan, sedangkan P ialah unsur kalimat yang membicarakan S.
O ialah unsur kalimat yang dikenai perbuatan yang tersebut pada P yang berupa
verbal transitif, dan apabila dipasifkan kata yang menduduki fungsi O itu akan menduduki fungsi S, sedangkan Pel adalah unsur kalimat yang ikut melengkapi P
yang berupa varba transitif di samping O, atau melengkapi P yang berupa verba
intransitif. Akhirnya, ket adalah unsur kalimat yang pada umumnya memiliki
tempat yang bebas, mungkin terletak di muka S-P, mungkin terletak di belakang S-P
, bahkan ada juga yang terletak di antara S dan P. Berdasarkan maknanya, Ket
memberikan keterangan tempat, waktu, cara, sebab, akibat, dan lain-lainya. Menurut Alwi 2003: 311, kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam
wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. .,
tanda tanya ?, atau tanda seru , sementara itu, di dalamnya disertakan pula beberapa tanda baca seperti koma ,, titik dua :, tanda pisah -, dan spasi. Hal
serupa dikemukakan oleh Widjono 2005: 134, menurut Widjono kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa tulis,
kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Abdul Chaer 2011:
327 kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Rahardi 2009: 76 berpendapat bahwa kalimat dapat dipahami sebagai
suatu bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Pendapat tersebut dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena
sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat suatu kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Arifin 1989: 92 juga mendefinisikan kalimat adalah suatu
bagian pernyataan yang selesai dan menunjukan pikiran yang lengkap. Dari pendapat beberapa ahli di atas peneliti mengacu pada definisi yang
dikemukan oleh Alwi 2003: 311, kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam
wujud tulisan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. ., tanda tanya ?, atau tanda seru , sementara itu, di dalamnya disertakan pula
beberapa tanda baca seperti koma ,, titik dua :, tanda pisah - dan spasi.
2.2.4 Unsur-unsur Fungsional Kalimat
Menurut Ramlan 2008: 17, kalimat secara fungsional terdiri dari subjek atau S, predikat atau P, objek atau O, pelengkap atau Pel, dan keterangan atau
Ket. Menurut Alwi, dkk. 2003: 321 menyatakan bahwa dalam pembentukan kalimat terdapat lima fungsi sintaksis yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Kelima fungsi
sintaksis tersebut tidak selalu dihadirkan secara lengkap pada suatu kalimat, tetapi subjek dan predikat diharuskan selalu terisi dalam sebuah kalimat, sedangkan O,
Pel, dan Ket dihadirkan tergantung bentuk dan jenis predikat. Suguno 2009: 41, berpendapat bahwa terdapat lima unsur kalimat yaitu subjek, predikat, objek, dan
yang terakhir adalah keterangan. Kelima unsur tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah kalimat yang dihasilkan sudah sesuai memenuhi syarat
kaidah kebahasaan atau belum, karena kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan kalimat seperti SPOK tersebut.
Dari ketiga pendapat yang diterangkan di atas, peneliti hanya mengaju pada pendapat yang disampaikan oleh Alwi, dkk. 2003 yaitu setiap kata atau prasa
yang menjadi konstituen kalimat mempunyai unsur-unsur kalimat. Berikut adalah uraian-uraian yang peneliti gunakkan dalam menganalisis data
.
2.2.4.1 Subjek
Menurut Alwi, dkk. 2003: 327 subjek merupakan fungsi sintaksis yang paling penting dalam sebuah kalimat setelah predikat. Subjek dapat berupa
nomina, prasa nominal, frasa verba atau klausa. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sugono 2009 subjek merupakan unsur paling pokok di dalam
kalimat dan letak subjek selalu berdampingan dengan predikat. Menurut Rahardi 2009: 77 unsur pembentuk kalimat yang harus disebut pertama adalah subjek.
Dalam kalimat, subjek tidak selalu di depan. Adakalanya subjek terletak di belakang predikat, terutama sekali untuk kalimat yang berdiatesis pasif.
Umumnya subjek terletak di sebelah kiri predikat, tetapi unsur subjek dapat juga diletakkan di sebelah kanan predikat, apabila unsur subjek lebih panjang daripada
unsur predikat. Dengan demikian, dapat simpulkan bahwa subjek merupakan kunci utama dalam pembentuk suatu kalimat. Keberadaan subjek tidak diharuskan
berada pada awal kalimat, melainkan juga bisa di akhirkalimat. Adapun ciri-ciri subjek menurut Sugono 2009: 42—56 , yaitu 1 jawaban apa atau siapa,
2 disertai kata itu, 3 didahului kata bahwa, 4 mempunyai keterangan pewatas yang, 5 tidak didahului preposisi, dan 6 berupa nomina atau frasa nominal.
2.2.4.2 Predikat
Rahardi 2009: 80 menyatakan bahwa predikat sama-sama sebagai unsur pokok di dalam kalimat, predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan
subjek. Akan tetapi, kejatian sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian, dapat dikatakan subjek dan predikat kalimat itu
merupakan unsur pokok dalam kalimat. Alwi, dkk. 2003: 326, predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan
jika ada konstituen O, Pel Ket wajib di sebelah kanan. Kedudukan P dapat ditukar tempatnya dengan S, dalam arti unsur S dapat terletak di muka P atau
sebaliknya. Predikat kalimat biasanya berupa prasa nominal, prasa numerel, prasa preposisional, frasa verbal, dan frasa adjektiva. Hal serupa juga disampaikan oleh
Sugono, menurut Sugono 2009: 55 predikat merupakan unsur utama suatu kalimat sebelum subjek. Dengan demikian, peneliti sejalan dengan teori yang
disampaikan oleh Rahardi 2009 yaitu predikat memiliki karakter yang berbeda dengan subjek, tetapi memiliki peran yang sama penting dalam pembentukan
sebuah kalimat, sehingga menjadikan subjek dan predikat sebagai unsur pokok dalam membentukan sebuah kalimat. Adapun ciri-ciri predikat menurut Sugono
yaitu 1 jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana, 2 kata adalah atau ialah, 3 dapat diingkari, dan 4 dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas.
2.2.4.3 Objek
Menurut Alwi, dkk. 2003: 328 objek adalah konstitun kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif.
Kedudukan unsur objek selalu di belakang predikat. Rahardi 2009: 82 juga berpendapat bahwa dalam banyak hal dapat dikatakan bahwa objek kalimat
berlawanan dengan subjek kalimat. Tempatnya juga hampir pasti berlawanan di dalam kalimat. Objek kalimat hanya dimungkinkan hadir apabila predikat kalimat
tersebut merupakan verba atau kata kerja yang bersifat aktif transitif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa objek dapat berperan sebagai subjek dalam
bentuk pasif, tetapi tidak dapat didahului proposisi. Adapun ciri-ciri objek menurut Sugono 2009: 71—78, yaitu 1 langsung di belakang predikat,
2 dapat menjadi subjek kalimat pasif, 3 tidak didahului preposisi.
2.2.4.4 Pelengkap
Menurut Rahardi 2009: 84, pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan objek kalimat. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menempati
fungsi subjek. Sugono 2009: 79 menyatakan pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu adalah unsur kalimat 1 bersifat wajib, 2 menempati
posisi belakang predikat, dan 3 tidak didahului preposisi. Perbedaanya terletak pada oposisi kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat
kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif bukan pelengkap. Dengan demikian, peneliti mengaju teori yang disampaikan oleh Sugono 2009
yaitu pelengkap tidak dapat didahului oleh preposisi dan pelengkap menempati posisi di belakang predikat.
2.2.4.5 Keterangan
Rahardi 2009: 85 menyatakan keterangan adalah unsur kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap
yang sifatnya wajib hadir. Adapun fungsi keterangan adalah untuk menambahkan informasi pada kalimat itu. Hal serupa juga disampaikan oleh Sugono 2009: 84,
keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata “keterangan” tidak diharuskan hadir dalam sebuah
kalimat karena fungsi keterangan hanya sebagai pelengkap dalam sebuah kalimat. Berikut dikemukakan beberapa ciri-ciri dari keterangan, menurut Sugono 2009:
84—95 yaitu 1 bukan unsur utama, dan 2 tidak terikat posisi. Dalam Sugono 2009: 86—95, katerangan terbagi ke dalam beberapa bentuk yaitu keterangan
waktu, tempat, cara, sebab, tujuan aposisi, tambahan, dan pewatas.
2.2.5 Kesalahan dalam Bidang Kalimat
Kesalahan dalam bidang kalimat pada kajian ini merujuk pada kajian mengenai kalimat yang tidak memiliki unsur subjek, kalimat yang tidak memiliki
unsur predikat, dan kalimat yang penggunaan konjungsinya tidak sesuai.
2.2.5.1 Kalimat yang Tidak Memiliki Unsur Subjek
Menurut Arifin 1987: 17, sebuah kalimat sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, terkecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan